***
Hari sudah menjelang sore, sekitar pukul 15.08 PM saat aku melirik jam ditangan kiri dan aku berdecak kesal karena hari ini cuaca sangat mendung. huh... aku lupa membawa payung, itu salah ku yang tidak pernah cek kembali apa yang harus ku bawa ketika pergi, dan sekarang aku menyesal. teman-teman ku yang berpapasan dengan ku hanya menyapa saja dan ada pula yang lari terbirit-birit karena sebentar lagi hujan akan turun, gerimis sudah mulai terbentuk dan aku pun jalan sangat cepat menuju halte, aku ingin segera pulang dan tidak ingin terkena basah karena hujan. semua siswa siswi berseragam putih abu-abu berkumpul di halte, bahkan tidak kebagian tempat duduk dan juga atap halte untuk melindungi kepala dari gerimis nya air hujan, sebagian dari mereka memakai jaket dan sweater dan sebagiannya lagi menutupi kepalanya dengan tas yang mereka letakkan di atas kepala.
sudah hampir 10 menit aku berdiri di halte dan gelisah menengok kejalan tidak ada busway yang datang. dan sebagian dari kami memutuskan untuk berjalan kaki saja. hujan mulai turun, namun tidak begitu deras. ku peluk tas ransel yang ku taruh didepan dadaku. sekali lagi, ku tengok jalan arah datangnya busway namun belom juga tampak kehadirannya.
suara-suara orang berlarian membuat ku mengernyitkan dahi, dan lambat laun suara tersebut sedang menuju halte dekat disebelah gedung SMA ku, sesosok tubuh laki-laki berseragam SMA langsung menghampiri kami yang berada di halte, di ikuti oleh kemunculan segerombolan anak SMA yang lain, dari badge nya sudah ku ketahui bahwa mereka adalah musuh bebuyutan dari SMA ku. dan tiba saatnya laki-laki yang tadi menghampiri kami, langsung mengacung kan pisau kecil dihadapan semua orang dengan tatapannya yang bengis ia mulai berbicara,
"ada dimana Jason sialan itu? jawab!" bentak nya menggelegar mengalahkan suara air hujan yang kini semakin deras.
semua orang dan termasuk aku, merapatkan diri kami masing-masing membentuk sebuah benteng pertahanan, kami ketakutan dan tidak bersuara sama sekali. itu menimbulkan suatu masalah baru, anggota SMA Don Juan sedang mengerubungi kami empat sampai lima orang, termasuk laki-laki yang ada dihadapan ku sedang mengacungkan pisaunya dengan kilat kemarahan.
"Lex, si Jason ga ada!" seru temannya sambil mendekati laki-laki ini.
"Br*ngs*k!!!" makinya dengan suara besar melengking karena target yang dicari sudah tidak ada ditempat biasa.
namun, tanpa sepengetahuan siapa pun, pikiran sang laki-laki tersebut memandang Amanda dengan seringaian licik yang tercetak jelas di bibirnya. seketika, Amanda mundur semakin rapat dengan barisan yang ada di belakang nya. menyadari bahwa ada yang aneh dengan pandangan laki-laki itu terhadapnya.
namun, pergerakan langkah mundurnya terbuang sia sia, tangannya di tarik dan langsung dicekal, membuatnya menahan nafas karena terkejut dengan kejadian tadi. pergelangan tangan kirinya dicekal erat, dan Amanda hanya meringis menahan sakit. dia berusaha melepaskan cekalannya, namun tanpa bisa dicegah, ia pun diseret dari halte dan semua mata menatapnya prihatin, tidak ada yang berani melawan.
"lepas kan!" serunya tertahan sambil merasakan nyeri
"tidak semudah itu, kamu harus jadi tawanan ku setelah Jason dan teman-temannya menebus mu!" jelasnya menambah rasa cemas dan takut secara bersamaan...