***
Aku tidak tahu dibawa kemana dan mereka menyuruhku untuk masuk kedalam mobil sedan, ada tiga orang laki-laki didalam mobil. satu sedang mengemudikan mobil, disamping kemudi ada laki-laki yang sedang memainkan pisau kecil ditangannya, dan dibelakang kursi penumpang ada aku dan laki-laki yang tadi menyeret ku di halte. didalam mobil, suasana terasa menegang. tak ada satupun diantara ketiga laki-laki itu bersuara. aku duduk gelisah, dan tak bisa lagi bersuara karena mulutku ditutup dengan sapu tangan milik laki-laki disebelah ku, sedangkan kedua tangan ku diikat dengan dasi miliknya. aku takut, sangat takut. aku berdoa semoga saja mereka tidak melakukan apa-apa pada ku lebih jauh lagi. tanpa sadar, tatapan laki-laki disebelah ku memandang penuh dengan sebuah... akhh aku tidak tahu itu apa, namun aku risih. segera saja, ku geser diriku merapat ke pintu mobil. namun pergerakan ku di ketahui olehnya, dan tangannya menarik lengan atas ku dan kembali aku duduk disebelahnya.
namun dia langsung saja mencondongkan tubuhnya kearah ku, membuat ku tercekat dan menundukkan kepala tak ingin melihat kearahnya. aura mencekam datang didalam mobil ini, daguku dijepit oleh jari telunjuk dan ibu jari nya membuatku menengadahkan kepala. dapat ku lihat ia tersenyum miring kearah ku. dan tanpa bisa ku cegah, wajahnya mulai mendekat di wajahku. dia ingin menciumku namun gerakannya terhenti, suara temannya yang duduk didepan samping kemudi menginterupsinya. membuat wajahnya menoleh kedepan dengan wajah kesal.
"Mengganggu saja!" seru nya berang dan di jawab kekehan tertawa oleh kedua orang yang sedang duduk didepan.
"santai bro, tahan sedikit nafsu setanmu. kita belum sampai basecamp, jadi tunggu sebentar." jelasnya panjang lebar membuat laki-laki yang ingin menciumku paksa menjauh dariku. tampak dia menahan sesuatu, dan menggeram kesal sambil memijit pelipisnya dengan satu tangan. aku begitu takut, jika ia akan menciumku aku tidak mau!
tibalah kami disebuah tempat yang ternyata rumah kosong, aku dibawa masuk olehnya dengan dia merangkul bahu ku dan sesekali tatapannya mesum ke arahku. dapat ku perhatikan ada banyak botol minuman keras dan puntung rokok yang berserakan dilantai, bau alkohol dan asap rokok menghampiri indera penciumanku. dan langkah kaki nya yang panjang membawa ku ke dalam kamar dan tak lupa ia menutup pintunya dan segera berjalan menghampiri sebuah kasur usang, ia menghempaskan tubuhku diatas kasur itu, dapat ku rasakan kerasnya kasur, tanpa kuduga, laki-laki itu melepaskan kancing seragam putihnya dengan tersenyum miring dan tatapan nafsunya. aku mundur kebelakang dengan menyeret tubuh ku, namun aku kalah cepat lagi. ia segera saja menarik kedua kaki ku dan menindih tubuhku. seragam putihnya sudah ia lepaskan dan ia berusaha membuka gesper nya sambil duduk menjepit kedua kaki ku dengan pahanya. air mata menetes keluar, aku sungguh takut dengannya. aku tidak ingin melakukan itu... siapa saja, tolong aku!!!
aku mulai memberontak, kedua kakiku ku gerakan namun bukannya terlepas justru kakiku semakin ditekan kuat oleh kedua pahanya. ia menggeram marah, kali ini gesper nya sudah terlepas. lalu ia membungkukkan tubuhnya dan membuka ikatan sapu tangan yang membekap mulutku sejak di dalam mobil.
"Kamu cantik... sekali" suaranya parau, ia menyusuri wajah ku dengan punggung tangannya dan mendengus pelan ke wajah ku.
"ku mohon, lepaskan aku.." pintaku padanya, namun ia terkekeh geli dengan permohonan ku barusan. "kamu lucu sekali, aku tidak akan melepaskan mu begitu saja!" ujarnya dengan suara tajam dan kulihat ia berusaha membuka kaos putih yang melekat ditubuhnya dengan cepat ia juga membuka resleting celana abu-abu nya, aku menangis pilu, "ku mohon jangan lakukan itu, aku tidak mau.."