***
aku semakin menangis lirih, tak kala ia berusaha membuka kancing seragam ku dengan kedua tangannya. air mata ku semakin banyak membuat pandanganku mengabur, namun...
Ceklek....
suara pintu yang tadi ditutup oleh lelaki yang berusaha memperkosaku, terbuka dan menampilkan sosok lelaki yang memakai seragam putih abu-abu. refleks, lelaki yang berada diatas tubuhku segera berbalik ke belakang dan tanpa diduga olehnya, ia terkena hantaman diwajahnya. tubuhnya jatuh, dan ia memegang wajahnya yang dapat ku lihat mengeluarkan darah di bibirnya.
"Br*ngs*k!!!" desisnya tajam dan ia segera bangkit berdiri, dan berusaha membalas pukulan yang dilayangkan oleh lelaki yang ku ketahui adalah seorang biang masalah di sekolah. ia berkelit dari serangan musuh sekolah kami, dan dengan sigap nya, ia kembali melayang kan pukulan tepat di ulu hati lelaki itu. dengan wajah yang meringis menahan sakit, ia jatuh tersungkur dengan amat mengenaskan.
"Ambil tuh duit!" ia melempar segepok uang ratusan ribu kearah laki-laki yang sekarat dibawahnya sambil memandang sinis dan tajam. kemudian ia menatap kearah ku prihatin, dan tergesa-gesa mendekati kasur usang yang ku duduki. dengan cepat ia melepaskan ikatan dasi yang membelit kedua tanganku, dan dengan sigapnya ia menggendong ku dengan bridal style, aku yang terkejut dan takut jatuh akhirnya mengaitkan kedua jari tangan ke lehernya yang kokoh. ia segera membawaku pergi dari ruangan yang pengap ini dan dapat ku lihat di ruang tamu tampak banyak kakak kelas ku yang laki-laki sedang memukul teman si laki-laki yang hampir memperkosaku dengan sadisnya. aku merasakan pusing yang hebat setelah melihat dengan kejinya, mereka menendang, memukul, dan yang paling parah mereka menumpahkan minuman alkohol tepat pada luka-luka yang masih baru, jerit sakit dan perih terdengar gaduh didalam ruangan itu, ada sekitar lima orang yang mendapatkan penyiksaan. aku tidak sanggup, mataku tertutup rapat dan tubuhku terasa lemas berada dalam gendongan laki-laki si biang masalah.
***
aku mengerjakan kedua mataku, nampak yang ku lihat sekarang adalah kamar tidur ku dan jangan lupa jendela kamarku yang tertutup menandakan hari sudah malam. ku lirik jam disudut kamar, setengah delapan malam. diriku merasakan haus dan mataku menoleh pada meja disamping kanan ku. aku pun terbangun dari posisi tidur dan berusaha untuk duduk namun saat aku ingin mengangkat gelas nya, pintu kamarku terbuka lebar. mama sedang membawa nampan yang diatasnya terdapat sepiring makanan. mama langsung menoleh kearah ku dan ia segera mendekati ranjang.
"syukurlah kamu sudah siuman," ucap mama penuh dengan haru dan tatapan matanya yang teduh itu sekarang menatapku sendu.
"ma, siapa yang membawaku pulang?" tidak mungkin kan aku berjalan sendiri ketika aku tak sadarkan diri, aku begitu penasaran dan ingin mama menjawab. mama yang sudah meletakkan sepiring makanan di meja samping kanan ku segera duduk ditepi ranjang, dengan tatapannya yang menerawang mengingat sesuatu yang telah terjadi tadi, mama menghela nafas pelan.
"Jason yang mengantarmu, dan ia juga bercerita tentang kondisi mu yang kacau pada mama." nafasku tercekat dan tenggorokan ku menjadi kering mendengar penuturan mama, ku mohon... jangan sampai Jason bercerita tentang aku yang hampir jadi korban perkosaan. aku tidak ingin melihat mama sedih dan khawatir. mama kembali berucap, membuatku semakin tegang.
"Mama tidak habis pikir dengan mu Amanda, kenapa kamu menerobos hujan ketika kamu ingin pulang kerumah? kamu tahu tidak, Jason lah yang menolong mu. ketika kamu pingsan di jalan, coba kalau dia tidak menolong mu. entah apa yang akan terjadi.." ujar mama panjang lebar, yang membuatku tanpa sadar merasa lega dengan apa yang dilakukan Jason, oh.. aku merasa ditampar mendengar ucapan mama barusan tentang Jason yang menolong ku dan kata terakhir mama, entah apa yang akan terjadi jika Jason tidak menolong ku pada pemerkosaan itu, mungkin aku sudah meraung-raung menangisi kisah hidupku yang telah ternoda.