***
Kejadian itu sudah lama terjadi, namun efeknya sangat terasa disekitar lingkungan sekolah. Terkadang kami mendapatkan sebuah ancaman disertai teror dengan tulisan yang provokatif. Dan tak ada satupun dari pihak sekolah yang menanggapinya dengan serius, itu hanya omong kosong belaka.
Sejak saat itu, Jason dan teman-temannya sering diawasi oleh pihak sekolah takut kejadian itu terulang kembali. Jason memang tidak di keluarkan dari sekolah, hanya di beri sanksi dan teguran saja. orangtuanya pun, tak pernah datang ke sekolah, ku dengar orangtuanya sangat sibuk dengan pekerjaannya ditambah lagi ayah Jason yang berasal dari Belanda tak pernah mengunjungi nya ketika anak nya berulah. Selalu saja yang datang hanya tante atau om nya saja. Jason sering berbuat masalah, bukan hanya sekali, tapi sering. Ia juga mendapat hukuman, namun tak menimbulkan efek jera.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, seluruh siswa dan siswi sudah keluar dari kelas masing-masing dan kini kami semua berjalan keluar menuju gerbang sekolah. Namun, saat pintu gerbang dibuka lebar, tampak segerombolan siswa dari sekolah lain menuju gerbang yang nampak terbuka sedikit. Hingga sebuah lemparan berupa gumpalan kertas jatuh mendarat didekat pintu gerbang. Sontak saja, membuat kami sedikit terkejut dan menatap benda itu penuh tanya.
Sosok tubuh tinggi menjulang menghadang pandangan kami kearah benda berupa gumpalan kertas itu, dan tanpa diduga ia mengambil dan membaca isinya. Mendadak suasana di sekitar area depan pintu gerbang menjadi hening dan tegang, satpam sudah menutup kembali pintu gerbang dan tak lupa menguncinya. Pandangan mata kami menyorot Jason penuh dengan selidik, tentang apa yang ia baca dalam isi kertas itu. Jason merobek kertas itu berkeping-keping, dan sudah menjadi gumpalan kembali dengan kedua tangan Jason, dan seketika ia melemparkan kertas itu dengan amarah yang meletup. Kedua tangan nya mengepal disisi tubuhnya, dan saat ia memutar tubuhnya menghadap kami.
"Surat ancaman dari rival kita!" desisnya tajam. Tanpa sadar kami semua menahan nafas dan sorot mata kami menatap pintu gerbang takut. Terdengar teriakan provokatif, mereka membawa sebuah kayu dan batu di kedua tangan mereka kiri dan kanan.
Seeetttt....
Lemparan batu jatuh menghantam kami, dan semua orang yang berkumpul di depan pintu gerbang langsung mundur perlahan dan berlari masuk kedalam kelas masing-masing untuk melindungi diri sendiri. Tampak satpam kewalahan dengan lemparan batu, dapat ku lihat tidak ada korban yang terkena lemparan dari batu yang pertama. Kami berhamburan mencari perlindungan, terdengar pintu gerbang dipukul dengan kayu hingga terdengar suara nyaring antara besi yang di hantam dengan kayu yang kokoh.
Aku masih terpaku di tempat ku berdiri dan tanpa sadar, seseorang menarik tangan ku untuk pergi dari sana. Aku tersadar, ku telusuri siapa gerangan tangan yang kasar namun kekar ini dengan memandangi wajahnya. Kaget, itu yang kurasakan. ku lepas tangan nya yang menarik ku tadi, dan ku lihat ia nampak terkejut dengan tindakan ku barusan. Sinar dikedua matanya menyiratkan aku harus ikut dengannya, "Kenapa kamu lepas?" tanyanya tajam, aku menghela nafas ku pelan, "Kenapa kamu lakukan ini, Jason?" tanyaku sendu, aku tak ingin menjawab pertanyaan nya barusan. Karena jujur saja, aku begitu penasaran dengan apa yang Jason lakukan padaku.
"Aku ingin melindungi mu."