***
Ku pejamkan kedua mata ku, dan ku rasakan debaran jantung ku mulai tak beraturan. Aku takut, cemas, dan khawatir. Namun, ada satu pertanyaan yang besar dalam hati ku. Mungkinkah Farrel akan mencium ku? Sudah hampir satu menit terlewat, namun tak ada satu pun pergerakan yang di lakukan oleh nya. membuat ku yang masih terpejam mengernyitkan dahi. Perlahan aku mulai membuka kan kedua mataku, namun alangkah terkejutnya diriku ketika Farrel menampakkan cengiran di wajahnya. Seketika ia tertawa terbahak-bahak, sambil memegang perut nya dengan kedua tangannya. Aku hanya mencibirkan bibir ku kesal, dan hanya bisa memaki diriku sendiri yang dengan bodohnya percaya dengan apa yang akan di lakukan Farrel. Tawa nya mulai surut, namun jejak sisa tertawa nya masih ada pada wajahnya yang rupawan. Aku menghempas punggung ku di sofa, dan melipat kedua tangan di dada. Sambil menggerutu aku tak ingin menoleh kearahnya, yang saat ini menatap ku lembut.
"Amanda, apa tadi kamu percaya dengan perkataan ku?" tanya nya yang tak ku gubris sama sekali, aku masih kesal tentu saja harga diriku seolah dipermalukan didepan nya.
"Aku tahu kamu marah," kini kedua tangannya menyentuh bahu ku, ia berusaha agar aku menghadap kearahnya. CK, mana mau aku yang sedang menahan malu melihat kearahnya. "Kamu tahu, aku hanya bercanda" segera ku tatap matanya dengan bara api yang menyala di kedua mataku. "Kamu mempermainkan aku, begitu maksud mu?" tuduh ku padanya, namun segera ia menepis nya dengan menggelengkan kepala. "Aku ingin sekali melakukan nya dengan mu," kedua mataku melebar mendengar penjelasan nya, ia kembali berbicara dengan intonasi pelan dan tatapan lembutnya yang menenangkan. Aku jelas sudah terpesona dengannya terlalu dalam, jika sikapnya seperti ini pada ku. "Tapi aku punya alasannya," tanpa dapat ku cegah, mulut ku bertanya padanya dengan penuh rasa penasaran. "Apa?", seketika wajahnya mulai serius menatap ku dan, "Karena aku tidak ingin merusak mu, Amanda." pernyataan yang lugas yang ku dapati darinya dan itu sukses membuat hatiku meleleh bagai keju mozzarella, baru kali ini aku bertemu laki-laki yang seperti nya. Suasana yang mendadak hening, kini harus terusik dengan suara dering ponsel milik Farrel. Sang pemilik ponsel pun segera mengambil benda yang berdering itu di dalam saku celana kargonya dan mengangkat telpon. Mendadak suasana kembali hening, tak sengaja Amanda mendengar orang yang sedang menelpon Farrel meminta bantuan dan yang membuat nya terkejut adalah sang penelpon adalah seorang wanita...