"kapan kau kembali kemari?"
"baru satu pekan ini,"
"bagaimana bisnismu?"
"ya begitulah,"
"kapan kau akan menikah, kau sudah terlihat tua". pria yang baru datang itu menepuk pundak pria yang sedang duduk di kursinya.
"kau juga"
"lihat lah wajahmu sudah penuh keriput karena terlalu banyak bekerja....ayolah, jangan bekerja terus nikmatilah hidup ini, bagaimana kalau nanti kita ke Club. aku sedang berbaik hati untuk mentraktirmu, kalau bukan denganku mana mungkin kau akan pergi ke tempat seperti itu bukan... Hahaha.."
dua pria tampan itupun pergi bersama ke sebuah club malam yang tak jauh dari sana.
"akhir-akhir ini kesehatanku mulai menurun, jadi orangtuaku memintaku untuk beristirahat beberapa bulan di sini"
"sakit apa?"
"entahlah, mungkin terlalu kelelahan atau karena kurang sentuhan ...hahaha" pria itu mencoba memberikan candaan tapi (garing).
"baiklah aku memang sedang memiliki masalah dengan pencernaanku karena terlalu banyak bekerja dan pola makan yang tidak teratur, haruskah aku beristirahat dan mencari seorang istri, bagaimana pendapatmu?"
"aku tau kau tidak akan melakukannya"
"ayolah, sebagai teman yang baik kau harus membujukku, seperti orangtuaku yang selalu memintaku untuk menikah"
"hm"
"ya ya aku tau kalau aku ini pria yang di kelilingi banyak gadis dan sering gonta-ganti pasangan tapi kau tidak akan berfikir kalau aku akan seperti ini terus kan. ada kalanya semua perjalanan cintaku akan berakhir pada satu hati saja"
"semoga saja ada seorang gadis yang rela menjadikanmu suami"
"apa.. kau menghina ku ya"
"tok tok tok..." sebuah ketukan di depan pintu membuyarkan obrolan mereka.
"tuan Herry ada seorang gadis yang sedang mencari anda"
"baiklah" ia melambaikan tangan kanannya seraya memberikan tanda untuk pergi.
"tunggu sebentar, aku ada urusan kecil"
"hm" pria itu menghisap rokoknya dengan gaya angkuh bak seorang penguasa yang tampan.
maaf pak, ini laporan proyek renovasi gedung yang mbak Renata titipkan dan beliau berpesan untuk segera melakukan pembangunan"
tanpa memandang wajah dari gadis itu Anton mengatakan "ya taruh saja di mejaku"
"baik pak, saya permisi" Zia menaruh berkas itu dan mulai pergi.
"siapa gadis itu sepertinya baru kali ini aku melihatnya". gumam Anton.
Zia mengenakan sepatu boot di lengkapi dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
ia mulai mengecek semua lokasi dan mencatat data yang ia perlukan di dampingi oleh rekan kerjanya.
"siapa gadis itu?"
"oh itu, dia petugas dari perusahaan Art Jaya yang biasa ke sini untuk mengecek lokasi"
"hm" pria itu melihat sekeliling lokasi dan matanya selalu tertuju pada sesosok gadis yang sedang fokus pada apa yang ia kerjakan.
seakan-akan ada magnet yang menarik perhatiannya.
bagaikan kutup magnet yang ingin saling tarik menarik begitu perasaanya saat ini, gadis itu begitu menarik untuk diabaikan begitu saja, walaupun hanya melihat dari jarak jauh pemandangan itu sangat mengundang rasa penasaran yang teramat,
sebuah mata, terlihat dengan jelas walaupun tertutup oleh masker dan dapat terlihat sebuah halusinasi bahwa "apa gadis itu sedang tertawa" gumamnya dalam hati, mata gadis itu menyipit seperti biasanya ketika ia sedang tertawa ataupun tersenyum, walaupun senyuman di bibir itu tidak terlihat tapi matanya dapat menunjukan sebuah ekspresi yang jelas.
bagaimana mana bisa kau tertarik dengan gadis yang tidak jelas seperti itu, apa karena dia sangat mirip dengan seseorang.
angin bertiup kencang menghembuskan rambut rambut yang terikat rapi itu ke udara. gadis itu menghalangi rambutnya dengan sebelah tangannya.
begitu indah bagaikan seorang gadis yang yang berada di savana dengan rumput-rumput ilalang yang mulai menguning di hiasi birunya langit yang menawan, seorang gadis muncul dari sebuah kanvas dengan bingkai pemandangan alam.
sebuah perasaan yang mulai mengusik hatinya mengharapkan kehadiran dari gadis yang mulai ia inginkan.
apakah dia si gadis keras kepala itu, benarkah,.. tidak mungkin dia ada disini sekarang, mungkin itu hanya angin yang membuat tubuhku kedinginan dan gemetar setelah melihatnya. mungkin ini efek karena minum kemarin. Pria itu pun mulai beranjak pergi dari lokasi itu.
"kembali ke kantor" ia memerintahkan supirnya.
tapi di tengah jalannya ia mendengar suara.
"Zia..." seseorang meneriaki dari kejauhan dan gadis itupun mulai menghampiri suara itu.
ia terkejut dan mulai memutar badannya.
apa Zia..., dimana, apakah aku salah dengar.
tapi sosok wanita itupun telah lenyap bersama angin.
"apa kau sudah selesai?"
"ya, aku sudah selesai"
"ayo kita kembali"
"baik" Zia mengemasi barang-barangnya dan kembali ke kantor.
di kantor, Tama masih berfikir apakah benar wanita yang berada di sana itu adalah Zia. sebuah perasaan yang memaksanya ingin sekali menemui gadis itu mulai menjalar.
bagaimana bisa dia berada di sana, apa mungkin dia bekerja di perusahaan itu,
dan ia mulai berfikir dengan keras karena sebauh rasa. rasa apa itu ataukah sebuah rasa rindu.
"aku sangat menginginkannya"