Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 46 - kesialan

Chapter 46 - kesialan

pria tampan itu mengedipkan sedikit alisnya menimbulkan sebuah kesan menggoda.

"handponeku baru saja ketinggalan jadi aku perlu menelpon seseorang untuk menjemputku. ia memajukan kepalanya beberapa senti mendekat ke arah gadis yang ada di bangku sebelahnya, memiringkan kepalanya dan tersenyum.

tapi gadis itu hanya terdiam dengan fikiran kosongnya dan dengan spontan ia mengulurkan handponenya.

"ini"

"terima kasih"

pria itu membuat sebuah panggilan telepon dan mengirimkan sebuah pesan.

setelah itu ia mengulurkan tangannya dan berkata "thank ya" .

Zia hanya diam mematung sambil menggerakan tangan kanannya untuk meraih handphonenya kembali.

dengan masih menatap gadis itu pria ini dengan lembut dan cepat mengulurkan tangannya dan meraih jari-jemari yang mungil itu sambil menjabat tangannya "aku Herry, salam kenal"

"em" jawab Zia singkat dengan sebuah anggukan kecil dan wajah yang datar.

matanya kembali fokus pada jalan yang sering ia lewati tanpa memperdulikan sekitarnya.

hirup pikuk keadaan di bus itu tidak membuatnya terganggu bahkan sesekali ia hampir tertidur pada sudut jendela itu.

di sisi lain, ada sepasang mata yang selalu memperhatikanya. entah karena gadis itu begitu menarik ataukah tidak ada sesuatupun di dalam bus itu yang membuatnya tertarik untuk di lihat. pria itu sedang menatapnya, memperhatikan setiap sudut, setiap bentuk yang tercipta di wajahnya.

'gadis ini ... terlihat manis walau tanpa riasan sedikitpun'. gumamnya.

fikirannya 'ia bagaikan manekin mematung tanpa melakukan suatu gerakan apapun di kursi itu'. sesekali ia akan mengedipkan bola matanya dan membuatnya terkesan bak boneka.

'bukankah ia sangat imut' gumam herry sambil menaikan sudut wajahnya di bibir.

di sisi bagian depan bangku bus ada beberapa gadis SMA yang sedari tadi memperhatikan pria ini dari kejauahan. mereka seperti melihat sesuatu yang sangat menggoda dan menarik perhatian mereka...

pria ini sangat tampan dengan segala sesuatu yang ia miliki. membuat orang tidak akan mau mengedipkan matanya sekalipun walau sedetik, karena takut keindahan itu akan menghilang.

sungguh jarang sekali bahkan akan sangat sulit mendapati pria tampan yang mau naik bus seperti ini, bukankah seperti bertemu dengan sebuah keberuntungan walau hanya dapat melihatnya.

dari kejauahan dapat terlihat sesekali mereka akan berbisik-bisik dan tersenyum melihat pria ini. dan pria inipun menyambutnya dengan sebuah senyum kecil nan ramah.

zia mulai sadar dari lamunannya ketika melihat jalan yang sangat ia kenali. ia mulai berdiri dan berjalan maju kedepan untuk turun. sesekali ia melihat pria yang tadi duduk bersebelahan dengannya, dan kini bangkunya telah diisi oleh dua gadis SMA yang sedari tadi ingin sekali mengusirnya dan menggantikan dia duduk dengan pria itu.

tanpa sebuah perintah ke dua gadis SMA itupun mulai mengajukan berbagai pertanyaan kepada pria itu bagaikan seorang paparazi yang haus akan informasi, foto dan serta segala sesuatu yang dapat mereka peroleh...

Zia hanya memandangnya sekilas masih dengan tatapan datar nan acuhnya itu dengan dan iapun berlalu pergi.

---------

di kantor, ia memualai rutinitas sehari-harinya dengan fikiran yang masih kosong.

sebenarnya ia sedang memikirkan sesuatu dengan sangat keras, bahkan teramat kerasnya ia berfikir sehingga semua yang ada difikiranya menghilang dan diisi dengan kekosongan.

"kamu kenapa? apa kamu kurang sehat?" tanya Renata.

zia menggelengkan kepalanya tapi tidak menutupi expresi lelahnya dan sebuah kesedihan.

"ceritalah, itu akan membuatmu merasa lebih baik" nasehat Renata.

'aku tidak mungkin menceritakan masalahku, itu akan sangat memalukan bukan' gerutunya dalam hati.

"tidak mbak, aku hanya kurang tidur semalam ... haha... "sambil tertawa garing.

"aku akan mengambil kopi di pentry, apa mbak mau?" tanya Zia menimpali dengan sebuah tawaran.

"boleh, kopi hitam seperti biasa, okey!" sambil melingkarkan jarinya menjadi huruf o.

zia menangguk dan pergi ke pentry.

di pantry,...

tangannya yang putih nan mungil mengaduk-aduk gula yang ada di dalam mug itu tanpa expresi.

"auk... kepalaku sakit lagi, badanku terasa sakit semua" ia bersandar di meja panjang yang ada di pantry sambil memegangi kepalanya.

karena kurang hati-hati ia tak sengaja menyentuh tombol air panas yang ada di diatasnya sehingga membuat air panas itu mengalir dan jatuh di tanganya yang putih itu dan membuatya kesakitan.

"AUukk... sakit" ia menjerit kesakitan, tangan yang putih itupun berubah warna menjadi seperti tomat matang yang berwarna merah menyala.

"alangkah sialnya aku hari ini" ia mengeluarkan nafas keputus asaanya, menurunkan badannya kebawah meja sambil terduduk menggenggam tangannya yang melepuh itu.

ia terdiam untuk beberapa menit dan tubuhnya mulai merasa lemas dan mulai tertidur untuk sesaat...

tetapi ia kembali sadar seratus persen seketika kala jam dinding mengganggunya dengan suara detiknya.

'aku harus segera kembali, mbak Renata pasti mencariku bila aku berlama-lama disini', ia pasti akan menyuruhku pulang bila tau aku sakit, tapi banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan.... gerutunya sepanjang langkah kakinya sambil mengeluarkan nafas kepasrahannya.

"mbak, ini kopinya?" seru Zia.

"ah, iya taruh di situ... " Renata berbalik dari duduknya dan melihat tangan Zia yang berwarna merah karena melepuh.

"ada apa dengan tanganmu?" tanya khawatir.

"ah ini... ini... kemarin aku tidak berhati-hati ketika memasak... ya jadi seperti ini".. jawab zia ragu-ragu. sebuah perasaan takut dan rasa sakitnya membuat tubuhnya mengeluarkan keringat dingin dan ia bertambah pucat.

"sudah diobati?"tanya Renata khawatir

Zia menggelengkan kepalanya.

"kamu itu... harusnya kemarin langsung diobati, nanti jadi luka belang bagaimana... nanti susah di hilangkannya.... perempuan itu harus pintar jaga diri kalau sampe ada luka itu akan mempengaruhi penampilanmu. ingat tubuh adalah aset...."

"ohya mbak nanti mau pergi keluar sebentar, kamu baik-baik di kantor ya, nanti akan mbak belikan salep. tapi kalau kamu merasa kurang enak badan pulanglah untuk istirahat. ingat pekerjaan bukan segalanya, tapi kesehatan yang baik akan membuat semuanya baik pula". Renata berkata panjang lebar sehingga membuat orang yang mendengarnya akan merasa bingung.

tapi itulah sosok atasannya ini, dia begitu baik dan peduli pada semua anak buahnya.

Zia mengangguk dan Renata melangkah maju serta menepuk pundak Zia. "pulanglah, sepertinya kau perlu istirahat. kita akan bahas pekerjaan besok ketika kau sudah membaik". sambil melangkah pergi.

"iya,... hati-hati mbak". seru Zia.

"okey, say". jawab Renata sambil melambaikan tanganya.

--------

selesai rapat ia duduk di meja kerjanya dengan gagah.

"bawakan aku berkasnya!"

"baik tuan"

ia mulai membolak-balik dokumen itu dan mulai berfikir.

matanya melihat ke sudut jendela... dan terlihat sebuah bayangan, seorang pria tampan yang rapi dengan jas warna hitamnya. wajahnya tampan tapi ada sesuatu yang kurang di wajah itu. entah apa yang mengurangi ketampanannya...

sebuah bayangan yang ada difikirannya mulai terbentuk bagaikan sebuah film di layar kaca pada sebuah jendela itu... gadis itu tersenyum manis semanis permen lolipop dan terlihat begitu manis dengan lesung pipit di sebelah kanan pipinya dengan mata menyipitnya... dan sebuah seruaan "Zia..."