Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 42 - bekerja

Chapter 42 - bekerja

"kenapa kau menolak untuk berkerjasama dengan perusahaan kontraktor itu"

"aku tidak menolaknya hanya saja... aku belum memikirkannya" Tama asik dengan leptopnya.

"cobalah belajar berinvestasi !, perusahaan itu walaupun kecil dengar-dengar mereka ikut dalam lelang proyek pemerintah untuk membangun sebuah tempat wisata di kota R". bukankah bagus bila mereka bisa memenangkan proyek itu. kau akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. apa lagi mereka saat ini sangat memerlukan dana yang besar untuk memenangkan lelang itu. mereka bahkan menjual hampir 80 persen saham mereka hanya untuk mendapatkan modal yang cukup untuk memenangkan tender itu.

pikirkan baik-baik dan cobalah pertimbangkan pendapat ayahmu ini" Ayahnya menepuk pundak Tama yang masih sibuk dengan leptopnya tanpa melirik sekalipun.

"kau tau bahwa ayahmu ini sudah tua, sebaiknya kau bersiap untuk menggantikanku".

Tama hanya melempar sebuah tatapan kosong, seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.

______________***______________

di sebuah perusahaan di kota R waktu interview telah selesai dan Zia di terima sebagai pegawai di bidang pemasaran.

besok adalah hari pertamanya untuk bekerja.

"aku sudah mendapatkan pekerjaan di kota R, seperti yang aku ceritakan kemarin."

"kenapa harus di kota R ?"

"entahlah, bukankah kau tau begitu sulit untuk mencari pekerjaan bagi seorang pemula yang belum memiliki pengalaman kerja seperti aku ini. aku bisa naik kendaraan umum untuk pergi kerja setiap harinya, kau tak perlu kawatir".

"hm" Vian pun berlalu pergi.

_____________***_______________

"selamat pagi, perkenalkan nama saya Ziafiska Pratama, saya pegawai baru di bidang pemasaran, mohon bimbingannya". Zia menundukan kepalanya seraya memberikan hormat.

"baiklah, siapa namamu ?

"Zia"

"oh iya Zia kamu sekarang jadi stafnya bu Renata ya, karena bu Renata baru diangkat menjadi manager jadi belum punya staf jadi kamu sekarang tugasnya membantu bu Renata".

"baik".

"baiklah kalian semua boleh kembali ketempat masing-masing".

"baik, pak."

"Zia...!" seorang perempuan yang berumur sekitar 30tahunan memanggilnya.

"iya, bu..."

"sini ikut aku"

" iya,bu."

"jangan panggil ibu donk..." panggil aja mbak gt"

"baiklah bu... ops.. maaf mbak maksudnya"

"untuk sementara kamu disini, besok baru kita atur ruangannya biar lebih enak, berapa usia mu?"

"22 tahun bu,... maaf... mbak" zia menjawab dengan gugup.

"wah masih muda ya"...nanti aku minta tolong buatkan laporan ini. nanti saya koreksi"

"iya mbak"

beberapa jam kemudian.

"nanti aku minta tolong laporanya serahin ke bagian sekertariat ya, aku ada acara rapat di luar, kapan-kapan aku ajak biar pengalaman dan kalau aku tunjuk buat ngantiin aku rapat kamu harus mau"

"ah... mbak, aku nggak berani"

"harus berani, makannya itu belajar dulu"

______________________________________

"bukkk..." suara tumpukan kertas di banting.

"masa bikin laporan gini aja nggak bisa"...

"anak baru itu dia bisanya apa masa gini aja gak becus"

"bisanya cuma pamer wajah aja"

suara gadis-gadis sedang mencemooh zia dari ruang sebelah.

Zia hanya berlalu begitu saja tanpa menghiraukan mereka, walaupun dalam hatinya terasa perih.

keesokan harinya,

"hei, anak baru sombong banget sih ditanyai nggak ngejawab".

"maaf, bu saya tidak dengar"

"kamu itu kalau jadi anak baru jangan sombong-sombong banget ya. ditanya gitu aja nggak jawab."

"maaf bu, saya tidak bermaksud seperti itu, saya benar-benar tidak mendengar apa yang ibu tanyakan".

"ah... sudahlah, dasar.." wanita itupun berlalu.

"sudahlah, biarin aja... bu Ida emang gitu orangnya, jangan di masukan dalam hati". Renata mencoba menghiburnya.

"nanti temenin aku ke lapangan ya kita cek lokasi yang akan di lakukan pembangunan..., sekali-kali kerja di luar jangan di kantor mulu" celetuk Renata.

"iya" Zia mengagukan kepalanya.

"kita bagian pemasaran harus tau semua yang akan kita branding, kita juga wajib sering-sering tinjau lokasi... sekalian jalan-jalan gitu. hahaha..." suntuk di kantor terus ketemu sama orang-orang kayak mereka. aku malah lebih suka kerja di lapangan daripada di kantor. bisa nambah pengalaman... dan relasi juga,"

Renata bercerita panjang lebar hingga menumbuhkan benih semangat di hati Zia.

sebuah handphone berdering.

"wah, pak direktur habis nelpon beliau minta aku mewakilinya buat rapat hari kamis, aku minta tolong kamu besok siapkan berkas-berkasnya ya".

"iya mbak"

____________________________________

beberapa bulan kemudian...

"Zia.."

"iya mbak".

"nanti kamu cek lokasi yang baru ya, buat laporannya dan taruh di mejaku ya, mbak mau keluar kota beberapa hari menemani pak direktur untuk rapat". Renata sambil membereskan berkas-berkasnya.

"baik mbak,"

"oh iya mbak lupa, laporan ini nanti serahkan ke bagian kontruksi namanya pak Anton, dan tolong bilang sama pak Anton untuk segera melakukan pembangunan"

"selama mbak ndak ada kamu yang handle semuanya ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi mbak aja. baik-baik ya selama mbak tinggal nanti mbak beliin oleh-oleh deh" Renata tersenyum lebar seraya menghibur anak buahnya itu.

"siap mbak, hati-hati dijalan"