"apa kau baik-baik saja". Tama mulai merasa khawatir.
gadis itu masih menahan tangisnya dengan sekuat tenaga hingga ia tak bisa berkata-kata, ia mengangkat tanganya seraya memberikan isyarat "i'm okey".
"kenapa kau menangis?" dengan nada suara yang khasnya itu ia mulai bertanya dan merasa bertambah khawatir.
gadis itu tidak menjawab seolah-olah ia bisu seribu bahasa. kepalanya masih menunduk kebawah menutupi wajah buruknya itu. ia ingin melarikan diri dari tempat itu tapi tangannya di genggam erat oleh pria yang tidak ia ketahui.
ia berusaha meronta-ronta untuk melepaskan dirinya, tapi usahanya sia-sia.
kata-kata itu keluar dengan sekuat tenaga "lepaskan aku, lepaskan aku mohon"...semakin ia berusaha semakin air matanya mulai pecah. " aku mohon tuan lepaskan aku...aku harus pergi dari sini...huuhu...air matanya mulai mengalir bagaikan hujan. semua yang ia tahan mulai keluar dengan sendirinya.
Tama menariknya dan memeluknya dengan erat seolah-olah ia merasakan apa yang gadis itu rasakan.
"lepaskan..." lepaskan aku mohon"... gadis itu masih meronta-ronta di bawah pelukan pria itu.
"tenanglah.. aku tidak akan berbuat macam-macam padamu.." ia mempererat pelukannya seakan-akan tidak ingin kehilangan gadis itu lagi. "menangislah... itu akan membuatmu merasa lebih baik"... dengan ragu-ragu ia mulai meletakan tangannya di pundak gadis yang sedang menangis di pelukannya itu dengan lembut secara perlahan.
gadis itupun mulai menjadi tenang. entah karena ia mulai merasa lelah setelah menangis atau ia mulai merasa nyaman dengan punggung itu dan rasa sakit itu mulai memudar, tubuhnya mulai melemas hingga ia tak sadarkan diri.
merasakan tubuh yang ia peluk terasa mulai terasa berat dan bahkan tidak ada gerakan sama sekali, ia mulai merasa heran "hei, kau ...kau kenapa?.. bangunlah.. hei, bangun.." ia mulai merasa panik dan memandangi gadis itu sudah pingsan di pelukannya. wajahnya pucat dan sangat lemas tak berdaya. melambaikan tangannya dan berkata "bawakan mobil kemari". memerintahkan supirnya.
ia mengangkat tubuh gadis itu dengan mantap menuju ke mobil dan memerintahkan sopir itu untuk pergi.
beberapa menit kemudian sampailah ia di rumah sakit terdekat.
"apa dia baik-baik saja?" dia bertanya dengan rasa khawatir tapi tidak mengurangi wajah tampan yang tegas itu.
"dia hanya kelelahan dan kurang nutrisi, dengan beristirahat sehari, dia akan pulih kembali". dokter itu mulai beranjak pergi.
gadis itu tertidur dengan lelap bagaikan seorang putri salju yang tidak akan membuka matanya bila tidak mendapatkan sebuah kecupan.
wajah putihnya memucat, tubuhnya terlihat kurus tapi ia masih terlihat sangat mempesona.
ia ingin sekali menjadi seorang pangeran yang dapat membangunkannya dengan sebuah keajaiban, sebuah kecupan yang dapat membangunkan putri salju itu.
bibir yang mungil itu tertutup rapat dengan posisi tidur yang selayaknya putri salju dengan rambut panjang yang hitam dan gaun putih serta kulit putih mulusnya. posisi mereka bagaikan sebuah cerita di negeri dongeng, sang pangeran menemukan pujaan hatinya yang telah tertidur di sebuah hutan. ia ingin sekali memberikan cium terakhir kepada gadis pujaan hatinya itu dan berharap akan ada keajaiban gadis itu akan bangun kembali. kenapa mata ini indah bila melihatmu, kenapa jatung dan jiwaku bergetar bila menyentuhmu, kau begitu menggoda ku, batinnya. kenapa kau sangat keras kepala kepada hidupmu sendiri, aku tak perduli kau berkata mau atau tidak aku akan tetap akan mengawasimu.
ia berfikir kenapa dia bisa terpesona pada gadis yang bahkan tidak memiliki apa-apa untuk di hargai bahkan tidak bisa melindungi hidupnya sendiri. ia begitu terpesona pada gadis ini pada pandangan pertama.
semua fikiran itu menghilang seketika, ketika suster datang untuk memintanya melengkapi data pasien.
"baiklah" ia mulai keluar ruangan itu.