sore yg sangat cerah...
reza dan naumi melaju ke rumah sahabatnya rina karna disana ada pesta kecil keluarga nya atas wisuda rina
mereka berjalan sambil bercanda gurau " za ketika kau menjadi dokter sungguhan apa hal pertama yang kau lakukan? bekerja atau traveling? tanya naumi padanya...
dengan santai dia menjawab" mungkin aq akan menikahimu karna kita sudah terlalu tua dan kau tak akan menikah selain dengan ku "
naumi : "seandainya kau memang di takdirkan untuk ku, pasti hidup kita akan bahagia" naumi tersenyum sambil melihat hijau nya langit di siang itu.
" tapi za, apa kita akan saling mencintai? karna mungkin saja aq akan menjadi gila saat menikah dngan mu" sambil berbalik ke arah reza dengan antusias menunggu jawaban reza
reza : " kau kira aq bodoh mau menikah dengan org gila" mereka tertawa terbahak bahak saat menghayalkan apa yg akan terjadi di masa yang akan datang
mobil yg di kendarai reza tetap melayu dengan tengang hingga mereka sampai di rumah rina, rina sudah menunggu di depan rumah.
saat mereka turun rina berlari ke arah naumi sambil berteriak " naumi.... aq rindu.." mereka bertiga adalah sahabat di universitas, rina dan naumi satu jurusan saat kuliah dulu. merka mengambil jurusan ekonomi sedangkan reza mengambil jurusan kedokteran
reza dan naumi adalah teman masa kecil dan tetangga makanya mereka akrap bak dua sejoli yg selalu bergandengan tangan dan rina selalu menjadi orang ketiga di antara mereka. itu kalau versi sinetronnya tp mereka memang bersahabat dengan rina semenjak masuk universitas
rina membawa reza dan naumi masuk kerumahnya, musik klasik yang membuat hati tenang mengiring langka mereka menuju ruang tamu. disana sudah ada beberapa org yg duduk atau berdiri bersenda garua atau pun sekedar berbincang bincang antar keluarga karna ini acara sukuran jd yg hadir hanya org terdekat rina.
saat naumi memasuki ruangan tamu tersebut, tiba-tiba dia terdiam seolah terpesona pada seseorang yg berdiri di belakang kursi tamu bersama beberapa org lainnya, di tersenym bak seorang raja sambil berbicara, mata naumi berkaca kaca dan mukanya memerah, sadar akan tingkah naumi rina pun menegurnya.
" hey apa yg kau lakukan?"
"dia tampan sekali" naumi tersenyum dan menggelengkan kepalanya
"itu sepupuku, tampankan? sayang dia uda tunangan..." rina menggoda naumi
"hah....mmmmh benar kah?" naumi terkejut dan ekpresi wajahnya berubah
" iya, minggu depan uda akad" rina menjawab serba salah
" oh begitu kah..." naumi menurunkan kepala nya yang mengisaratkan kekesalannya." kenapa dulu kau tidak mengenalkannya pada ku? padahal aq langsung jatuh cinta pada pandangan pertama" naumi manyun..."
reza hanya memperhatikan apa yang para sahabat perempuannya lakukan, sekaligus terkejut saat naumi mengungkapkan peresaannya. karna dia belum pernah mendengar naumi mengatakan itu.
"hey apa yang kau lakukan? hayo aq kenalkan padanya". rina menqrik naumi...
mereka bertiga berjalan menuju lelaki yang dari tadi mereka bicarakan
" kak ini naumi dan yang ini reza temanku di kampus dulu" rina mengenalkannya
" aq ilham sepupunya rina" sambil mengulurkan tangannya pada naumi dan kemudian reza
naumi hanya memperhatikanya tampa berbicara
" rina sering membicarakan kalian, katanya dia baru pertama kali punya sahabat kyak kalian dan sangat menyayangi kalian"
reza tersenyum " rina berlebihan kak, kmi sebnarnya biasa saja..."
reza dan ilham berbicara layaknya orang yang baru berkenalan menanyakan kegiatan, hobby dan urusan probadi lainnya untuk saling berkenalan, semantara naumi hanya diam memperhatikan, wajah nya tak lago bergairah seperti orang yang habis di tolak
rina mulai menyadari apa yang terjadi, kemudian mengajak naumi maeninggalkan reza dan ilham yang asik berbicara, dan membawa naumi ke kamarnya.
" hey ada apa? apa kau serius dengan ini?" rina seakan tak percaya apa yang terjadi
naumi hanya diam, perlahan meneteskan air mata
"hey... naumi?? jangan begini?
"tanpaku sadari aq benar benar jatuh cinta, rasanya sesak di sini." sambil menunjuk ke dadanya..
"naumi... " rina tak menyangka bahwa sahabatnya telah jatuh cinta dan hancur dalam sekejap
"aku.... merasa gila" naumi tak dapat mengontrol perasaannya.
"naumi..." sekali lagi rina memanggil namanya dan memeluk naumi seakan dia tak percaya bahwa sahabat yang iya kenal tidak mudah jatuh cinta dan menangis bisa menjadi seperti ini hanya dalam hitingan menit. apa yang harus dilakukannya...