Setelah mereka melepas stres bersama dan merasa lelah akhirnya mereka memutuskan akan pulang. semua peralatan yang di bawa di kemas kembali untuk dibawa pulang.
" Reza, aku pulang naik taksi saja karna sudah hampir senja jika kalian mengantarku pulang nanti pasti kemalaman" Rina mencari alasan untuk tidak pulang bersama
" Tidak apa apa lagian kami bsok juga g ada acara" reza menjawab biasa
" Benar " Naumi menimpali
" Tidak usah soalnya nanti saya juga mau mampir tadi kakak menelpon minta di belikan sesuatu ke supermarket" Rina tetap mencari alasan
" apa g papa? Naumi terlihat kwatir
" g pa Naumi" Rina meyakinkan sambil memegang tangan nya
" baik lah, tapi kami akan menunggumu dulu naik Taxsi sebelum kami pulang, paling tidak kami liat plat nomornya" reza menimpali dan mengusir kekhawatiran Naumi
" telpon aku kalau sudah sampai Rumah ya.." Naumi memperingatkan Rina
" Oke boss" Rina sambil mengangkat tangan ke kepalanya menirukan hormat dari prajurit ke kaptennya.
Taxsi yang di pesan Rina pun datang, Rina pamit pulang pada Reza dan Naumi
...
Sehari sebelum pernikahan
Dikediaman Ilham terlihat ramai, banyak keluarganya yang datang, begitu juga dengan ibunya yang datang dari kampung ke kota untuk menghadiri pernikahan anaknya. Ilham anak yatim karna ayahnya sudah meninggal 5 tahun lalu. Ilham merupakan seorang yang pekerja keras terbukti dia sudah punya Rumah sendiri di kota. dan terkadang dia juga pulang untuk mengunjungi ibunya yang tinggal sendiri di rumah nya. hanya saja dia bertetangga dengan kakak perempuan Ilham. sehinga ibunya merasa nyaman tinggal jauh dari Ilham dan tidak merasa kesepian.
Rina tampak sibuk membantu keluarga nya untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ilham juga sibuk menyapa teman dan kerabat yang datang untuk membantu acaranya besok meski acara di lakukan di rumah mempelai wanita.
Ilham tampak bahagia, senyum nya tak lekang dari wajahnya. saat malam tiba rumah sudah mulai sepi karena para saudara sudah kembali kerumahnya dan bersiap untuk datang lagi bsok pagi pagi untuk mengantar iring iringan penganten ke rumah mempelai wanita.
Ilham melihat ibunya yang duduk di di kursi dekat kolom renang di samping rumahnya. lama tak berbincang katanya dalam hati. kemudian dia masuk kerumah dan mumbuat teh untuk mereka berdua, rumah sudah mulai sepi karna sudah pukul 10 malam Rina dan yang lain sudah tidur karna kelelahan.
" Ibu..." pelan suara ilham memanggilnya sambil meletak kan teh digelasnya
ibunya hanya tersenyum
" kenapa ibu belum tidur?" tanya Ilham setelah menyeruput tehnya
" ibu belum mengantuk ibu ingin menikmati angin disini dulu " kata ibunya
" ibu, terima kasih untuk semuanya " ilham berdiri dan memeluk ibunya dari samping sambil mencium pipinya dan tak melepas kan pelukannya
ibunya hanya mengelus tangan yang memeluknya seraya meneteskan air mata
" ibu kenapa menangis" Ilham menghapus air matanya dan mulai membungkuk turun kelantai dan terduduk.
" Ibu bahagia, karna anak ibu sudah besar. dan besok kau akan menikah, Rasanya baru kemaren ibu mengantarmu kesekolah, menyisir rambutmu, menyuapkanmu" ibu sambil mengelus kepala Ilham yang di letakkan di pangkuannya.
" ibu..." Ilham menengadahkan kepalanya memandang wajah ibunya
" ingat nak, kamu harus bertanggung jawab terhadap istrimu, jangan menyia nyiakan dia" pesan ibu ke pada Ilham
" mutia anak yang baik, sopan, cerdas, cantik dan dia juga sangat menyayangi ibu " ibu sambil membayangkan menantunya
" baik lah bu " ilham menyiumi tangan ibunya
"Ibu, apa dulu ayah sangat menyayangi ibu? ilham bertanya memandang ibunya
" ayah mu sangat baik, dia bertanggung jawab, dia gagah dan selalu menyayangi ibu" ibu terlihat sedih dan bahagia di saat yang bersamaan
" aku juga dapat melihatnya" kata Ilham dalam hatinya
" sudah, cepat habiskan teh nya, mari kita tidur, besok kita telat bangun dan terlambat datang". ibunya seperti memberi perintah
Ilham bangun dan meminum tehnya yang sudah tidak panas lagi. kemudain pergi ke kamarnya. karna kamarnya sudah dihias seperti kamar penganten dan takut merusak kerja keras para saudara yang menyusunnya akhirnya dia memutuskan untuk tidur di kamar tamu yang disana ada beberapa pria yang merupakan sepupunya.
Perlahan tidur di atas karpet, kemudian mengambil tas nya bermasut untuk menelpon Mutia. tas dibuka dan mengambil henponnya saat mengeluarkannya sebuah kartu undangan terjatuh. tertulis nama Naumi di situ.
Kemudian dia teringat akan Naumi, gadis cantik bertubuh mungil yang berani dan juga manja. dia teringat saat wanita itu menangis. " semoga saja kau mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari aku " sambil memasukkan undangan itu ke dalam tasnya kembali.
Perlahan matanya dicoba untuk dipejamkan dan terlupa untuk menelpon Mutia, tapi matanya tak bisa dipejamkan. dia terus kepikiran Naumi. " ada apa ini? apa yang terjadi? apa aku terlalu jahat padanya?"
dia terus saja bertanya dalam hatinya.
"apa-apan ini? kenapa dia selalu muncul" ilham kembali membuka matanya melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. kemudian dia kembali ke dapur untuk mengambil minum.
Terlihat Rina yang sedang menangis di dapur sambil menelpon, perlahan Ilham mendekati di sebalik dinding dan mendengarkan percakapannya.
" Naumi, ada banyak lelaki lain yang akan mencintaimu. cobalah untuk untuk menerima kenyataan. bsok dia akan menikah. tolong ihklaskan" pinta Rina
" tapi aku mencintainya" Naumi membalas
" tapi cinta ini salah Naumi, kau akan menyakiti semua orang. kau akan menyakiti dirimu sendiri" Rina mengungkapkannya dengan nada tegas namun berbisik.
" Rina, ini yang pertama aku menyukai orang lain. dan ini sangat menyiksa ku" Naumi menangis
" Naumi aku tau, aku juga mengerti. tolong jangan lakukan itu" Rina memohon
Ilham terkejut" apa yang akan dia lakukan? apa dia akan menghancurkan pernikahanku? apa dia gadis yang sejahat itu?" dia bertanya tanya sendiri dalam hatinya
" Naumi aku menyayangimu, jangan lakukan itu, jika kau melakukannya mari kita lakukan berdua. jika kau setega itu ingin menyakitiku. " Rina terlihat mengancam dan perlahan terduduk sambil menangis dengan henpon di tangannya. tangisannya tak bersuara namun berurai air mata
Ilham yang mendengarkan percakapan itu perlahan berjalan menuju kamar nya kembali." apa yang akan mereka lakukan?" mengapa mereka selalu menangis?"