Sinar matahari sangat cerah, di kediaman Ilham terlihat ramai karna banyak orang yang datang untuk ikut iring iringan penganten, Ilham mengenakan baju penganten terlihat gagah dan sangat menawan bak Raja. tapi matanya terlihat masih menyisakan sedikit mata panda karna tidak bisa tidur. pagi itu wajah nya terlihat cemas, dia masih kepikiran apa yang akan dilakukan Naumi.
akhirnya iring iringan penganten laki - laki tiba di kediaman mempelai wanita, suasana yang ramai banyak undangan yang datang. Ilham terlihat grogi dan sesekali mencoba melafazkan bacaan ijap kabul yang di hafalnya karna mereka beragama islam jadi pernikahan nya di lakukan dengan akad bersama ayah mempelai wanita.
Suasana mulai ramai, pak penghulu pun sudah tiba. kemudian Mutia di panggil untuk keluar dari Kamarnya. saat Mutia keluar dari kamarnya dia sangat terlihat cantik sehingga membuat semua mata tertuju kepadanya. kulitnya yang putih di padukan dengan gaun putih tertutup dengan riasan tipis berwarna sedikit mencolok membuat nya sangat anggun bak putri raja.
Mutia duduk di belakang ayahnya, selama propesi berjalan sesekali Ilham mencuri pandang kearahnya, jantungnya berdetak kencang terlihat bahagia dan bangga di wajahnya. setelah beberapa acara maka mulailah akat nikahnya. ayah Mutia mulai menjabad tangan Ilham, dan Ilham mulai memandang ayah mertuanya.
Ibu yang duduk di belakang Ilham terlihat khawatir dan deg degkan melihat ini
" saya nikahkan anak kandung saya Mutia sari dengan Ilham pratama dengan maskawin seperangkat alat sholat di bayar tunaii " ayah mutia mengucapkannya dalam satu nafas
" Saya terima nikahnya Mutia sari dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai " ilham menjawab nya dengan lancar dan satu nafas
" sah...."
"sah..."
" sah ..."
"sah..." para tamu menjawab bacaan mereka
Doa pernikahan di lantunkan oleh pak penghulu, tetesan air mata bahagia jatuh dari mata kedua mempelai dan juga orang orang yang menyayanginya. tapi di dalam kebahagiaan mereka di sudut Rumah itu ada Naumi yang sudah menangis dari saat mempelai pria datang kerumah itu.
Disaat orang lain sibuk memberi selamat Naumi bangun dan berjalan menuju pintu namun badan nya terlihat lemah mungkin karna menangis semalaman jadi tubuhnya terasa tidak mampu untuk berjalan lagi. dia pingsan di kerumunan orang yang memberi selamat.
Rina yang melihat hal itu berlari kearahnya, kemudian mengangkat kepalanya. Reza juga berada disana dan berlari kearahnya kemudian mengangkatnya dan membawanya ke sebuah kamar yang ditunjukan Mutia, Naumi terlihat pucat dengan mata bengkak. Rina menangis histeris melihat itu. " maafkan aku Naumi" dia mengatakanya sambil menangis. " maaf kan aku "
Reza memeriksanya, kemudian memasangkan Infus untuk membuatnya bangun kembali. setelah dua jam Naumi baru bangun. semua mata memandangnya iba karna melihat keadaannya. Rumah Mutia mulai sepi karna ini hanya akad nikah saja dan pestanya akan di langsungkan Nanti malam.
" maaf kan aku Naumi" Rina masih menangis.
Naumi melihat sekitarnya, dan matanya tertuju pada Ilham kemudian matanya berkaca kaca dan berakhir dengan berurai air mata. orang yang berada di kamar itu bingung dengan apa yang terjadi.
" apa kau mau pulang?" tanya reza sambil memegang tangannya membantunya untuk duduk. dia terlihat lemas dan pucat sekali. Naumi mencoba berdiri dan berjalan ke arah Ilham
" mau kah kau menikahi ku juga?" Naumi memegang ujung lengan bajunya." tolong nikahi aku juga" pintanya memohon sambil menangis dan akhirnya terjatuh
" aku tidak bisa" jawab ilham " aku sudah menikah" semua orang memandang mereka seperti sebuah drama
" dia suamiku" jawab mutia
semua orang di ruangan itu berbisik dengan yang lainnya.
" Ilham, apa ini? siapa gadis ini, kenapa dia memohon untuk kau nikahi? " mutia marah sambil memperhatikan Naumi dengan baik
" dia bukan siap siapa, aku baru mengenalnya" Ilham menjelaskan
" lalu kenapa dia minta dinikahi? apa kau curang di belakang ku" mutia meninggikan suaranya
" mutia percayalah padaku, hanya kau yang aku cintai" mendengar itu mutia sedikit tenang
" tolong lah nikahi aku, aq berjanji tidak akan menuntut apapun dari mu maupun dari istrimu" Naumi masih memohon
Reza yang melihat hal itu berdiri menghampiri naumi yang jatuh dan mencoba membimbingnya berdiri. harinya hancur melihat sahabatnya seperti itu
" bawalah dia pergi dari sini karna aku tidak akan melakukan apa pun" pinta Ilham pada reza sementara Naumi tidak ingin beranjak dari situ
" tolong lah, jika kau tak menikahiku aku akan mati" Naumi merelakan badan nya di angkat Reza
" kakak aku mohon" rina ikut memohon pada Ilham
"apa apaan kamu Rina" bentak Ilham
" jika dia bunuh diri, aku akan ikut juga dengan nya" ancam Rina
" Rina..." lirih Naumi memanggilnya
" apa kalian semua gila? " ilham mulai kesal dengan apa yang terjadi
" aku hanya mencintai mutia, jangan memaksakan kehendak padaku" Ilham benar benar marah
" apa kau sangat mencintai ku? " tanya Mutia pada Ilham
" tentu, aku rela mati untuk mu" ilham memegang tangan nya.
" dia juga begitu, dia sangat mencintai mu. dia juga rela mati untuk mu, nikahi dia." pinta Mutia pada Ilham
semua yang berada di ruangan itu terkejut dengan apa yang di katakan Mutia, semuanya memandang dia seakan tidak percaya dengan apa yang dia katakan.
" aku tau semuanya, Rina sudah menceritakan hal ini padaku saat dia menjemput baju pengantenmu, dan aku melihat sendiri bagai mana wanita ini sangat mencintai mu. bahkan dia rela hanya menikah untuk melihatmu setiap hari. awalnya aku bingung, aku cemburu tapi melihat ketulusannya hatiku luluh." kata Mutia
" mutia jangan gila" ibunya memarahi Mutia " tidak ada yang mau di duakan di dunia ini, jangan bodah nak. kau akan menyesal melakukan ini" ibunya menasehati
" Ilham nikahilah dia jika kau mencintai ku, karna aku tak bisa bahagia diatas penderitaan orang lain" mutia mendekat ke arah Naumi sambil memegang wajahnya
Ilham terlihat bingung dengan keadaan ini, apa yang harus dia lakukan? tidak mungkin baginya berbagi cinta, atau menikahi orang yang tidak ia cintai. dia bingung untuk mengambil keputusannya
" apa aku harus menikah dengannya? bagaimana aq bisa adil sementara hatiku hanya untuk satu orang, aku tidak mampu" ilham berbica di dalam hatinya sambil melihat keduanya yang berdiri berdampingan.