Rina yang masih memeluk Naumi ikut menangis bersamanya seakan memikirkan sesuatu yang harus dilakukannya untuk sahabatnya tersebut.
Tiba -tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, serana panggilan untuk Rina " Rinaa..." ternyata itu Reza, mungkin dia kebingungan mencari kemana kedua sahabatnya itu pergi.
" iya, sebentar..." Rina melepaskan pelukannya pada naumi dan menghapus air matanya. begitupun Naumi, perlahan Rina berjalan menuju pintu kamarnya untuk membukanya
Reza : " Naumi ayo pulang, uda mau malam nih..."
Rina : " loh uda pada mau pulang? kan baru datang " Naumi hanya diam dan perlahan berdiri melihat ke arah sahabatnya
Reza : " baru datang gimana? orang uda dua jam kami disini, kalian berdua yang asik dikamar gw di tinggal sendirian di luar" dengan nada sedikit kesal
Naumi : " hayo pulang.... " Naumi tersenyum tipis pada Reza, dan berjalan keluar kamar
Rina dan Reza berjalan mengikut di belakangnya, Reza keheranan melihat ekpresi Naumi dan bertanya - tanya dalam hatinya, " kenapa? ada apa?" sambil memandang Rina, dan Rina pun seakan mengerti dengan pertanyaan Reza, dia hanya mengangkat bahu dan tangan nya seolah mengisaratkan dia tidak mengerti
Naumi yang berjalan menuju pintu keluar, tanpa sengaja menambrak anak kecil yang sedang berlari dan memegang gelas, gelas itu pecah dan menimpa kakinya, kaki Naumi sedikit terluka...
Ilham yang berada di sekitar mereka langsung membungkuk dan mengambil serpihan kaca yang berada di lantai, serta melihat kaki Naumi yang berdarah " Naumi kaki mu berdarah" teriak Ilham saat melihat darah itu. dengen cepat dia memapah Naumi untuk duduk di ruang tamu. sementara Reza, Rina dan tamu yang lain hanya melihatnya.
Ilham mengambil kotak obat di lemari dan dengan sigap mebersihkan luka dan mengolesi krim antiseptik di kaki Naumi serta menutupnya dengan parban. naumi hanya melihatnya saja, di dalam hatinya ada rasa bahagia dan sedih yang bercampur aduk. tapi wajah nya sudah berubah tak lagi terlihat sehabis menangis atau sedih. dia terlihat bahagia.
seakan Reza melihat perubahan pada Naumi, dia adalah orang yg paling mengerti apa yang Naumi Rasakan karna mereka sudah bersama dari kecil, semenjak kedua orang tua Naumi meninggal semua waktunya di habiskan bersama Naumi. bahkan dia tau meski Naumi hanya tersenyum...
"maafkan saya kak..." anak laki - laki kecil itu dengan wajah sedih berdiri di depanya...
Naumi yang mulai ceria karna ada Ilham disampingnya menjawab" ini sakit sekali (Naumi membuat ekpresi pura - pura sakit) aq punya sarat untuk memaafkan mu"
anak laki -laki : "apa kak?" dia jadi sedih
Naumi : " kamu harus berteman dengan ku, agar aq memaafkan mu "
anak laki- laki itu menganggukkan kepala nya sambil tersenyum dan berjalan menuju Naumi untuk duduk disamping Naumi. Ilham hanya memperhatikan mereka sambil tersenyum
Naumi : " siapa nama mu?
anak laki :" Beni kak"
Naumi : " Beni? mmmmh nama yang bagus " Naumi tersenyum...
Ilham : " tapi dia nakal" timpal ilham
ada kelegaan di hati Naumi saat Ilham mau berbicara padanya
Naumi : " benarkah?" dia menanyakanya pada Beni
Beni : " paman suka jail makanya saya agak nakal padanya, tapi kalau sama kaka cantik saya g akan nakal lagi mulai sekarang" Beni memberi janji padanya
Ilham : " siapa bilang paman jail? paman kan baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung.." senyumnya sambil mendongakkan kepalanya...
mereka tertawa bersama karna mendengar candaan Ilham, Naumi tak lagi bersedih seolah larut dalam kebagian kecil itu dan jauh dari lubuk hatinya ia berkata " Rasa ini salah, dia akan menikah " tetapi tetap dengan keegoisan nya ingin memiliki