Reza yang berdiri di samping Rina terus memandangi Naumi yang tersenyum, dia mengerti apa yang terjadi pada sahabatnya itu. tapi jauh di lubuk hatinya dia juga merasakan kegembiraan sahabatnya itu
senja pun mulai menghampiri, Naumi dan Reza pamit pulang kepada Rina dan keluarga nya
Dalam perjalanan pulang Naumi tidak berkata apa apa dan tertidur sementara Reza mengemutikan mobil sambil sesekali melihat ke arah Naumi, soalah mengamati apa yang tersirat dari wajah gadis itu...
"Naumi bangun...." pelan suara Reza membangunkan Naumi
"apa kita sudah sampai? " Naumi melihat lihat sekeliling yang terlihat Rumah pamannya, karna dia tinggal bersama paman dan bibi nya semenjak orang tuanya meninggal dunia. tapi lebih sering bermain bersama Reza di rumahnya...
" ya " Reza hanya menjawab singkat tanpa melihat kearahnya. Naumi merasakan ada yang salah dengan tingkah Reza. sambil memandangnya...
"Za, maaf kan aq..." Naumi menundukkan kepalanya
"kenapa? apa kau melakukan kesalahan" kata Reza memancingnya
" maaf kan aq karna tidak jujur pada mu, dan hanya diam padahal kau tau semua tentang ku" Naumi mulai memandang nya.
" Naumi, tolang sadarkan diri mu, ini pertemuan pertama. lelaki itu akan menikah dan kau hanya akan menderita. coba lah berfikir logis." Reza menegaskan suaranya
" itu di luar kendaliku, aku juga tidak menginginkan ini. jantungku tiba tiba saja berdetak dengan kencang nya" Naumi mencoba menjelaskannya
" Naumi biasa nya kamu tidak seperti ini, apa yg terjadi?" mulai meninggikan suaranya
" aku juga tidak mengerti, rasa ini? Aku ingin memilikinya, padahal aku tau pasti bahwa ini salah, ada orang lain juga yang akan terluka. aku tau Za bahwa ini salah, tapi hati ini tetap memaksa" mata Naumi mulai berkaca kaca
" Naumi, itu hanya pertemuan beberapa menit, mungkin saja itu hanya rasa suka biasa. coba lah untuk melupakannya" Reza mulai menurunkan suaranya kembali
" Baik lah..." Naumi hanya mengikuti saran Reza...
" masuk dan tidur lah, apa kau masih merasakan sakit? jika masih aku akan membelikan obat sebentar" Reza terlihat khawatir
" sepertinya tidak lagi, itu hanya luka biasa, aq bisa mengatasinya pak dokter" canda yang dipaksakan Naumi agar Reza tidak lagi khawatir
" kalau ada apa Apa teriak lah" karna rumah mereka bertetangga dan kamar Reza dan Naumi berhadap hadapan maka suara teriakan Naumi akan terdengar langsung ke kamar Reza
" oke pak dokter..." Naumi mulai berjalan ke teras rumah dan reza hanya memperhatikan nya di dalam hatinya tersirat rasa sakit yang di Rasakan Naumi..
" kau gila Reza " dia berkata sendiri untuk dirinya
(kediaman Rina)
" Aku pamit pulang" pinta ilham pada keluarganya
" kak Ilham tunggu sebentar, aq mau bica sebentar. apa kakak terburu buru?" Rina terlihat agak segan padanya.
" gak juga, ada apa? " ilham memandangnya
" ayo duduk disana saja, Rina menunjuk arah kursi santai di bawah pohon halaman rumahnya.
" kak, apa kakak mencintai kak mutia?" Rina bertanya tentang calon istrinya
" tentu, dan kenapa kamu bertanya seperti itu?" Reza keheranan...
" apa kakak akan setia?"
"tentu, memangnya kenapa?" Reza mulai keheranan melihat tingkah adik sepupunya itu
" kakak ingat Naumi teman ku tadikan?" rina memberanikan diri bertanya
"ya, kenapa?" Reza mulai bingung dengan Rina karna semua pertanyaannya belum di jawab dan rina bertanya kembali.
" Kak dia mencintai kakak" Rina memandang Ilham dan sengaja ingin melihat ekpresinya
"kenapa bisa? kita kan baru bertemu sekali ini" Ilham membayangkan pertemuannya yang hanya beberapa menit saja.
" yang pasti dia bahagia mengenal kakak dan ketika aq mengatakan bahwa kakak akan menikah.. dia langsung bersedih dan menangis." Rina mulai menjelaskan ke Ilham
" mungkin itu hanya rasa sesaat, itu bukan cinta tapi hanya rasa pertama bertemu dan mungkin saja itu karna kakak baik terhadapnya" ilham menjelaskan kepada Rina
" tidak kak, itu sungguhan... aku juga merasakan kesedihannya.." rina membenarkan apa yg di lakukan sahabatnya
" jadi bagaimana?" ilham kelihatan Bingung
" apa tidak ada sedikit celah" Rina melirik ke arah Ilham
" apa maksutmu? apa kau menyuruhku meninggalkan Mutia?" Ilham sedikit menekankan suaranya
" tidak kak, bukan itu maksutku " Rina membantah dengan menggelengkan kepala dan menggoyangkan sepuluh jarinya pada Ilham
" apa kau memintaku menduakan Mutia?" tanya ilham pada rina dengan sedikit nada tinggi
" apa kakak bisa memberi sedikit tempat untuk Naumi?" Rina sedikit melihatnya
" jangan gila Rina ( dengan nada sedikit tinggi) aku dan mutia saling mencintai dan dua minggu lagi akan menikah, kau harus nya mendukung, karna aku saudaramu dan dia hanya taman mu. ini seperti lelucun" reza berbicara sambil berdiri seolah tidak percaya bahwa adik sepupunya akan berbicara seperti itu.
" kak, tolong lah..." Rina memujuk
" Rina, mungkin taman mu gila dan kau jangan ikut ikutan gila sepertinya" Ilham menurunkan suara nya seolah mengerti bahwa adik sepupunya juga dalam dilema
" kak, dia tidak gila dan dia juga tidak bersalah. dia hanya jatuh cinta. tidak ada yang memaksa dan menyuruhnya untuk itu, dia hanya merasakannya begitu saja" Rina mulai meneteskan airmatanya
Ilham yang melihatnya tidak tega melihat adik sepupunya menangis, " kenapa dengan mereka, apa semua perempuan seperti itu" Ilham berkata dalam hatinya
" aq tidak mungkin meninggalkan Mutia apalagi menduakannya " ilham mulai duduk kembali
Rina masih menangis dan tertunduk memandang rerumputan
" apa kau begitu menyayangi sahabat mu itu?" Ilham bertanya lagi padanya, dan Rina hanya mengangguk
" baiklah, aku akan menjelaskannya sendiri, bawalah dia ketaman minggu jam 7 pagi kita ketemu di taman."
Rina mengangguk " terima kasih kak" sambil memeluk kakak sepupunya...
" dasar wanita cengeng " sambil menghapus air mata Rina " kau menangis hanya karna sahabat mu jatuh cinta, dan sudah berapa kali dia jatuh cinta dan kau menangis bersamanya" Ilham mengolok adik sepupunya itu
" ini pertama kalinya, "Rina menjawab perkataan ilham
"pertama kali?" Ilham seakan tidak percaya