Chapter 12 - Warning

Seperti yang dikatakan Daniel sebelumnya, ia kini sudah berada di jalan menyetir mobil nya ke arah rumah Jenni.

Daniel tak mempedulikan jika akhirnya ia terlambat sampai di kantornya atau pun tidak, yang terpenting ia akan mengantar kekasih nya itu ke kampus nya.

Ia tak mau menyia nyiakan hari pertamanya setelah baru saja kemarin mereka akhirnya meresmikan menjadi sepasang kekasih, toh Daniel juga yang menjadi CEO nya di kantor, maka tak ada masalah yang nanti akhirnya nya ia terlambat sampai di kantor.

Tanpa terasa dengan hati yang terus berdesir hangat Daniel kini sudah sampai di depan rumah Jenni.

Daniel mengambil handphone nya, dan menelfon Jenni dalam satu kali panggilan mengatakannya bahwa dirinya sudah berada di depan rumah gadis itu.

Tak butuh waktu lama, sosok sang kekasih yang memakai baju blouse yang terlihat pas di tubuhnya dengan bawahan celana jeans khas anak kuliah datang menghampiri arah mobil Daniel yang terparkir tepat di depan pagar rumah nya, dan jangan lupakan kotak makan yang sedari tadi Jenni sudah pegang di tangan kanannya.

"Pagi bang" sapa Jenni lembut.

"Pagi sayang" balas Daniel.

Seketika semburat merah terlihat di wajah cantik Jenni.

Sungguh ia malu dengan sapaan manis yang ia dengar di telinganya itu.

"Ada apa dengan wajah mu ? apa kau sakit ?" tanya Daniel bingung, dan hendak mengulurkan tangannya ke arah dahi Jenni, namun Jenni segera menghindar.

"Aku tak apa bang" ucap Jenni sambil menahan tangan Daniel itu.

Daniel hanya menyipitkan manik nya bingung dengan tingkah Jenni.

Jenni tahu Daniel tak menyadari nya jika wajah nya menjadi merah bukan karena sakit, melainkan malu dengan sapaan baru yang baru saja dia dengar.

Tanpa mempedulikan raut wajah Daniel yang seolah menunggu jawaban Jenni, Jenni justru langsung masuk ke dalam mobil Daniel, dan menyamankan duduk nya di kursi penumpang di sebelah pengemudi.

Jenni menghela nafasnya panjang.

"Kita tidak jalan ?" tanya Jenni dengan tatapannya kearah depan.

"A...-ah iya .. kita jalan" ucap Daniel terbata - bata dan berusaha melupakan kejadian sebelumnya sambil menjalankan mobil nya.

Perjalanan menuju kampus Jenni terasa hening, tak ada obrolan apapun yang mereka bicarakan.

Hingga....

"Aku menyerah ... mengapa kita menjadi diam seperti ini ? kau tak mau mengobrol dengan kekasih tampanmu ini ?" celetuk Daniel memecahkan keheningan.

Seketika Jenni tertawa dibuatnya mendengar celetukan yang menurut nya kekasih nya itu terlalu percaya diri.

"Mengapa kau tertawa ? adakah perkataan ku yang membuat mu lucu ?" tanya Daniel heran.

Jenni menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya.

"Kau tahu ... bang Daniel terlalu percaya diri, aku baru tahu ternyata kekasihku memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi" balas Jenni.

Mendengar balasan dari Jenni seketika membuat kedua sudut ujung bibir Daniel terangkat sempurna.

"Hng.. tentu saja ... oh iya mana sarapanku ?" ucap Daniel.

"Ini" ucap Jenni sambil menunjuk kotak makan yang berada di pangkuannya.

"Bisakah kau menyuapiku ? aku lapar belom sarapan, dan sekarang aku memegang stir tak mungkin aku makan sendiri" ucap Daniel.

Jenni menganggukan kepalanya sambil membukakan kotak makannya, yang terdapat potongan sandwich yang ia buat sebelumnya.

"Aku membuat kan sandwich untuk bang Daniel, tidak apa apa ?" tanya Jenni.

"Hng .. tidak apa apa" ucap Daniel.

Dengan cekatan Jenni menyuapi Daniel sandwich buatannya.

"Ini enak"

Jenni senang bukan main mendengar pengakuan Daniel itu, bahkan tak henti henti nya Jenni menatap Daniel dengan senyumannya yang meneduhkan hati.

***

Seorang wanita paruh baya tampak memijit pelipis nya pelan, dan berkali kali menghela nafasnya pendek.

"Rose apa kau baik baik saja ?" tanya seorang pria yang baru saja datang ke mejanya sambil menepuk bahunya pelan.

Wanita paruh baya itu hanya mengendikkan bahunya pelan.

"Aku tak pernah merasa gelisah seperti ini jika aku menolak seorang client sebelumnya" ujar Rose pada pria yang kini ada di hadapannya.

Pria itu mengeryitkan dahinya bingung mendengar ucapan Rose.

"Client mana yang kau tolak ? dan apa kasusnya ?" tanya pria itu.

"Hah ~~ kau ingat perusahaan yang belakangan ini sempat bentrok dengan K'D corporation ?" tanya Rose.

Pria itu berfikir sejenak, sebelum akhirnya menganggukan kepalanya.

"Nah seseorang dari perusahaan itu datang padaku untuk menjadi salah satu pengacara perusahaan tersebut"

"Wah bukankah itu hal bagus, karier mu akan semakin baik jika kau berhasil?" ucap pria itu antusias.

Berbanding terbalik dengan pria itu, Rose justru menghela nafas pelan, dan memutarkan manik nya malas.

"Aku menolaknya"

"Kenapa ?!!" kaget pria itu.

"Mmm... aku tak sanggup menutup mataku jika aku harus membela perusahaan yang nyata nya ada terjadi kegiatan 'Money Laundry' disana Ben" ucap Rose.

Manik Ben membulat, ia tak tahu jika latar belakang perusahaan tersebut seperti itu.

"Sorry Rose, aku tak tahu, bagus lah kalau begitu kau menolaknya dari awal" ucap Ben.

Mendengar hal itu Rose hanya dapat mengangguk pelan, dan memejam kan manik berusaha menghilangkan bayangan buruk yang sempat terjadi kemarin.

Ddrrt

Sebuah pesan masuk ke dalam handphone Rose.

Dengan malas dan terpaksa tanpa melihat nama pengirim pesan tersebut, Rose membuka pesan tersebut.

Manik Rose membelalak dan membekap mulutnya tak percaya dengan pesan tersebut.

"Oh no ... jangan anakku ... Ben.. keluargaku tak aman disini" ucap Rose bergetar.

——-

Leave comment and vote 😊