Rose tampak gelisah, dan raut wajah nya tampak tak terdefinisikan.
Perasaan nya campur aduk setelah mendapat pesan dari orang tak dikenal, namun ia sudah duga siapa yang mengirimkan pesan tersebut.
Dengan perasaan kalut ia pun mencoba menelfon putri tercintanya.
Tak butuh waktu lama putri semata wayangnya itu pun mengangkat panggilan telefon darinya.
Jujur Rose bingung bagaimana mengungkapkan kata yang pas untuk dikatakan pada putrinya agar tak membuat putrinya panik.
Dengan hati hati Rose menanyakan keberadaan sang putri terlebih dahulu, sebelum memberitahukan informasi yang menjadi inti pembicaraan yang akan ia bicarakan pada putrinya.
Setelah nya, Rose dengan terpaksa menjelaskan pesan yang tak mengenakkan yang baru saja di terima oleh Rose pada putrinya tersebut.
Cukup lama Rose tak mendengar jawaban dari Jenni putrinya.
Ia tahu pasti putri nya akan shock mengenai hal hal yang baru saja ia katakan, belom lagi atas usulannya yang mengatakan untuk pindah ke daerah lain sementara waktu hingga kembali kondusif, karena bagaimanapun menurut Rose situasi nya sedang tidak aman.
Rose tak ingin ancaman buruk justru menimpa satu satunya harta yang paling berharga baginya.
Dengan suara sedikit parau dan bergetar Jenni pun mengatakan nanti akan ia bicarakan lagi dirumah tanpa memberikan kepastian Jenni menyetujui usulan ibunya.
Rose tahu putrinya pasti akan berat untuk meninggalkan perkuliahannya untuk sementara, apalagi selama ini perkuliahannya menggunakan beasiswa, Jenni tak mungkin menyia nyiakan hal tersebut.
Setelah perbincangan serius tersebut, akhirnya Rose memutuskan panggilan telefonnya.
'Maafkan mom Jen' lirih Rose dalam benak.
***
Jenni tampak menundukkan kepalanya yang terkulai lemah.
Ia berusaha menahan air mata nya sejak dari tadi sudah tertampung di kedua manik cantiknya.
Rasanya Jenni ingin menangis dan berteriak, kalau saja ia tak ingat masih berada di dalam mobil Daniel, yang baru saja menghentikan mobil nya di parkiran kampus.
Daniel yang awalnya tak menyadari situasi Jenni karena sedang menyetir, akhirnya menyadari keanehan pada Jenni saat melihat kekasih nya itu memainkan jari jemari nya tertaut sambil menundukkan kepalanya seolah takut akan sesuatu.
"Jen..." lirih Daniel lembut.
hening
Tak ada jawaban dari Jenni.
Daniel semakin yakin ada sesuatu hal yang membuat nya seperti ini, apalagi setelah menerima panggilan telefon tersebut.
"Jen ... kau baik baik saja ?" tanya Daniel lembut sambil memegang tangan Jenni lembut melepaskan tautannya pada tangan yang lainnya.
Dengan terpaksa Jenni menggelengkan kepalanya pelan.
"A...-aku takut" lirih Jenni dengan suara bergetar.
Daniel yang mendengar suara Jenni yang terdengar seperti itu, spontan memeluk Jenni ke dalam dekapannya.
"Ada apa ? apa yang terjadi padamu ? kau dalam masalah ? apa yang membuatmu takut ?" tanya Daniel bertubi tubi.
Sungguh ia tak tahu bahwa kekasih nya itu sedang dalam masalah.
'Apa yang terjadi padamu ?' lirih Daniel dalam benak.
"Mom..... Mommy .... hiks ..." parau Jenni.
"Oh sayang.... jangan seperti ini .. katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi" ucap Daniel sambil melonggarkan pelukannya dan menatap Jenni lekat sambil menghapus cairan bening yang membasahi kedua pipi Jenni.
"Seseorang mengancam Mom... dan juga aku .... jadi Mom bilang untuk sementara kita pindah ke daerah lain agar aman... ta ...- tapi .... hiks ... aku tak mau ... kuliah ku belum selesai" jujur Jenni pada Daniel.
Entah Jenni merasa lebih baik mengatakan semua nya pada Daniel, toh saat ini Daniel adalah kekasih nya, jadi tidak ada salah nya bukan jika ia memberitahu kondisi yang sebenarnya pada kekasih nya itu ?
Dalam hati Daniel merutuk siapapun orang yang mengancam kekasihnya maupun orang tua dari kekasih nya itu, ia tak suka jika ada orang yang berani menyentuh kekasih nya.
"Bolehkah aku tahu siapa yang mengancammu ?" tanya Daniel lembut.
Jenni menggelengkan kepalanya lemah, bukannya ia tak berniat memberitahu Daniel siapa dalang yang mengancam ibunya itu, melainkan ia tak tahu apapun mengenai client yang di ceritakan separuh oleh ibunya itu.
"Aku tak tahu siapa yang mengancam Mom ... yang aku tahu dia client Mom , yang sebelumnya Mom tolak karena menurut Mom latar belakang perusahaan itu tak jujur, jadi Mom tak mau membelanya" cicit Jenni pada Daniel.
"Mommy mu pengacara ?" tanya Daniel yang kini mulai memahami situasi Jenni.
Jenni menganggukan kepalanya mengiyakan perkataan Daniel.
"Mmm siapa nama Mommy mu ? nanti akan kuselidiki" tanya Daniel.
"Nama Mom ... Rose ...-Rose Dean" ucap Jenni.
Daniel mengerutkan alisnya seolah pernah mendengar nama itu.
'Rose ? pengacara ? sepertinya aku pernah mendengar nama itu' lirih Daniel dalam benak.
Tanpa basa basi Daniel mengambil handphone nya dan menelfon anak buah nya untuk menyelidiki kasus yang tidak diambil oleh Ibu dari Jenni dan membuat nya menjadi terancam.
Setelah percakapan dengan anak buah nya barulah Daniel menatap Jenni kembali, dan menjelaskan pada Jenni untuk tidak terlalu mencemaskan nya, karena dirinya yang akan segera mencari tahu dan mengurus semuanya.
"Sudah kamu masuk gih ke kelas .. atau kamu mau ikut ke kantorku ?" ucap Daniel.
"Aku masuk kedalam kelas saja ... bang Daniel berangkat saja ke kantor saja ... nanti terlambat" ucap Jenni pada akhirnya.
"Baiklah .... oh iya .. jika ada sesuatu mendesak kau hubungi saja aku kapanpun" ucap Daniel tegas.
Jenni menganggukan kepalanya pelan.
Ada perasaan tenang yang Jenni rasakan saat menyadari bahwa kini dirinya tidak sendirian melainkan dapat berbagi masalah nya atau pun menumpahkan isi hatinya tersebut pada kekasih tercintanya.
Ddrrt
Sebuah pesan masuk kedalam handphone Daniel.
"Sial, mengapa mereka !" umpat Daniel saat membaca pesan tersebut.
Dengan cepat jari jari Daniel membalas pesan pada anak buahnya itu.
'Aku tak akan kemana mana Jen .. aku akan disini sampai kuliah mu selesai'
.....
Leave comment and vote 😊