Fav* Hotel
Cil.. bangun yukk.. uda jam 8 ini. Kamu belom makan. Kita jadi kerumah Neam kan?
Kak, aku ga enak badan besok aja ya kita kerumah Kak Neam..
Gak enak badan?Ayo kita kedokter aja Cil. Aku takut kamu kenapa-napa..
Gak apa-apa kak aku cuma kecapek-an aja. Aku makan terus tidur lagi aja. Besok pagi aja kita kesananya.
Iya Cil, udah gak usa turun kita pesen makanan melalui Room Services aja.
Lalu Kak Orland pun menghubungi restaurant dibawah dan memesan makanan serta meminta mereka mengantarkannya ke kamar.
Selesai makan tubuhku terasa agak lemas, akupun minum susu kehamilanku karena mengandung zat besi, siapa tau bisa menambah staminaku tak lupa akupun minum vitamin untuk jabang bayiku. Lalu akupun kembali tidur setelah berpamitan pada Kak Orland.
Kak Orland pun kembali ke tempat Kak Rudolfo ketika aku sudah tidur.
Aku dan Kak Orland masih mempunyai batas yang jelas. Aku masih menganggap hubunganku dengan dia sebatas Kakak yang menjaga adiknya. Dia adalah My Guardian. Entahlah suatu saat nanti akan seperti apa hubungan kami setelah menikah.
....
Pagi ini aku membuka tirai dikamar hotelku, kulihat cahaya matahari masuk menyusup dari sela-sela tirai itu.. Kurasakan hangatnya mentari..
Pagi itu aku memutar daftar music di Hapeku. Aku memilih lagu Mozart untuk menemaniku mengobrol dengan si Baby.
Ku elus-elus perutku.
"Sayangnya bunda, apa kabar disana? sebentar lagi kita akan bertemu sayangku.. Bunda akan menyambutmu sayang, kamu sehat-sehat ya nak.. Bunda gak sabar menantikan hari dimana kita akan bertemu".
Oia sayangnya bunda, hari ini kita akan bertemu ayahmu, namanya Ayah Neam. Nanti semoga Ayah Neam bisa menyapamu ya Nak. Semangat anakku.. Kita pasti bisa melewatinya bersama-bersama. Kamu dan bunda Nak, karena Bunda yakin Ayah Neam dan Daddy Orland akan menjagamu dengan baik suatu saat nanti..
Akupun lalu senam kehamilan sebentar meregangkan otot-otot tubuhku dan mengajak si Baby berolahraga. Setelah itu aku pergi mandi.
Aku selesai bersiap-siap ketika Kak Orland datang di kamar hotelku.
Udah siap Cil?
Udah Kak.. Yuk berangkat.
Perasaanku sangat deg-deg an akan bertemu Kak Neam. Bahkan sampai sekarang aku tak tahu harus berkata bagaimana pada Kak Neam tentang kehamilanku.
(di mobil)
Kamu deg-deg an ya Cil? mukamu kelihatan tegang gt..
Iya Kak.. Tar aku ngomong gimana ya ke Kak Neam Kak?
Kalau dia gak percaya ini anaknya terus gimana?
Yaudah Cil, gak apa-apa kamu kesana kan bukan minta pertanggungjawaban, tetapi memberitahu Neam kalau dia adalah ayah dari bayi yang kamu kandung. Lepas dia percaya atau tidak. Katakan saja sudah menjadi hak nya dia harus tahu bahwa anak ini adalah anaknya. Intinya itu..
Iya Kak..
Kamipun tiba di pintu masuk perumahan.. Perasaan deg-deg anku makin kencang tak beraturan.. Dan mobil Kak Rudolfo yang dipinjam oleh Kak Orland pun sudah berhenti tepat dirumah Kak Neam. Yang merupakan rumahku juga sebenarnya.
Kak Orland, maukah kau menungguku di mobil? Aku ingin berbicara 4 (empat ) mata saja dengan KaK Neam. Aku mohon pengertianmu sekali ini saja Kak, pintaku..
Iya Cil, memang lebih baik kamu berbicara dulu dengan Neam berdua. Aku tidak apa-apa kok.. Aku akan menunggu di sekitar sini ya Cil. Kalau kamu sudah selesai, telepon saja Cil, aku akan menjemputmu.
Makasih ya Kak atas pengertianmu
Akupun membuka pintu dan turun.
Aku buka pintu pagar rumah.. Dan masuk ke teras depan, tetapi di siang yang terik ini di tahun ke sembilan perjalanan cinta antara dia dan Kak Neam, Qabilla melihat sepasang wedges wanita ada di depan pintu masuk rumah. Qabilla hapal betul itu bukan wedgesnya.
Sembari tetap berpikir positif dan dag dig dug dia membuka pintu kunci rumah yang mereka tinggali bersama dulu, dengan teman2.
Celingak clinguk ketika sudah masuk kedalam rumah tak terlihat siapapun. Perasaannya semakin berkecamuk karena dari ujung ruangan yang juga merupakan kamar Neam Kien terdengar suara. Dia melangkah mendekati kamar Neam Kien, langkahnya berat, sembari pikiran sudah berkelana entah kemana dan perasaan sudah tak karuan, dia mendekatkan telinganya ke daun pintu kamar Neam Kien yg tertutup.
Dia mendengar suara dari sepasang laki2 dan perempuan.
Apakah dia Neam Kien, kekasihnya? dan siapa perempuan itu? Apakah Neam tetap berselingkuh dengan Pica atau Neam sudah mempunyai pacar yang lain setelah kepergiannya? ataukah yang didalam bukan Neam Kien? mungkin saja itu Rudolfo Liem teman mereka yang terkenal playboy dan sering menginap di rumah ini bersama teman wanitanya ?
Qabilla kebingungan..
Pikiran dan perasaannya bertanya-tanya. Haruskah dia membuka pintunya? dia benar2 butuh kekuatan ditengah kehamilannya ini, seandainya yg buruk benar2 terjadi.
Dia masih tidak bisa melihatnya, apabila memang benar-benar Kak Neam ada didalam sana bersama wanita lain. Apalagi sekarang dia sedang mengandung anak dari Kak Neam. Dan di hari ini dia berencana mengenalkan anak didalam kandungannya pada ayahnya..
Di tengah keputusasaan dan kebingungannya, Qabilla pun memilih untuk membuka pintu kamar Neam Kien...
Dan yang dia dapati.....
.....
(Di Jln Dharmahusada Raya)
Ya ampun aku lupa membawa mapku yang berisi jadwal praktek klinik. Dan hari ini harus ku serahkan pada Management, aku juga lupa memberikan duplikat kunci rumahku pada Anji. Jadi kalau-kalau Anji dan Pica nanti keluar tidak usah menungguku. Neam kesal pada dirinya sendiri karena pagi ini melupakan beberapa hal.
Dia memutar balik mobilnya kembali kerumah setelah baru saja sampai di depan Galax* Mall.
Di pintu masuk perumahan dia melihat mobil Rudolfo keluar perumahan. Loh itu Rudolfo, pasti dia datang mengunjungi Anji dirumahku. Tapi kok cepat sekali dia pergi? Dia bertanya-tanya.
Neam pun memarkir mobilnya dan masuk kedalam rumah untuk mengambil dokumen serta memberikan kunci duplikat pada Anji.
Dia membuka kunci ruang tamu tetapi pintu sudah tidak terkunci. Lalu dia bingung, seingetnya tadi sebelum dia pergi, dia sudah mengunci pintu ini..
Diapun membuka pintu perlahan-lahan dia takut ada orang asing masuk rumahnya..
Dan ketika dia buka pintu, masuk ke dalam rumah.. Dia mendapati di depan kamarnya...