Qabilla pun akhirnya membuka kamar Neam dan tepat disaat dia membuka kamar..
"Kecil" suara yang tak asing lagi di telinganya memanggilnya dari belakang tubuhnya..
Qabila pun kaget dan menoleh..
"Kak Neam"..
Neam benar-benar tak percaya bahwa sosok yang dia lihat dari belakang tadi dan sedang berada di depan kamarnya sambil mengendap-endap hendak membuka kamar adalah Si Kecil yang dia rindukan. Dia hapal betul lekukan badan si Kecil dari sudut manapun, bahkan dari belakang sekalipun. Neam tetap mengenalinya..
Neam pun terpaku di ruang tamu ketika Qabilla menoleh dan membalikkan badan. Dia melihat Qabilla telah berubah, perutnya sudah membuncit besar. Walaupun dari belakang tak tampak bahwa si Kecil tengah hamil, tapi ketika dia berbalik, tubuh kurus mungilnya telah menonjol di bagian perut. Dan itu sangat mencolok.
Pica dan Anji pun keluar dari kamar, menyaksikan kejadian ini. Mereka juga kaget ada yang membuka kamar yang mereka tempati tanpa ada mengetok terlebih dahulu.
Dan ketika pintu kamar terbuka mereka menyaksikannya, Qabilla dan Neam. Sedang sama-sama terpaku. Saling memandang.
Kamu HAMIL, Cil?Kak Neam memecah keheningan diantara kami berempat yang terpaku dan membisu.
Qabilla pun meneteskan air matanya yang sudah tak terbendung karena telah menahan ketegangann dan kerinduannya bertemu Neam. Dan mengangguk "Iya Kak".
A.... anaaakk.. kuuuu, Cil??
Qabilla terdiam, air matanya makin deras mengalir. Dia menunduk tak ada jawaban.
Neam mendekat pada Qabilla dan memegang bahunya.
Cil.. iniii anaak kuu kaan? masih dengan terbata-bata menekan setiap emosi yang muncul didalamnya.
Iya Kak.. Suara tangis Qabilla pun pecah..
Kemudian, Neam telah memeluknya. Memeluk si kecil dengan erat. Neam berlutut menciumi perut si Kecil.
Badan Qabilla pun terguncang karena tangisnya makin kencang. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan memandangi bagaimana Neam menyapa buah hati mereka.
Anakku, sayang.. Ini Ayah Nak.. Ayah meminta maap Nak, baru hadir dihadapanmu saat ini Nak.. Neam mendekatkan kepalanya pada perut Qabilla.
Mulai saat ini Ayah akan menjagamu dan Bundamu. Ayah tidak akan pernah pergi dari kalian.. Ayah akan menjaga kalian sekalipun itu mengorbankan nyawa Ayah, Nak.
Ayah berjanji. Dan tangis Neam pun pecah.
Di sebrang sana Pica pun menangis menyaksikan kejadian ini. Ini mengharukan. Ternyata Qabilla hamil anak Neam dan dia rela mengalah padaku..
Ya Tuhan, Sayang, kenapa aku begitu jahat dulu pada pasangan ini.. Aku benar-benar berdosa. Pica berbisik pada Anji.
Meminta maaflah, Sayang.. Anji meminta Pica mengakui kesalahannya..
Kien, Qabilla.. suara Pica pun meyadarkan Neam dan Qabilla bahwa selain mereka, ada orang lain disana.
Neam dan Qabilla mengusap air mata di pipi mereka masing-masing. Dan melihat ke arah Pica.
Aku Pica, dari dalam hatiku yang paling dalam, aku mohon kepada kalian, maapkan aku.. Karena aku, kalian jadi seperti ini. Aku berdosa aku bersalah. Aku mohon maapkan aku.. Suara Pica bergetar, diapun menangis.
Qabilla pun melihat Pica dan Anji dan memandang Pica yang juga perutnya sudah membesar. Lalu menghampiri mereka..
Kak Pica, iya kak aku memaapkanmu.. Aku juga dulu terlalu emosional. Terlalu gampang terbawa perasaanku sehingga aku tak mau mendengarkan segala macam penjelasan Kak Neam.
Kien gak pernah bersalah Qabilla, aku yang terus memaksanya. Dia tak pernah secuilpun menanggapi aku sebagai wanita. Justru dia tetap menghargaiku sebagai seniornya. Aku pun malu ketika mengingat aku pernah menjadi orang seperti itu. Maapkan aku ya, Pica memegang tangan Qabilla.
Dan yakinlah Qabilla, Kien mencintaimu lebih dari yang kamu tahu.
Neam datang dari belakang, dan memeluknya dibahu Qabilla.
Maap Nji, Doc Pica, Aku ingin berbicara dengan si Kecil.
Lalu Neam menggandeng tangan si Kecil masuk kedalam kamar, lalu menutup kamar. Meninggalkan mereka berdua.
Sayang, Kak Neam berlutut dihadapanku.
Ini yang kesekian kali aku minta, aku mohon dengan nyawaku bahkan. Jangan pernah tinggalkan aku. Harus seperti apa lagi aku meminta padamu sayang? Matanya berkaca kaca.
Ayo sayang kita menikah secepatnya. Semua sudah jelas sekarang. Aku mencintaimu, kamu mengandung buah cinta kita dan aku bahagia sekarang kamu ada didepanku. Aku juga yakin keluarga kita akan merestuinya.
Kak Neam.. Sebenarnya ..
Sebenarnya kenapa sayang?Neam bertanya-tanya tentang keraguan yang tepancar di kata-kata Qabilla.
Sebenarnya Kak Orland dan aku berencana menikah Kak..
Menikah? Kamu dan Orland? Kak Neam berdiri dan mundur selangkah dariku. Dia menatapku tajam..
Kamu mencintai Orland Cil? setelah tinggal di Australia bersamanya?
Bukan.. Bukan itu Kak.. Aku tak pernah punya perasaan cinta seperti itu pada Kak Orland. Tidak lebih dari rasa sayangku sebagai adiknya. Tetapi dengan jujur kukatakan padamu. Dari sebelum keberangkatanku ke Australia dia sudah menjagaku Kak. Dia berperan sebagai pelindungku.
Dia tidak mengetahui aku hamil, hingga usia kandunganku yang ke 5 bulan Kak. Setelah dia mengetahuinya, dia memperlakukan aku semakin baik. Bahkan dia mau bertanggung jawab tentang kehamilanku, padahal ini bukan tanggung jawabnya. Dia menafkahiku dan bayi kita selama di Australia. Dia menjaga kesehatanku dan bayi kita dengan segenap hatinya Kak. Dia tulus menyayangi anak kita.
Bahkan seandainya aku tak menikahinyapun dia tetap akan mencintai bayi kita. Hatinya baik. Aku gak tau gimana jadinya aku dinegara orang dalam keadaan hamil tanpa ada dirinya kak. Aku hanya merasa hutang budi padanya. Karena dia telah menjaga hidupku dan hidup bayi kita dengan mengorbankan hidupnya dan kesenangannya.
Aku mengiyakan ajakan menikahnya hanya karena hal-hal yang tadi ku ceritakan Kak.
Kak Neam pun terdiam..
Aku percaya kak, seandainya itu kamu yang ada diposisi Kak Orland. Kamu akan menjagaku melebihi apa yang Kak Orland lakukan padaku. Apalagi kamu adalah ayah dari bayi yang ku kandung kak. Aku percaya itu.
Iya Cil aku tahu, situasi yang membuat kita terjebak di posisi semacam ini. Tatapan Kak Neam mendadak sayu. Dia duduk disampingku dan mengelus perutku. Dia melihat perutku bergerak dan matanya memancarkan kekaguman.
"Cil, Anak kita gerak-gerak." Dia bertingkah seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Girang sekali. memecah keseriusan dan ketegangan diantara kita.
Akupun tersenyum melihatnya.
,Tapi sayang, apakah kamu lebih memilih menikah dengan Orland daripada aku? Ayah dari bayi kita?"Dia mendekatkan telinganya diperutku, sambil melingkarkan tangannya dipinggangku.
Lalu kepalanya diangkat dan tangannya sekarang memegang wajahku, menungguku memberi jawabannya.
Aku menatap wajah Kak Neam dengan seksama, wajahnya syahdu sekali.. Wajah yang aku dan anakku rindukan berbulan-bulan ini.