Chereads / Menjaga Jodoh Orang Lain / Chapter 39 - ORANGTUA KAMI

Chapter 39 - ORANGTUA KAMI

Ibu menatapku dari ujung rambut hingga kaki. Kehamilanku menonjol dibalik T-shirt M*ngo putih dan legging bermotif denim yang kupakai.

Billa.. Kamu hamil nak?

Aku tertunduk malu dan merasa bersalah pada semua orangtua kami.

Iya Bu, Billa memohon maap ya Bu, Bila mengecewakan Ibu. Lalu mencium punggung tangan ibu dan berlutut pada Ibu hendak sungkem.

Sudah-sudah yuk kita masuk dulu. Ibu melarangku untuk sungkem dan membantuku berdiri serta mengajak masuk ke dalam rumah. Dan duduk di meja makan.

Akupun mengambilkan air minum untuk Ibu. Suasananya begitu canggung.

Ibu sekali lagi Billa dan atas nama Kak Neam memohon maap Bu.

Iya Nak Billa, Ibu sebenarnya terkejut. Ibu kira Nak Billa masih di Australia.

Kemarin lusa bu, Billa datang.

Loh jadi selama ini ketika kamu hamil, kamu di Australia?tanpa Neam? Ya ampun nduk, kamu kok nekat toh.. Tatapan Ibu tak lagi tajam, tetapi mulai menampakkan kasih seorang Ibu.

Iya buk..

Wes-wes ini dibahas mengke wae, wes kelakon, saiki pokok e kamu karo kangmas mu Neam harus Nikah. Mesak'ke bayimu. Ibu berbahasa Jawa dengan lancar. Padahal Ibu orang Manado. Mungkin karena Ibu sudah tinggal puluhan tahun di Jawa.

Iya Buk terimakasih atas pengertian Ibu, sekali lagi Billa meminta maap ya Buk.

Iyo.. iyo.. wes.. Neam kemana? Praktek toh?

Iya buk..

Tiba-tiba kunci ruang tamu terbuka, Kak Neam ada disana. terkejut juga melihat Ibunya datang kesini.

Kak Neam langsung menghampiri ibu, salim dan sungkem pada Ibunya.

Buk, maap ya buk kalau Neam sama Billa sudah membuat kecewa ibu dengan kehamilan Billa ini. Saya minta ampun buk. Tapi saya mohon doa restu Ibu terhadap kami berdua. Neam mencintai Billa dan juga bayi yang dikandungnya buk.

Ibu pun menangis membelai rambut Kak Neam. Akupun juga mbrebes mili.

"Sudah-sudah. Kok Podo dho sungkem toh? Durung Riyayan iki." Ibu mencairkan suasana.

Lalu ibu memberikan nasihat pada kita : "Yang penting sekarang semua sudah tahu bahwa ini salah". Diperbaiki dengan menikah. Kalian sudah berbuat harus bertanggung jawab. Jadi setelah menikah sekarang tinggal meminta ampunan Tuhan. Dan menjalankan pernikaha serta kelak mengasuh anak-anakmu sesuai ajaran Tuhan.

Kak Neam masih duduk dibawah dan menyandarkan kepalanya pada pangkuan Ibunya.

Aku selalu merestui kalian berdua. Aku sayang banget karo Billa, yo karo kamu Le.. Ibu nangis nang Gusti begitu tau kalian kui pisah. Makane Ibu berdoa semoga kalian mendapatkan jalan terbaik. Yo mbok menowo iki memang jalan terbaik menurut Tuhan. Mung kudu ngaku duso sik yo.. Tobat.

Aku benar2 tersentuh mendengar nasihat ibu hingga akupun banjir air mata.

Ayo sekarang kapan kita semua kerumah Billa ? Ibu ikut. Ibu akan mewakili Ayahmu Nak, untuk meminta maap pada orangtua Billa dan meminta Billa pada orangtuanya agar kalian harus cepat menikah. Tidak bisa ditunda-tunda.

Selak Mbrojol kuwi anakmu.. Ibu bercanda dengan bahasa jawa.

Kitapun tersenyum.

Besok ya Buk..

Iya Le, segera pesen tiket pesawat besok kita berangkat.

Iya buk.

Kita tidak menyangka Ibu begitu bijaksana. Yang bisa kita pelajari dari Ibu "Kesalahan tetap kesalahan, tidak perlu lagi dipertanyakan kenapa, mengapa, bagaimana, gimana, dll karena sudah terjadi, yang penting kita harus mengakuinya, perbaiki dengan bertanggung jawab lalu bertobat memohon ampunan Tuhan atas kesalahan tadi, Dan yang paling penting kesalahan tadi jangan diulangi".

QUOTE NUMBER # 1 IN OUR LIFE'S. Trimakasi Ibu batinku.

Bil, sudah berapa bulan itu nak? kandunganmu?

8 bulan Buk..

Ya ampun,, bentar lagi itu nduk.

laki-laki apa perempuan, nduk?

Alhamdulilah laki-laki 2 buk.

2 (dua) ? kembar nduk? Subhanallah.. Gantine Ayah.. Jadi ada 4 laki-laki sekarang di keluarga kita. Anaknya Kak Marcello perempuan nduk. Lengkap sudah cucu Ibu.

Iya buk Kembar.

Alhamdulilah ya buk.

Kandungan besar memang harus banyak gerak nduk, Kalau diem terus malah sakit semua badanmu nduk. Ibupun menceritakan pengalaman kehamilannya pada ku.

Lalu hari itu kuhabiskan dengan sedikit lega, Ibu sudah tau sekarang tinggal Mama dan Papa. Ukhh masih agak deg-deg an.

....

Bandara Juanda

Kami bertiga pun berangkat ke Jakarta kerumah orangtuaku dengan penerbangan pukul 11.30 wib. Aku sempat menyantap beberapa cemilan di Garuda Lounge yang ibu berikan padaku.

"Banyak maem nduk biar bayinya ginuk-ginuk." sembari ibu meletakkan beberapa kue diatas piring putih ini dan duduk disampingku.

"Iya buk trimakasih." Akupun bergelayut manja di bahunya dan menyandarkan kepalaku di lengan ibu sebelum aku mengambil kue.

"Ini loh yang tak rindu dari kamu nduk, dari kamu sik cilik sampe sekarang manjamu itu ngangenin. Aku inget banget itu pas dulu kamu tidur rumah ibu, nduk. Dulu kamu tidur dikamar ibu sambil megangin tangan ibu terus. Pas ayah pulang kerja lihat kamu tidurnya nempel sama ibu, ayah gak tega bangunin. Akhirnya malah Ayah yang tidur di kamar tamu. hahaha.. Cah nakal.

Hahahha, iya Billa kalau inget itu malu Bu. Jadi sungkan sama Ayah. Udah tidur di kamar Ibu, Ibu ku sita lagi dari Ayah. hahaha..

Ibu mencubit daguku. Gak kerasa sekarang kamu udah mau punya anak. Dulu kamu sik semene, ibu memberi kode dengan tangannya mengenai tinggi badanku. Sekarang wes menik-menik bakal jadi seorang Ibu.

Kak Neam yang dari tadi mendengarkan sembari membaca koranpun ikut berbicara. "Sekarang semene lo buk" sembari membuat bulatan dengan kedua tangannya. Artinya sekarang aku udah gemuk banget.

Kitapun tertawa bersama. Akupun pura-pura cemberut, Kak Neam memelukku gemas...

Kamipun take off dari Juanda dan Landing di Jakarta pukul 13.05 WIB. Ketika kakiku menginjak tanah Jakarta, tiba-tiba perasaanku pun semakin tegang tak karuan. Akan bertemu Mama dan Papa..

Kami naik Taxi dari Bandara Soetta kerumah orangtuaku di Tebet.

Ibu masih memegang tanganku di Taxi, "gak apa-apa nduk, gak usah takut, yang penting minta maap sama Mama dan Papa dan minta doa restu biar nanti kelahiranmu lancar nduk.

Ibu sama dengan Kak Neam, berada disamping mereka pasti menenangkanku.

Setelah hampir 30 menit berjibaku dengan jalanan yang agak macet (barukali ini aku bersyukur kena macet, biar gak sampe2 dirumah, maklum deg-deg an cinnnn, rasanya kaya mau ikutan perang. hehe) kamipun sampai didepan rumah.

Ting..Tong aku pencet bel rumah

Aku lihat bibi keluar rumah sambil berlari. Diusia bibi yang tak lagi muda, beliau masih gesit sekali..

Non Billa, Ibuk, Den Neam, bibi menyapa kita semua..

Sehat Bi ? Ibu mengelus-elus bahu bibi.

Alhamdulilah buk.. Masih strong, tingkah bibi masih saja lucu.

Lalu bibi melihat ke arahku. Melihat perutku dan membelainya. Ya Allah non, alhamdulilah.. Lalu memelukku. Menciumi pipiku. Dan meneteskan airmatanya melihatku sedang hamil. Aku yakin itu airmata bahagia.

Beliau juga berperan dalam kehidupanku. Menjagaku dari usia aku kecil hingga kini.

"Sehat-sehat ya non"..

Setelah menghapus airmata kami masing-masing tersentuh dengan bibi, kamipun berjalan masuk ke dalam rumah.

Assalamualaikum,

Ibu memberikan salam pada Mamaku yang berdiri di depan pintu ruang tamu..

Wa'alaikumsalam..