Semua keluarga sedang panik melihat Istriku tak bergerak dan mengalami pendarahan. Wajahnya cantiknya yang pucat, dan anak-anakku berada bersamanya membuatku berada di ujung ketakutan terbesar dihidupku.
Menggunakan Stretcher Brancard, si Kecil di bawa masuk Ambulance. Didalam Ambulance Istriku dipasang Ventilator portable yang berguna untuk mengambil alih kerja paru-parunya. Nutrisi dan obat untuk kehamilannya pun disuntikkan melalui Syringe Pump.
Disepanjang perjalanan akupun terus berdoa sambil memegangi tangannya, berharap dia bisa tersadar.
Kamipun menuju ke Siloam Hospital, karena hari ini Dokter Rahma sedang praktek disini. Begitu turun dari Ambulance, si Kecil langsung masuk UGD dan ditangani.
Akupun menunggu hasil pemeriksaan nya keluar. Ibu, Mama, Papa dan keluarga juga menemaniku menunggu si Kecil.
Dokter Neam, Dokter Rahma pun memberitahu hasilnya, perasaanku sedang campur aduk.
Setelah melakukan USG transvaginal, didapati bahwa Istri Dokter mengalami "Perdarahan Plasenta Previa", dimana keadaan implantasi plasenta menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim, sehingga pembuluh darah besar ada pada sekitar mulut rahim." Dokter Rahma memberikan penjelasan awal.
Dengan makin tuanya kehamilan Istri anda dan terjadi pembentukan segmen bawah rahim, terjadi pergeseran plasenta beserta pembuluh darahnya sehingga terjadi perdarahan. Memang, perdarahan plasenta previa sebagian besar terjadi tanpa sebab dan timbul mendadak, terjadi tanpa rasa sakit, bahkan sering terjadi saat tidur.
Dan sayangnya perdarahan Istri Dokter Neam ini, menimbulkan gangguan peredaran darah janin dan sirkulasi sehingga terjadi anemia dan Istri anda jatuh dalam keadaan syok hipovolemik.
Tindakan pertama kita sekarang adalah harus melakukan tranfusi darah.
Baik Dokter Rahma, saya akan mengikuti setiap prosedur yang Dokter tentukan. Yang penting dok, tolong selamatkan istri dan anak-anak saya. Akupun memohon pada Dokter Rahma..
"Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa Dokter Neam. Anda pasti lebih mengerti sebagai Dokter."
"Iya Dok trimakasih."
Sebagai teman seprofesi, aku mengerti betul bahwa menjadi dokter dan menjadi keluarga pasien diwaktu yang bersaamaan adalah SAMA. Sama-sama menginginkan yang terbaik untuk pasien kami.
Setelah melakukan transfusi darah, si Kecil pun dipindahkan ke ruang Observasi.
Dokter Neam, Karena istri anda belom sadar, kami pihak Departemen OBGIN ( Obstetri dan Ginekologi ) akan menjalankan perawatan konservatif, yang meliputi mengistirahatkan istri anda yang sedang hamil, Memberikan hematinik untuk mengatasi anemia, memberikan tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus, memberikan antibiotik bila ada indikasi infeksi, melakukan pemeriksaan USG dan melakukan pemeriksaan darah.
Juga usia kehamilan istri Dokter baru msuk 34 minggu, maka kami akan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan maksimal.
Karena Prosedur Caesar bisa dilakukan begitu kehamilan mencapai batas usia yang cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalaninya, Istri anda biasanya akan diberi kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru bayi dalam kandungannya.
Akupun memberikan ijin atas semua tindakan dari Dokter Departemen Obgin. Yang ku inginkan hanya satu, Istri dan anak-anakku selamat.
.....
Siang malang selama beberapa hari ini aku berada disampingnya, hanya ketika aku ada Jadwal praktek saja aku bergantian jaga dengan mama, atau ibu atau keluarga yang lain.
Tak terasa berapa banyak airmata menyertai doa kami semua. Silih berganti kerabat, teman dan kolega menjenguk Istriku. Mendoakan kesembuhan dan kelancaran operasi yang akan dijalankannya. Setiap malam aku selalu memandang Istriku yang bak putri tidur itu.
Setelah membacakan Surat Al-Isra ayat 82 aku membisikkan padanya "Sayang, bangunlah sayang. Kamu harus berjuang sayang.. Lawan sayang.. Demi anak-anak yang ada di kandunganmu juga.. Percayalah sayang Tuhan akan bersamamu. Dalam perjuanganmu. Air mataku jatuh di pipinya dan tanganku menggenggamnya.
Kurasakan ada yang bergerak dalam genggaman tanganku.. Jari istriku bergerak.. "Sayang.. Sayang aku memanggilnya."
Akupun memencet tombol emergency diatas kasurnya. Setelah sebelumnya aku telah memeriksa denyut nadinya dan kelopak matanya.. Semua tampak normal dari pengamatanku.
Lalu perawat dan dokter jagapun datang, memeriksa Istriku, memeriksa ukuran pupil matanya, memeriksa refleks dan gerakannya, misalnya gerakan pada mata atau suara-suara yang mungkin dikeluarkan oleh Istriku, memeriksa pola napasnya, memeriksa reaksi terhadap rasa sakitnya.
Semua itu dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran Istriku. Atau Di dalam ilmu medis, disebut dengan Glasgow Coma Scale atau "GCS : skala yang dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran seseorang."
Dan pemeriksaan barusan didapatkan keterangan dari Dokter, skala kesadaran Istriku mendekati tingkatan kesadaran yang akan terjaga sepenuhnya. Karena respon istriku terhadap pemeriksaan GCS barusan cukup baik.
"ISTRIKU AKAN SADAR" teriak ku dalam hati. Akupun sangat bersyukur.
Benar saja tak sampai 24 jam, istriku membuka matanya dan berusaha berbicara, tetapi suaranya masih tak terdengar secara jelas.
Kamipun menyambutnya dengan tak banyak bertanya, Aku, Orangtua kami bersyukur teramat sangat untuk kesempatan ini. Kesempatan melihat Qabilla membuka matanya dan masih bisa melihat kami yang tak hentinya berdoa dan memberi dukungan padanya serta percaya bahwa Istriku bisa melewatinya..
Setelah Istriku tersadar dan mengalami peningkatan di kondisinya, Dokter Rahma membuat beberapa pemeriksaan lagi dan menyarankan agar Bayi-bayi kami segera di lahirkan secara Caesar. Karena jikalau kondisi istriku memburuk lagi itu sangat berbahaya untuk keselamatan ibu dan bayinya..
Dengan pertimbangan yang matang dan resiko terburuk, aku akan kehilangan istriku di meja operasi, akupun menandatangani SURAT PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS. Aku punya keyakinan, Tuhan akan memberikan kesempatan untuk keluarga kecil kami untuk berkumpul.
....
Surabaya, 23 Oktober 2010
Dengan mata sebening embun, Qabilla Istriku menatapku, dan ku genggam tangannya ketika aku berada di samping bednya yang didorong oleh perawat menuju R.O (ruang operasi) aku melihatnya pasrah tanpa bisa berkata apapun. Bahkan Dia tersenyum ketika akan menghilang di balik pintu ruang R.O ini.. Seakan-akan senyumannya mengisyaratkan "Tenang sayang, semua akan baik-baik saja".
Tapi senyumannya terngiang-ngiang di benakku. Aku takut tak lagi bisa melihat senyumannya.. Tuhan Selamatkan Istri dan anak-anakku. Aku mohon..
"Dan.. Istriku, aku mohon sayang, Berjuanglah !" dalam hatiku..
Akupun berdiri di depan pintu R.O yang baru saja tertutup, yang memisahkan jarak antara aku dan Istriku...