Chereads / Menjaga Jodoh Orang Lain / Chapter 47 - Meninggalkan si Kembar ?

Chapter 47 - Meninggalkan si Kembar ?

Pada minggu ke-2

Hari ini sudah 2 minggu aku melahirkan, kunjungan pertama ke dokter untuk memeriksa bekas jahitan Caesar di perutku.

Malem Dokter.. Aku menyapa Dokter Rahma.

Wah Mbak Qabilla, gimana-gimana rasanya jadi Ibu?Fokter Rahma tersenyum.

Wah, gak bisa diungkapin lagi Dok.. Nano-nano.. Bahagia sih udah jelas dok. Tapi bersyukur nomer 1. Udah diberi keturunan sm Allah. Walaupun proses melahirkannya membuat berdebar-debar, melalui proses koma juga. hehe

Iya Mbak, waktu itu memang kondisinya mendadak ya. Perdarahan tiba-tiba. Untung usia kehamilan Mbak Qabilla sudah tua jadi janin juga sudah berkembang dengan sempurna. Mbak Qabilla sadar dari koma itu sebuah keajaiban mbak. Apalagi progress pemulihannya juga lebih cepat dibanding yang kita kira. Maka dari itu, kita mengambil jalan segera melahirkan caesar pada si Kembar. tepat di usia 35 minggu.

Iya Dokter Rahma, suami saya menceritakan itu. Untung Dokter Rahma segera mengambil tindakan di saat yang tepat ya. Saya juga waktu itu punya ketakutan akan terjadi hal yang tidak saya harapkan pada bayi-bayi saya. Tapi alhamdulilah Dok, semua berjalan lancar sesuai keinginan kita.

Iya Mbak Qabilla, alhamdulilah ya...semua atas kehendak yang diatas.

Dokter Neam gak ikut mbak?

Ada Praktek, Dok.

Kabar baik Dok, suami saya mau ambil spesialis Anak. gara-gara liat si Kembar dia jadi pengen ambil spesialis Anak. hehehe

Wahh syukurlah Mbak, dulu saya awalnya pengen ambil spesialis Anak. Tapi spesialis kandungan juga sama, bisa lihat anak2, khususnya mulai lahir. hehe

Wahh iya Dok, Dokter Kandungan seperti dokter mulia sekali menolong dan menyelamatkan ibu dan anak.

Hahaha alhamdulilah Mbak Qabilla, yuk yuk kita periksa jahitannya.

Wah alhamdulilah ya jahitannya gak ada infeksi atau pembengkakan.

Ada keluhan gak Mbak?

Alhamdulilah gak ada Dok, cuma hari-hari awal aja agak sengkring-sengkring ngilu dok. Beberapa hari terakhir udah gak terlalu.

Syukurlah kalo gitu, sengkring-sengkring di awal itu normal Mbak Qabilla. Jadi kalau gak ada keluhan berarti memang aman2 saja. Dan kebetulan ini benang bisa langsung diserap tubuh jadi tidak perlu ada tindakan mengangkat jahitan. Ini sudah kering juga luka jahitannya Mbak, tapi pesan saya tetap masih tidak boleh mengangkat yang berat2 ya dan naik turun tangga.

Syukurlah Dok. Baik Dokter trrimakasi ya..

Setelah itu akupun segera pulang kerumah. Pergi sebentar saja dari si Kembar menciptakan rindu yang tak terhingga.

Cil, Akhir bulan November ini kita ujian akhir semester. Gimana kamu bisa ikut gak ? Kak Orland mengirimkan aku pesan bbm..

Ya ampun, iya. UJIAN.. aku hampir melupakannya..

Kalau aku tidak ikut sayang banget. gimana ya? si kembar masih berusia 14 hari.

Kak, aku tanya Kak Neam dulu ya.. Jawabku membalas bbm Kak Orland.

Iya Cil aku tunggu kabarnya ya.. Soalnya aku mau menyiapkan tiket keberangkatannya.

Kalau iya, sekalian tiketmu aku ubah jadwalnya.

(aku teringat hadiah tiket dari Kak Orland untukku dan Kak Neam) Siap kakak, nanti aku kabarin ya..

Dirumah, akupun masih memikirkan tentang keberangkatanku ke Perth untuk mengikuti ujian akhir semester.

Sayang.. Kak Neam masuk ke dalam kamar kami.

Aku sedang duduk dikasur ketika dia mencium dahiku. Lalu melihat si Kembar.

Gimana tadi sayang hasil kontrolnya?

Alhamdulilah sayang. Jahitannya udah kering kata Dokter Rahma.

Sayang.. aku memanggil Kak Neam, diapun mendekat padaku. Mencium hidungku..

Kenapa Istriku? kangen ya sama suamimu yang ganteng ini?Dia menggodaku. Sekarang kamu lebih sering bau minyak telon sayang daripada parfummu. Tapi aku juga suka. Di menciumi pipiku dan leherku.

Sayang, jangan goda deh, masih nifas nih.. Akupun memberi rambu-rambu padanya.

Haha iya iya sayang, masih 1 bln lagi ya.. Dia pura-pura nakal.

Uhh dasar.. Ini lo sayang aku mau tanya pendapat sayang.

Kan akhir bulan ini aku ujian sayang di Perth. Aku boleh berangkat gak? aku sih gak tega sama si Kembar. gimana ya sayang?

Oh iya ya sayang.. Kamu ujian ya..

Akhir bulan ini ya..

Gini aja sayang aku pada dasarnya setuju sayang, aku mendukung pendidikan kamu. Tapi alangkah baiknya kita berkonsultasi ke dokter anak dulu ya untuk si Kembar kalau kamu mau pergi jauh. Untuk masalah ASI nya, dll. Udah gitu kita juga minta saran Mama dan Ibu. Apakah Mama dan Ibu bersedia disini selama kamu pergi. Seandainya kondisinya memungkinkan kamu gak apa-apa pergi sayang.

Iya sayang, makasi banyak ya sayang.. Aku juga gak maksain kok sayang, kalau memang situasinya gak bagus untuk si kembar, aku gak akan berangkat. Jelasku pada suamiku.

Iya sayang, kita lihat dulu ya situasinya..

Akupun memberikan kabar pada Kak Orland sesuai dengan anjuran Kak Neam, suamiku.

Diapun mengiyakan dan tetap menunggu beritaku.

Pada minggu ke-3 setelah kelahiran

Aku dan Kak Neam melakukan kunjungan medis (check up) pertama untuk si Kembar. Di Klinik Kak Neam, Al-Sihat Kanz.

Sesampainya di klinik, banyak perawat yang mengenal Kak Neam segera mengerubungi kami dan si kembar. Tak luput juga Mak Suciati, asisten Dokter bedah yang dekat dengan Kak Neam.

Perawat 1: Ya ampun Dokter, bayinya lucu..

Perawat 2 : Iya gemuk putih, gemesin. Pengen buru-buru punya anak jadinya.

Perawat 3: Iya yah, putih kaya bundanya, ganteng banget kaya ayahnya.

Mak Suci: Hush udah jangan berisik. Lagi bubu nih si kembar ntar bangun kalian berisik. Namanya siapa Dok?

Perawat 1, 2, 3 : Yah mak abis lucu nya kebangetan ini si Kembar. Pengen ku bawa pulang, mereka bersahutan.

Kita hanya tertawa melihat semua tingkah Mak Suci dan para perawat.

Namanya Lano dan Leno, Mak. Aku menjawabnya.

Wahh lucu namanya.. Mak menjawab.

Bersamaan dengan itu giliran si Kembar untuk di periksa. Kamipun berpamitan pada mereka semua dan masuk ruangan Dok. Rizad Amir, Sp. A Dokter spesialis anak.

Bang Rizad, Kak Neam menyapa seniornya ketika memasuki ruangan Dokter anak ini.

Am, wah.. wah.. akhirnya kedatangan tamu istimewa saya.. Si kembar yang fenomenal. Dokter Rizad memandangi si Kembar.

Maap ya Am, waktu Istrimu melahirkan saya gak bisa membantu. Lagi Diklat di Singapura waktu itu..

Iya gak apa-apa Dokter Rizad.

Wah panggil aku Bang aja Bu Neam, Dokter Rizad meminta.

Hahaha baik Bang Rizad, aku menuruti Dokter Rizad. Kak Neam melihatku tersenyum. Saya juga ya Bang panggil saya Qabilla aja. hahaha

Hahahha, iya iya kalo dipanggil Bu rasa-rasanya sudah tua ya. Kurang pas dengan anda yang seperti usia 17tahun, Mbak Qabilla.

Pintar juga kau pilih istri ya Am, lagi lagi tawa Bang Rizard meledak. Beliau memang suka bercanda.

Hahahaha, kami tertawa bersama, iyalah Bang, berkat ajaran abang lah.. lalu kami tertawa lagi.

Sini-sini si kembar..

Bang Rizad pun memeriksa si kembar.

Di kunjungan ini, dokter Rizad menimbang dan mengukur si Kembar untuk memastikan ia tumbuh dengan normal dan sehat. Usia 3 mingu berat badan si kembar mengalami peningkatan. Lano yang mempunyai tahi lalat di ujung hidungnya menjadi 3, 1 dan Leno 3.2. Dengan panjang 57cm sekarang. Berat yang normal kata Dokter.

Tali pusarnya si Kembar juga telah putus pada hari ke 7 dan pusarnya telah sembuh dengan baik.

Kemudian si kembar di beri vaksin hepatitis. Gak tega juga bayi merahku harus merasakan jarum suntik di usia 3 minggu. Tapi semua demi kesehatannya. Rela gak rela deh. Apalagi ketika melihat mereka yang tadinya tenang karena tertidur jadi menangis.

Tapi begitu aku memberikan ASI pada mereka, merekapun kembali tidur.

Akupun berkonsultasi masalah rencana kepergianku ke Perth, guna mengikuti ujian disana.

Dan Bang Rizadpun..