Langit sore mulai memerah ketika bel terakhir di Akademi Huaxia berbunyi. Siswa-siswa mulai beranjak pulang, termasuk Wang Liu yang berjalan santai menuju gerbang sekolah. Hari itu cukup melelahkan, tetapi Wang Liu tetap tenang, seperti biasa.
Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah tangan lembut menarik lengannya dari belakang. Ia menoleh dan melihat Yue berdiri dengan senyum manis di wajahnya.
"Wang Liu," kata Yue pelan, "Nanti malam, kalau kamu tidak sibuk, maukah menemaniku ke taman di rumahku?"
Wang Liu mengangkat alis, sedikit terkejut dengan ajakan itu. Namun, melihat Yue tampak serius, ia mengangguk. "Baiklah, aku akan datang."
Mendengar jawabannya, Yue tampak lega. "Kalau begitu, beri aku nomor ponselmu, agar aku bisa menghubungimu nanti."
Wang Liu memberikan nomor ponselnya tanpa ragu. Setelah itu, Yue tersenyum dan melambaikan tangan, meninggalkan sekolah lebih dulu. Sementara itu, Wang Liu melanjutkan perjalanan pulangnya.
---
Di sudut jalan yang sepi, dua sosok misterius dengan pakaian hitam mengawasi Yue dan Wang Liu dari bayangan. Mereka berbicara dengan suara pelan, hampir berbisik.
"Target utama adalah Yue. Namun, pemuda itu... kita harus berhati-hati."
"Ya. Kita pantau mereka malam ini. Pastikan misi berhasil."
---
Sesampainya di rumah, Wang Liu disambut oleh ibunya yang sedang menyiapkan makan malam. "Bagaimana harimu, Liu?" tanya ibunya lembut.
"Cukup baik, Bu," jawab Wang Liu sambil duduk di meja makan.
Ayahnya ikut bergabung, menatap Wang Liu dengan tatapan penuh makna. "Kau terlihat berbeda hari ini. Ada sesuatu yang terjadi?"
Wang Liu menggeleng. "Tidak ada yang spesial. Hanya... aku akan keluar sebentar nanti malam, menemani seorang teman."
"Baiklah," jawab ayahnya singkat. "Ingat, jaga sikapmu."
Setelah makan malam selesai, Wang Liu bersiap-siap. Tidak lama kemudian, suara klakson mobil terdengar di luar. Ketika ia keluar, ia melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam berkilauan berhenti di depan rumahnya. Seorang sopir berpakaian rapi membukakan pintu belakang, dan Yue melambaikan tangan dari dalam.
"Wang Liu, ayo naik!" panggil Yue dengan semangat.
Wang Liu sedikit terkejut melihat kemewahan ini, tetapi ia tetap tenang. Ia masuk ke dalam mobil, dan mereka pun melaju menuju rumah Yue.
---
Taman rumah Yue ternyata bukan taman biasa. Taman itu luas, dipenuhi lampu-lampu gantung yang indah, air mancur besar di tengahnya, serta berbagai wahana hiburan seperti bianglala kecil dan permainan lempar bola. Banyak orang berkumpul di sana, menikmati suasana malam yang cerah.
"Selamat datang di taman rumahku," kata Yue dengan senyum lebar.
"Kau tidak bilang ini sebesar ini," jawab Wang Liu, sedikit terkesan.
Mereka berdua mulai berjalan-jalan, menikmati suasana taman. Yue mengajak Wang Liu mencoba beberapa permainan, seperti lempar bola dan menembak target. Meski Wang Liu awalnya tampak tidak terlalu tertarik, Yue berhasil membuatnya sedikit tersenyum.
"Lihat, kau berhasil mendapatkan boneka ini!" kata Yue sambil menyerahkan boneka kecil berbentuk panda kepada Wang Liu.
"Terima kasih," jawab Wang Liu singkat.
Mereka melanjutkan menikmati malam, sampai tiba-tiba suasana berubah. Wang Liu merasakan sesuatu yang aneh. Udara di sekitarnya menjadi dingin, dan matanya menangkap gerakan cepat di sudut taman.
Tiba-tiba, sebuah peluru meluncur dengan kecepatan tinggi menuju Yue. Namun, sebelum peluru itu mencapai tubuhnya, Wang Liu sudah bertindak. Dengan refleks luar biasa, ia menangkap peluru itu dengan dua jarinya.
Semua orang di taman berhenti dan menatap kejadian itu dengan kaget. Yue, yang hampir tidak menyadari apa yang terjadi, berbalik ke arah Wang Liu.
"Wang Liu, apa yang—"
"Ssst, tetap tenang," bisik Wang Liu.
Di sudut gelap taman, salah satu ninja yang memata-matai mereka sebelumnya menatap Wang Liu dengan terkejut. Wang Liu memandang ninja itu dengan tajam, lalu melemparkan kembali peluru tersebut dengan kekuatan spiritualnya.
Peluru itu melesat dengan kecepatan luar biasa, mengenai ninja tersebut dan melemparkannya jauh ke arah pegunungan di kejauhan.
"Siapa mereka?" pikir Wang Liu, masih waspada.
Namun, sebelum ia bisa merenung lebih jauh, ninja kedua muncul dari bayangan. Kali ini, ninja itu membawa pedang panjang yang memancarkan aura gelap. Ia bergerak cepat, langsung menuju Yue yang berdiri di dekat Wang Liu.
Ninja itu mengayunkan pedangnya ke arah Yue, tetapi sebelum pedang itu menyentuhnya, Wang Liu sudah bergerak. Dalam sekejap, ia melakukan teleportasi ke belakang Yue dan menangkap pedang itu dengan satu tangan.
KRAKK!
Pedang itu hancur menjadi serpihan di tangannya. Ninja itu terkejut, tetapi sebelum ia bisa bereaksi, Wang Liu mengeluarkan aura Jin Guang yang memancar terang. Dengan satu pukulan ringan, ia menghantam ninja tersebut, yang langsung terpental jauh ke arah gunung, menyusul rekannya.
Suasana di taman kembali tenang, meski orang-orang yang menyaksikan kejadian itu masih terlihat bingung dan ketakutan. Yue menatap Wang Liu dengan mata penuh kekaguman dan rasa syukur.
"Wang Liu... kau baru saja menyelamatkanku," kata Yue pelan.
"Tidak apa-apa. Itu tugasku," jawab Wang Liu dengan tenang.
Yue tersenyum lembut. "Terima kasih. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak ada di sini."
Wang Liu menatap Yue, lalu mengangguk. "Kau tidak perlu khawatir. Mereka tidak akan kembali."
Malam itu, Yue dan Wang Liu memutuskan untuk meninggalkan taman lebih awal. Yue mengantar Wang Liu pulang dengan mobilnya, dan sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal. Yue merasa semakin dekat dengan Wang Liu, sementara Wang Liu mulai merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik serangan malam ini.
Di dalam hatinya, Wang Liu berjanji untuk melindungi Yue, apa pun yang terjadi. Karena ia tahu, ini baru awal dari ancaman yang lebih besar.