Chereads / The Birth of a God / Chapter 16 - Bab 15: Jian Shen yang Berbaur dengan Keluarga

Chapter 16 - Bab 15: Jian Shen yang Berbaur dengan Keluarga

Pagi itu, suasana di rumah Wang Liu sangat sejuk. Matahari baru saja menampakkan diri, sinarnya menyelinap masuk melalui celah-celah jendela. Wang Liu yang baru bangun berjalan ke ruang makan dengan langkah santai. Namun, pemandangan yang ia lihat membuatnya terkejut.

Di meja makan, Jian Shen—roh pedang miliknya—sedang duduk bersama ayah dan ibunya, menikmati sarapan. Jian Shen mengenakan jubah panjang berwarna putih dengan motif kuning keemasan, membuatnya terlihat sangat elegan, seolah-olah seorang bangsawan kuno.

"Jian Shen? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Wang Liu dengan nada heran, matanya sedikit melebar.

Sebelum Jian Shen menjawab, ibunya menyela dengan senyuman lembut. "Liu, anakku. Jian Shen sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Dia bilang dia ingin mencoba makanan ibu, jadi aku mengundangnya makan bersama."

Ayahnya menambahkan dengan nada santai, "Dia juga temanmu, bukan? Jadi, tak ada salahnya dia menikmati sarapan bersama kita."

Wang Liu menghela napas panjang. Jian Shen hanya tersenyum tipis dan melanjutkan makan. "Guru, makanan ibumu sungguh lezat. Aku harus mengatakan bahwa aku belum pernah mencicipi masakan seperti ini selama ribuan tahun," katanya sambil menyuapkan sepotong roti ke mulutnya.

Wang Liu duduk di kursinya, masih setengah bingung. "Jian Shen, aku pikir kita sepakat kau tidak akan terlalu menarik perhatian di dunia ini."

Jian Shen menatap Wang Liu dengan tenang. "Guru, aku hanya ingin lebih memahami dunia tempatmu tinggal. Lagi pula, keluarga adalah hal yang penting, dan aku ingin menghormati keluargamu."

Ibunya tertawa kecil. "Liu, kau harus belajar dari Jian Shen. Dia tahu bagaimana caranya bersosialisasi."

Wang Liu hanya bisa tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. Setelah selesai sarapan, ia berpamitan kepada keluarganya untuk berangkat ke sekolah. Namun, sebelum pergi, Jian Shen berbicara lagi.

"Guru, hari ini aku tidak akan ikut bersamamu ke sekolah. Aku akan tinggal di rumah untuk membantu keluargamu."

Wang Liu menatap Jian Shen dengan curiga. "Jian Shen, apa yang sebenarnya kau rencanakan?"

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Guru. Aku hanya ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja di sini," jawab Jian Shen dengan nada tenang.

Wang Liu akhirnya mengangguk, lalu berjalan keluar rumah.

Saat Wang Liu tiba di sekolah, suasana sudah ramai. Para murid terlihat sibuk membicarakan latihan pedang roh yang baru saja mereka jalani kemarin. Banyak dari mereka yang terlihat antusias, tetapi ada juga yang tampak gugup karena latihan tingkat lanjut akan segera dimulai.

Di gerbang sekolah, Yue, Xing, dan Ming sudah menunggunya seperti biasa. Yue melambai ke arahnya dengan senyum cerah.

"Wang Liu! Selamat pagi!" sapanya dengan riang.

"Pagi," balas Wang Liu sambil melangkah mendekati mereka.

Ming, yang terlihat lebih santai dari biasanya, menepuk pundak Wang Liu. "Bagaimana? Latihan pedang roh kemarin cukup mengesankan, bukan?"

Wang Liu hanya tersenyum samar. "Ya, latihan yang bagus," jawabnya singkat.

Yue memandang Wang Liu dengan penasaran. "Ngomong-ngomong, apa kau merasa ada yang aneh belakangan ini? Aku mendengar rumor tentang ancaman baru yang mungkin datang ke sekolah kita."

Wang Liu menatap Yue dengan serius. "Ancaman itu nyata. Tapi jangan khawatir, aku akan memastikan semuanya aman."

Mendengar nada yakin Wang Liu, Yue tersenyum kecil, meskipun hatinya masih dipenuhi kekhawatiran.

Hari itu, kelas elite dipersiapkan untuk latihan tingkat lanjut pedang roh. Guru mereka memberikan instruksi tentang bagaimana menggabungkan kekuatan spiritual dengan pedang roh masing-masing untuk menghasilkan serangan yang lebih efektif.

"Latihan ini akan menunjukkan seberapa baik kalian memahami roh pedang kalian," kata sang guru. "Kalian akan menghadapi simulasi pertarungan melawan monster spiritual. Bersiaplah."

Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Wang Liu, Yue, Ming, dan Xing berada dalam satu tim. Ketika giliran mereka dimulai, sebuah arena holografis muncul, menampilkan monster spiritual besar dengan aura yang mengintimidasi.

"Baiklah, mari kita lakukan ini bersama," kata Yue dengan semangat.

Ming dan Xing segera bersiap dengan pedang roh mereka, sementara Wang Liu tetap berdiri tenang.

Monster itu menyerang dengan cepat, tetapi Yue berhasil melindungi timnya dengan serangan pedang roh yang cukup kuat. Xing dan Ming juga bekerja sama untuk menyerang balik, tetapi monster itu terlalu tangguh.

Saat monster itu melancarkan serangan besar, Wang Liu akhirnya bergerak. Ia mengangkat pedang roh Jian Shen dan mengarahkan auranya ke arah monster. Dalam sekejap, monster itu hancur menjadi partikel cahaya.

Para murid lain yang menyaksikan latihan itu terpana. Mereka tidak bisa mempercayai apa yang baru saja mereka lihat.

"Wang Liu… kau benar-benar luar biasa," kata Yue dengan kagum.

Wang Liu hanya tersenyum kecil. "Kita hanya bekerja sama dengan baik," katanya merendah.

Setelah latihan selesai, Wang Liu pulang ke rumah dengan tenang. Saat ia membuka pintu, Jian Shen sedang duduk di ruang tamu bersama ayahnya, membicarakan sesuatu.

"Guru, kau pulang," sapa Jian Shen.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Wang Liu sambil meletakkan tasnya.

"Kami membicarakan dunia ini dan bagaimana aku bisa membantu melindunginya," jawab Jian Shen.

Ayah Wang Liu menambahkan, "Jian Shen sangat bijaksana. Aku senang dia ada di sini untuk mendampingimu."

Wang Liu tersenyum tipis. Meski Jian Shen terkadang bertindak di luar dugaan, ia tahu bahwa roh pedang itu tulus ingin membantunya.

Malam itu, Wang Liu duduk di kamarnya, merenungkan apa yang telah terjadi. Ancaman yang lebih besar mungkin sedang menunggu, tetapi dengan Jian Shen di sisinya, ia merasa lebih siap dari sebelumnya. Baginya, melindungi dunia ini dan orang-orang yang ia sayangi adalah tujuan utamanya, dan tidak ada yang akan menghalanginya.