Chereads / The Birth of a God / Chapter 18 - Bab 17: Pemanggilan Roh di Kelas Elite

Chapter 18 - Bab 17: Pemanggilan Roh di Kelas Elite

Pagi itu, matahari bersinar cerah, menandakan hari yang tenang dan indah. Wang Liu bangun lebih awal dari biasanya. Ia mencuci muka, mengenakan seragam sekolah, dan bersiap untuk menjalani hari baru. Di meja makan, ibunya sudah menyiapkan sarapan seperti biasa.

"Liu, makanlah dulu sebelum berangkat," kata ibunya dengan lembut.

Wang Liu tersenyum dan duduk di meja makan. Ayahnya pun sudah siap dengan koran di tangan, seperti kebiasaan paginya. Mereka bertiga menikmati sarapan bersama. Setelah selesai makan, Wang Liu mengenakan sepatunya di depan pintu.

"Aku berangkat, Bu, Ayah," ucapnya sambil melambaikan tangan.

"Berhati-hatilah di jalan," balas ibunya.

Setelah tiba di sekolah, Wang Liu melihat suasana yang berbeda. Sekelompok murid berkerumun di depan papan pengumuman, tampak bersemangat membaca sesuatu yang baru saja ditempelkan. Wang Liu tidak langsung mendekat, tetapi mengamati dari kejauhan sambil mengernyitkan dahi, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Yue, Xing, dan Ming datang mendekat. Yue langsung berkata, "Liu, ada berita besar di papan pengumuman. Katanya ada dua orang yang menyelamatkan ratusan orang di pusat kota dari kendali roh jahat."

Ming menambahkan, "Tapi sayangnya, foto mereka tidak jelas. Tidak ada yang tahu siapa pahlawan itu."

Mendengar itu, Wang Liu teringat akan kejadian semalam, saat ia dan Jian Shen membantu orang-orang yang dirasuki roh jahat. Namun, ia tetap tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Ketika kerumunan murid mulai bubar, Wang Liu berjalan mendekat bersama Yue, Xing, dan Ming untuk melihat pengumuman tersebut. Foto yang ditempel di sana memang buram, hanya menampilkan siluet dua orang yang memancarkan cahaya terang.

"Siapa pun mereka, mereka hebat sekali," ucap Yue dengan nada kagum.

Wang Liu hanya tersenyum kecil tanpa mengatakan apa-apa. Setelah itu, mereka berempat pergi menuju kelas elite.

Di dalam kelas elite, suasana sedikit gaduh saat para murid membicarakan berita pahlawan misterius tersebut. Namun, suasana segera hening ketika Master Zhang, guru mereka, memasuki ruangan dengan langkah penuh wibawa.

"Selamat pagi, murid-murid," sapanya dengan suara tegas.

"Selamat pagi, Master Zhang," jawab seluruh kelas serentak.

Master Zhang berdiri di depan kelas, menatap para muridnya dengan serius. "Sebelum kita memulai pelajaran hari ini, aku ingin mengungkapkan sesuatu yang sangat penting."

Semua murid langsung memperhatikan dengan saksama.

"Pahlawan yang kalian bicarakan di papan pengumuman tadi… Sebenarnya, salah satu dari mereka ada di ruangan ini," lanjutnya.

Seluruh kelas elite langsung heboh. Beberapa murid saling berbisik, mencoba menebak siapa orang yang dimaksud. Master Zhang mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka diam.

"Orang itu adalah Wang Liu," ucap Master Zhang sambil menatap Wang Liu.

Kelas langsung dipenuhi suara tepuk tangan yang meriah. Beberapa murid bahkan bersorak kagum. Yue, Xing, dan Ming memandang Wang Liu dengan tatapan penuh kekaguman. Yue bahkan tersenyum lebar sambil berkata, "Liu, kenapa kau tidak memberitahuku?"

Wang Liu hanya tersenyum kecil dan mengangkat bahu. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan."

Setelah suasana kelas kembali tenang, Master Zhang memulai pelajaran tentang pengetahuan spiritual dan supernatural. Ia menjelaskan tentang berbagai jenis roh, energi spiritual, dan teknik pemanggilan roh. Para murid mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun sebagian besar dari mereka merasa gugup saat mendengar bahwa mereka akan mencoba memanggil roh sendiri di akhir pelajaran.

"Pemanggilan roh adalah ujian penting bagi seorang ahli spiritual. Ini menunjukkan tingkat penguasaan energi spiritual kalian," jelas Master Zhang.

Setelah selesai memberikan penjelasan, Master Zhang meminta semua murid mencoba memanggil roh di bangku mereka masing-masing.

Satu per satu murid mencoba memanggil roh, tetapi kebanyakan dari mereka gagal. Aura spiritual mereka tidak cukup kuat untuk menarik roh. Kekecewaan tampak di wajah mereka.

Namun, ketika giliran Xing, suasana berubah. Ia mengangkat tangannya, memusatkan energi spiritualnya, dan dalam sekejap, muncul seekor roh burung biru kecil yang bersinar lembut. Kelas bersorak kagum.

Berikutnya, giliran Ming. Ia menutup matanya, mengangkat tangannya, dan roh seekor elang putih besar muncul di atas kepalanya. Suara kagum terdengar lagi dari seluruh kelas.

Yue, dengan penuh percaya diri, mengangkat tangannya. Dalam beberapa detik, roh seekor kucing berwarna pink dengan sayap kecil muncul di atas mejanya. Roh itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan, membuat para murid bertepuk tangan dengan semangat.

"Hebat sekali," gumam beberapa murid.

Kini, giliran Wang Liu. Semua murid langsung memperhatikannya dengan penuh antisipasi. Beberapa dari mereka berbisik-bisik, penasaran seperti apa roh yang akan dipanggil oleh murid paling misterius di kelas elite itu.

Wang Liu mengangkat tangannya dengan tenang. Dalam sekejap, aura Jin Guang memancar dari tubuhnya, memenuhi seluruh ruangan dengan cahaya emas yang terang. Cahaya itu bahkan terlihat dari luar kelas, membuat para murid di kelas lain terkejut.

Ketika cahaya itu mulai meredup, muncul seekor roh unicorn kecil di atas meja Wang Liu. Unicorn itu berwarna putih dengan tanduk emas yang bersinar. Ia mengibaskan ekornya dengan gemulai, tampak sangat lucu dan menggemaskan.

Seluruh kelas elite langsung berkerumun di sekitar Wang Liu, ingin melihat unicorn itu dari dekat. Yue tampak paling antusias. Ia mendekat dan mulai mengelus kepala unicorn itu.

"Liu, unicorn ini sangat lucu! Kau benar-benar luar biasa," ucap Yue dengan senyuman lebar.

Unicorn itu tampak senang dielus oleh Yue. Wang Liu hanya tersenyum kecil, merasa puas dengan pemanggilannya.

Setelah pelajaran selesai, para murid masih membicarakan pemanggilan roh tersebut. Xing, Ming, dan Yue terus memuji Wang Liu, sementara murid-murid lain memandangnya dengan penuh kekaguman.

"Liu, kau benar-benar tidak ada tandingannya," ucap Ming sambil tertawa kecil.

"Unicorn itu seperti dirimu—tenang, kuat, tapi sangat bersinar," tambah Yue.

Wang Liu hanya tersenyum tipis dan berkata, "Aku hanya beruntung. Pemanggilan roh ini hanyalah awal dari perjalanan kita semua."

Dengan itu, Wang Liu, Yue, Xing, dan Ming meninggalkan kelas elite, siap menghadapi pelajaran dan tantangan berikutnya. Sementara itu, unicorn kecil itu tetap berada di sisi Wang Liu, menjadi bukti nyata dari kekuatan spiritualnya yang luar biasa.