Malam itu, suasana rumah Wang Liu begitu tenang. Angin malam yang sejuk menghembus lembut, membuat suasana terasa damai. Di ruang makan, Wang Liu bersama ayah, ibu, dan Jian Shen menikmati makan malam. Mereka berbincang tentang kejadian-kejadian yang dialami Wang Liu di sekolah dan tantangan yang menantinya.
"Liu, kamu harus ingat, kekuatan besar yang kau miliki bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi untuk melindungi dunia ini," kata ayahnya dengan nada bijak.
"Iya, Ayah," jawab Wang Liu sambil tersenyum.
Setelah makan malam selesai, Wang Liu mengajak Jian Shen ke halaman belakang. Tempat itu luas, dengan rerumputan hijau yang tampak berkilauan di bawah sinar bulan.
"Guru," kata Jian Shen sambil menatap Wang Liu, "aku ingin tahu sejauh mana kemampuanmu sekarang. Jika kau bisa, tunjukkan padaku roh yang lebih kuat dari sebelumnya."
Wang Liu tersenyum tipis, merasa tertantang. "Baiklah, Jian Shen. Tapi sebelum itu, biarkan aku melihat kemampuanmu terlebih dahulu."
Jian Shen berdiri tegap, matanya memancarkan cahaya kebiruan. Ia mengangkat tangannya, menciptakan lingkaran energi bercahaya di udara. Aura dingin mulai menyelimuti halaman belakang.
"Datanglah, Roh Naga Putih!" seru Jian Shen.
Dari lingkaran itu, sebuah naga putih raksasa muncul. Tubuhnya bersinar seperti berlian, dan matanya memancarkan wibawa ilahi. Naga itu terbang melingkar di atas rumah Wang Liu, mengeluarkan raungan yang membuat udara bergetar.
Wang Liu mengangguk dengan bangga. "Roh yang luar biasa, Jian Shen. Kau benar-benar layak disebut sebagai pedang roh terbaik."
Namun, Jian Shen menatap Wang Liu dengan penuh harap. "Sekarang giliranmu, Guru. Tunjukkan padaku sesuatu yang lebih hebat."
Wang Liu melangkah maju, berdiri di tengah halaman. Ia memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. Aura Jin Guang yang khas mulai mengalir keluar dari tubuhnya, menyelimuti seluruh rumah. Cahaya keemasan itu begitu terang hingga membuat malam terasa seperti siang.
Dengan tenang, Wang Liu mengangkat satu tangannya ke langit. "Datanglah, Naga Emas yang Agung!"
Langit di atas rumah Wang Liu berubah. Sebuah lubang besar seperti portal dimensi muncul, memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Dari dalam lubang itu, terdengar suara gemuruh yang mengguncang bumi.
Kemudian, perlahan-lahan, muncul kepala seekor naga emas raksasa. Tubuhnya begitu besar sehingga tampak seperti bisa melingkari seluruh kota. Sisik emasnya bersinar seperti matahari, dan matanya memancarkan kebijaksanaan serta kekuatan luar biasa.
Saat naga itu sepenuhnya keluar dari portal, auranya menyelimuti seluruh bumi. Angin kencang berhembus, dan langit malam penuh dengan kilauan cahaya keemasan.
Jian Shen, yang biasanya tenang, kali ini tampak sangat terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Wang Liu memiliki kekuatan untuk memanggil roh sekuat itu.
"Guru…" kata Jian Shen dengan suara bergetar. "Ini… ini tidak mungkin. Naga Emas itu… adalah salah satu roh terkuat yang pernah ada. Bagaimana kau bisa memanggilnya?"
Wang Liu menatap Jian Shen dengan senyum tipis. "Aku hanya menggunakan sedikit kekuatan Qi-ku untuk memanggilnya. Ini bukan kekuatan penuhku."
Sementara itu, di dalam rumah, orang tua Wang Liu merasakan keanehan. Mereka keluar ke halaman belakang dan terkejut melihat naga emas raksasa itu.
Ibunya menutup mulutnya dengan tangan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Wang Liu… ini luar biasa. Kau… kau memanggil roh sebesar ini?"
Ayahnya, meskipun terkejut, terlihat lebih tenang. "Liu, kau benar-benar berbakat. Tapi ingat, dengan kekuatan besar ini, datang juga tanggung jawab besar."
Wang Liu menunduk sedikit. "Maaf, Bu. Maaf, Ayah. Aku membuat keributan di dunia ini. Tapi aku hanya ingin menunjukkan kemampuanku."
Ibunya tersenyum. "Tidak apa-apa, Liu. Aku bangga padamu."
Setelah beberapa saat, Wang Liu mengucapkan salam perpisahan kepada Naga Emas. Dengan suara yang dalam dan penuh wibawa, naga itu berkata, "Jika kau membutuhkan bantuanku lagi, panggil aku, Wang Liu. Aku akan selalu melindungimu."
Naga itu perlahan kembali ke portal dimensi, meninggalkan jejak cahaya keemasan yang memudar di langit.
Jian Shen masih tampak terpukau. "Guru, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kau benar-benar luar biasa. Bahkan aku tidak pernah membayangkan bisa melihat Naga Emas dengan mataku sendiri."
Wang Liu hanya tersenyum tipis. "Jian Shen, ini baru permulaan. Masih banyak yang harus kita hadapi di masa depan."
Malam itu, setelah semuanya tenang kembali, Wang Liu duduk di kamarnya bersama Jian Shen.
"Guru," kata Jian Shen, "aku tahu kau memiliki potensi besar. Tapi ingatlah untuk selalu menggunakan kekuatanmu dengan bijak."
Wang Liu mengangguk. "Aku tahu, Jian Shen. Kekuatan ini bukan untuk pamer atau menakut-nakuti orang lain. Aku akan menggunakannya untuk melindungi dunia ini dan orang-orang yang aku sayangi."
Jian Shen tersenyum. "Itulah mengapa aku mengikutimu, Guru. Kau memiliki hati yang mulia."
Dengan kata-kata itu, malam yang penuh keajaiban pun berakhir. Wang Liu tertidur dengan perasaan tenang, siap menghadapi tantangan baru yang akan datang.