Chereads / The Birth of a God / Chapter 21 - Bab 20: Ujian Spiritual yang Mengejutkan

Chapter 21 - Bab 20: Ujian Spiritual yang Mengejutkan

Pagi itu, Wang Liu terbangun dengan perasaan tenang. Sinar matahari pagi yang lembut menyelinap melalui jendela kamarnya, memberikan suasana damai. Setelah mencuci muka dan mengenakan seragam sekolahnya, Wang Liu turun ke ruang makan.

"Selamat pagi, Liu," sapa ibunya dengan senyum lembut. Di meja sudah tersaji sarapan favorit Wang Liu.

"Selamat pagi, Ibu. Terima kasih untuk sarapannya," kata Wang Liu sambil duduk.

Ayahnya yang sedang membaca koran menatapnya. "Hari ini ada ujian penting, kan? Lakukan yang terbaik, Liu."

Wang Liu mengangguk. "Tentu, Ayah."

Setelah selesai makan, Wang Liu mengenakan sepatunya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Aku berangkat!" katanya sebelum melangkah keluar rumah.

Sesampainya di sekolah, suasana tampak lebih ramai dari biasanya. Wang Liu berjalan melewati kerumunan murid hingga akhirnya bertemu dengan teman-teman dari kelas elite, Yue, Xing, dan Ming.

"Wang Liu!" seru Yue sambil melambai.

Wang Liu tersenyum dan menghampiri mereka. "Apa kabar? Kalian sudah siap untuk ujian hari ini?"

Xing menghela napas. "Jujur saja, aku sedikit gugup. Ujian spiritual bukan hal yang mudah."

"Ya," tambah Ming. "Tapi aku sudah melakukan latihan meditasi semalam. Mudah-mudahan ada peningkatan."

Yue tersenyum. "Jangan terlalu tegang. Kita lakukan yang terbaik saja."

Mereka berempat berjalan bersama menuju ruang kelas elite, di mana Master Zhang sudah menunggu.

Di dalam kelas, Master Zhang berdiri di depan para murid. Ia adalah pria berwibawa dengan janggut panjang dan sorot mata tajam. Hari itu, ia tampak lebih serius dari biasanya.

"Selamat pagi, murid-murid," kata Master Zhang. "Hari ini, kita akan menjalani Ujian Spiritual dan Pengecekan Tingkat Spiritual. Ini adalah langkah penting untuk memahami sejauh mana perkembangan kalian dalam menguasai energi Qi."

Semua murid mendengarkan dengan saksama.

"Langkah-langkahnya sederhana," lanjut Master Zhang. "Pertama, cari tempat yang nyaman di arena meditasi yang telah disiapkan. Kedua, duduk bersila dan fokuskan pikiran kalian. Rasakan energi Qi yang mengalir dalam tubuh. Ketika kalian benar-benar fokus, sebuah lingkaran cahaya akan muncul di belakang tubuh kalian. Warna pada lingkaran tersebut akan menunjukkan tingkat spiritual kalian."

Para murid tampak antusias sekaligus cemas.

"Sekarang, semua murid silakan menuju arena meditasi," perintah Master Zhang.

Arena meditasi adalah ruangan besar yang dipenuhi dengan cahaya alami. Tempat itu dirancang khusus untuk mendukung konsentrasi murid-murid.

Satu per satu, para murid dari kelas elite mulai duduk bersila dan memasuki keadaan meditasi. Suasana menjadi hening.

Beberapa murid tampak kecewa karena warna lingkaran cahaya yang muncul di belakang tubuh mereka tidak menunjukkan peningkatan berarti. Master Zhang mencatat hasil mereka dengan tenang.

Giliran Xing tiba. Ia menutup matanya, menarik napas dalam, dan memfokuskan pikirannya. Beberapa saat kemudian, lingkaran cahaya berwarna putih muncul di belakangnya. Master Zhang mencatat:

Xing: Warna Lingkaran Putih – Tingkat Spiritual Rendah, Qi 416.

Ming melakukan hal yang sama. Lingkaran putih kembali muncul, sedikit lebih cerah dari Xing. Master Zhang mencatat:

Ming: Warna Lingkaran Putih – Tingkat Spiritual Rendah, Qi 422.

Ketika giliran Yue tiba, semua murid memperhatikannya. Yue dikenal sebagai salah satu murid terbaik di kelas elite. Ia duduk bersila dengan anggun, memejamkan mata, dan memusatkan pikirannya. Lingkaran putih yang terang muncul di belakang tubuhnya.

Yue: Warna Lingkaran Putih – Tingkat Spiritual Rendah, Qi 500.

Banyak murid yang berdecak kagum.

Akhirnya, giliran Wang Liu tiba. Semua mata tertuju padanya. Beberapa murid berbisik-bisik, meremehkan karena Wang Liu dulunya dikenal sebagai murid biasa dengan tingkat spiritual rendah.

"Dia hanya Qi 40 dulu, kan?" bisik salah satu murid.

Wang Liu berjalan ke tengah arena dengan tenang. Ia duduk bersila, memejamkan mata, dan mulai bermeditasi. Jian Shen, yang berdiri di sudut ruangan, mengamati dengan senyum tipis.

Dalam beberapa detik, suasana berubah. Cahaya terang tiba-tiba memenuhi ruangan. Para murid menahan napas ketika lingkaran biru besar muncul di belakang Wang Liu. Aura yang ia pancarkan begitu kuat sehingga beberapa murid merasa tertekan.

Master Zhang mencatat dengan penuh kekaguman:

Wang Liu: Warna Lingkaran Biru – Tingkat Spiritual Menengah, Qi 980.

Ruangan menjadi hening selama beberapa detik sebelum terdengar bisik-bisik yang semakin ramai.

"Bagaimana mungkin?!" seru salah satu murid. "Dia dulunya hanya Qi 40!"

"Lingkaran biru? Itu berarti dia di tingkat Qi Menengah!" tambah yang lain.

Xing dan Ming terbelalak. Mereka tidak percaya bahwa teman mereka bisa memiliki tingkat spiritual setinggi itu.

"Wang Liu, kau benar-benar luar biasa," kata Yue dengan mata berbinar.

Wang Liu hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Dalam hatinya, ia berbicara kepada Jian Shen.

"Jian Shen, kau memanipulasi lagi, ya?"

"Tidak, Guru," jawab Jian Shen sambil tertawa kecil. "aku hanya bisa memanipulasi kekuatanmu sampai Qi 900 lebih."

Setelah semua murid menyelesaikan meditasi, Master Zhang berdiri di depan kelas untuk memberikan evaluasi.

"Hasil hari ini sangat menarik," katanya. "Beberapa dari kalian menunjukkan peningkatan yang baik, dan ada juga yang perlu bekerja lebih keras. Namun, ada satu hal yang perlu kita soroti. Wang Liu, hasilmu luar biasa."

Semua murid memberikan tepuk tangan untuk Wang Liu. Yue, Xing, dan Ming ikut tersenyum bangga.

"Wang Liu," lanjut Master Zhang, "kau memiliki potensi besar. Pastikan untuk terus melatih dirimu dan gunakan kekuatan itu untuk melindungi orang lain."

Wang Liu membungkukkan badan. "Terima kasih, Master Zhang. Saya akan melakukan yang terbaik."

Setelah kelas selesai, Wang Liu berjalan keluar bersama Yue, Xing, dan Ming.

"Wang Liu, aku benar-benar kagum padamu," kata Yue sambil tersenyum.

"Terima kasih, Yue," jawab Wang Liu.

"Kalau begitu, traktir kami makan es krim sebagai perayaan!" seru Xing, mencoba mencairkan suasana.

Mereka semua tertawa dan menikmati waktu bersama. Meski Wang Liu tetap rendah hati, dalam hatinya ia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan besar yang menantinya.