Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 19 - Bab 18: Amarah yang Terbangun

Chapter 19 - Bab 18: Amarah yang Terbangun

Sasuga dan timnya berdiri di depan gerbang raksasa yang berkilauan dengan energi hitam dan ungu, pusat dari Celestial Abyss. Di belakang gerbang itu, energi para Eldritch Sovereigns berdenyut seperti jantung yang melambat, memberi peringatan atas kekuatan yang mereka hadapi.

Ketika Sasuga membuka gerbang itu, suasana mendadak berubah. Cahaya emas yang sebelumnya menerangi Celestial Abyss berubah menjadi kegelapan yang pekat. Di dalamnya, berdiri tiga sosok besar dengan aura yang begitu menakutkan hingga udara terasa berat untuk dihirup.

Mereka adalah Eldritch Sovereigns. Salah satunya, yang tampaknya menjadi pemimpin, melangkah maju. Tubuhnya tinggi menjulang, dihiasi dengan lapisan armor seperti kristal yang berdenyut dengan energi kosmik. Di kedua sisinya, ada sepuluh robot raksasa dengan desain mengerikan, masing-masing memancarkan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sebuah dimensi.

"Kau akhirnya datang, Sasuga," kata pemimpin itu, suaranya berat dan penuh ancaman. "Kami telah menantimu, Sang Infinite Sovereign yang menyegel kekuatannya sendiri. Sungguh ironi yang menarik, kau memilih menjadi manusia lemah."

Sasuga tidak gentar. "Aku datang bukan untuk mendengarkan ocehan kalian. Jika kalian ingin menghancurkan multiverse, kalian harus melewatiku terlebih dahulu."

Para Eldritch Sovereigns hanya tertawa. Pemimpin mereka menjentikkan jarinya, dan sepuluh robot raksasa melangkah maju, menggetarkan tanah dan udara.

"Aku akan mengujimu dulu," katanya dengan nada sinis. "Lawan mereka. Buktikan kau layak melawan kami."

Robot-robot itu menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan untuk ukuran mereka yang besar. Masing-masing dilengkapi dengan senjata canggih—meriam plasma, bilah energi, dan perisai pelindung. Sasuga memimpin serangan, dengan Luna, Lyra, dan Aetherion mendukungnya dari belakang.

Ledakan demi ledakan mengguncang arena. Sasuga menggunakan kekuatannya untuk memanipulasi medan energi, melindungi timnya dan menyerang robot-robot itu. Namun, robot-robot itu tidak mudah dikalahkan. Mereka tampak belajar dari setiap serangan, memperbaiki taktik mereka secara real-time.

"Kekuatan mereka bukan hal biasa!" teriak Lyra, yang berjuang untuk menembus perisai salah satu robot.

Luna, dengan kemampuan bertarungnya yang luar biasa, berhasil menusuk salah satu robot dengan bilah energinya, tetapi robot itu dengan cepat membalas, membuatnya terlempar ke belakang.

Sasuga melihat ini dan langsung melompat ke depan, menghancurkan salah satu robot dengan serangan telak. Namun, jumlah mereka terlalu banyak, dan mereka mulai mendesak timnya ke sudut arena.

Di tengah kekacauan, salah satu robot mengarahkan serangan besar ke arah Luna. Sebuah meriam plasma raksasa menyala, memancarkan cahaya terang yang membuat waktu seolah melambat.

"Luna, awas!" teriak Sasuga.

Namun, serangan itu terlalu cepat. Ledakan besar mengguncang arena, dan ketika debu mulai mereda, Luna terbaring di tanah, terluka parah. Tubuhnya diliputi luka bakar energi, dan napasnya terdengar lemah.

Sasuga berlari ke arahnya, menggenggam tangannya. "Luna! Kau tidak apa-apa? Bertahanlah!"

Luna membuka matanya yang mulai redup, memaksakan senyum. "Aku... aku baik-baik saja. Kau harus fokus... pada pertarungan..."

Namun, sesuatu dalam diri Sasuga mulai berubah. Melihat Luna terluka, sesuatu yang telah lama tersegel di dalam dirinya mulai bergerak. Udara di sekitarnya terasa berubah, menjadi lebih berat dan dipenuhi dengan energi yang tidak stabil.

Lyra memperhatikan perubahan itu. "Sasuga... ada apa denganmu?"

Aetherion mendeteksi peningkatan energi yang luar biasa. "Ini tidak mungkin... Energi ini jauh melampaui Nexus Core. Ini adalah kekuatan aslinya."

Sasuga berdiri perlahan, tubuhnya mulai memancarkan aura gelap yang berkilauan dengan cahaya merah dan hitam. Matanya bersinar seperti bintang yang meledak, penuh dengan amarah dan kekuatan murni.

"Cukup," katanya dengan suara yang berbeda—lebih dalam dan penuh kekuatan.

Para Eldritch Sovereigns terdiam, menyadari perubahan itu. Pemimpin mereka tersenyum tipis. "Ah... Jadi inilah sisi lain dari dirimu. Sang Infinite Sovereign yang sejati akhirnya bangkit."

Sasuga melangkah maju, setiap langkahnya membuat tanah retak. Dengan gerakan cepat, ia menyerang salah satu robot, menghancurkannya dalam sekejap. Robot itu tidak sempat bereaksi sebelum tubuhnya meledak menjadi serpihan energi.

Robot-robot lainnya mencoba menyerang Sasuga, tetapi ia bergerak dengan kecepatan yang mustahil, menghancurkan mereka satu per satu. Dalam waktu singkat, hanya tersisa puing-puing.

"Ini... mustahil," gumam Lyra, menyaksikan pemandangan itu dengan mata terbelalak.

Namun, Sasuga tidak berhenti. Amarahnya terus memuncak, dan energi di sekitarnya menjadi semakin tidak terkendali. Bahkan Eldritch Sovereigns mulai tampak waspada.

"Cukup kuat untuk level awal," kata pemimpin mereka dengan nada serius. "Namun, kekuatan itu bisa menghancurkanmu sendiri."

Sasuga mengarahkan pandangannya ke Eldritch Sovereigns. "Kalian sudah cukup bermain. Sekarang giliran kalian."

Ia melompat ke arah pemimpin mereka, menyerang dengan kekuatan penuh. Namun, Eldritch Sovereign itu mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi yang menahan serangan Sasuga.

"Jangan lupa, kami adalah entitas yang melampaui waktu dan ruang," katanya. "Kau mungkin kuat, tapi kau belum siap menghadapi kami."

Pertarungan antara Sasuga dan Eldritch Sovereigns dimulai, dengan energi yang begitu besar hingga membuat Celestial Abyss berguncang. Sementara itu, Luna yang terluka mulai kehilangan kesadaran, membuat Lyra dan Aetherion berjuang keras untuk menstabilkannya.

Namun, di tengah kekacauan, Sasuga mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Kekuatan yang ia lepaskan tidak hanya menyerang musuh, tetapi juga merusak sekitarnya, termasuk timnya sendiri.

"Sasuga, hentikan! Kau bisa menghancurkan kita semua!" teriak Lyra.

Tapi Sasuga tidak mendengarkan. Amarahnya telah membutakannya, membuatnya terjebak dalam kekuatan yang telah lama tersegel.

Pemimpin Eldritch Sovereigns tersenyum licik. "Ini dia. Kekuatanmu adalah pedang bermata dua. Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan sebelum kehancuranmu sendiri."

Bab ini berakhir dengan Sasuga yang kehilangan kendali, membuka jalan bagi konflik yang lebih besar antara dirinya, Eldritch Sovereigns, dan keseimbangan multiverse.