Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Gairah di Desa Lianhua

Ahyal_Kasyaf
10
Completed
--
NOT RATINGS
1.4k
Views
Synopsis
Di desa terpencil bernama Lianhua, Mei Ling, seorang remaja yang baru menginjak dewasa, bertemu dengan seorang pria misterius yang mengubah hidupnya. Hubungan mereka berkembang dalam suasana yang menggairahkan, memadukan rasa penasaran, keintiman, dan ketegangan yang menggetarkan hati.
VIEW MORE

Chapter 1 - Langkah Awal

Angin sore berhembus lembut, membawa aroma bunga liar dari ladang di sekitar Desa Lianhua. Langit jingga keemasan menyelimuti desa kecil yang tersembunyi di antara pegunungan. Desa itu sunyi, hanya terdengar gemericik air dari sungai kecil yang membelah ladang-ladang subur.

Mei Ling berdiri di depan sebuah rumah tua yang akan menjadi tempat tinggal barunya. Rumah kayu itu sederhana, dengan jendela-jendela kecil yang dikelilingi tanaman merambat. Baru saja menginjak usia 18 tahun, Mei Ling datang ke Lianhua dengan harapan menemukan kehidupan baru, jauh dari kebisingan dan tekanan kota besar.

Dia menatap sekeliling, mengagumi keindahan desa yang begitu asing baginya. Namun, meski tenang, ada sesuatu dalam keheningan desa ini yang terasa... memikat.

"Lianhua...," Mei Ling berbisik pelan, bibir mungilnya membentuk senyum tipis.

Belum sempat ia menikmati suasana, langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Dari balik pepohonan, seorang pria muncul. Dia tinggi, dengan bahu lebar yang menunjukkan ketangguhannya. Wajahnya gelap oleh bayangan senja, tetapi mata tajamnya bersinar terang. Pria itu tampak lebih dewasa, mungkin berusia pertengahan dua puluhan, dengan aura yang sulit diabaikan.

"Pendatang baru?" tanyanya dengan nada rendah, suaranya serak namun memikat.

Mei Ling mengangguk perlahan, merasa gugup di bawah tatapan pria itu. "Iya. Aku baru tiba pagi ini."

Pria itu melangkah mendekat, membuat Mei Ling bisa melihat wajahnya lebih jelas. Rahang tegas, kulit kecokelatan, dan senyum tipis yang seolah menyimpan rahasia. "Aku Lin Hao," katanya singkat. "Rumahmu ada di dekat ladangku. Jika butuh bantuan, katakan saja."

Mei Ling hanya bisa mengangguk lagi, terlalu terpaku pada caranya bicara pelan, namun seolah mendikte dunia.

Ketegangan yang tak terlihat mulai terjalin di antara mereka. Lin Hao tersenyum tipis sebelum melangkah pergi, meninggalkan Mei Ling dengan jantung berdegup kencang dan pikiran yang bercampur aduk.

Malam mulai merayap di Desa Lianhua. Cahaya bulan menggantikan warna jingga senja, menerangi desa dengan kilauan perak yang lembut. Mei Ling duduk di depan jendela rumah barunya, menatap ladang luas yang berkilau oleh embun malam. Desa itu begitu sunyi, hingga suara gemerisik daun pun terdengar jelas.

Namun, keheningan itu pecah oleh suara langkah kaki. Mei Ling mengangkat wajah, melihat sosok Lin Hao berdiri di luar pagar rumahnya, membawa lentera kecil.

"Apa kau sudah makan malam?" tanyanya singkat, tetapi suaranya menggema lembut di antara angin malam.

Mei Ling terkejut dengan kehadirannya. "Belum. Aku belum sempat memasak apa pun," jawabnya jujur.

Lin Hao tersenyum kecil. "Ikutlah denganku. Akan lebih baik jika kau makan sesuatu yang layak setelah perjalanan jauh."

Mei Ling ragu sejenak, tetapi ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang membuatnya merasa nyaman, meski ia baru mengenalnya. Dia mengambil syalnya dan mengikuti Lin Hao menyusuri jalan setapak menuju rumahnya.

Rumah Lin Hao sedikit lebih besar, dengan halaman luas yang ditanami berbagai jenis tanaman. Aroma makanan hangat segera menyambut mereka begitu mereka masuk ke dalam.

"Aku tinggal sendiri," ujar Lin Hao sambil meletakkan lentera di meja kayu besar. "Tapi aku cukup sering memasak untuk dua orang. Mungkin sudah kebiasaan."

Mei Ling tidak bertanya lebih jauh. Dia duduk di meja, memperhatikan Lin Hao yang dengan cekatan menyiapkan hidangan sederhana namun menggoda sup panas dengan sayuran segar, nasi putih, dan sedikit acar pedas.

Saat mereka makan, percakapan perlahan mengalir. Lin Hao bercerita tentang desa, bagaimana ia menghabiskan sebagian besar waktunya di ladang, dan bagaimana penduduk desa saling mengenal satu sama lain.

Namun, ada sesuatu dalam caranya bicara lembut tapi tegas, seolah setiap kata memiliki makna tersembunyi. Mei Ling merasa dirinya terpesona, bukan hanya oleh kata-katanya, tetapi juga oleh gerak-geriknya, senyum samar di wajahnya, dan suara berat yang bergetar di udara.

"Kenapa kau datang ke desa ini?" tanya Lin Hao tiba-tiba, memecah lamunannya.

Mei Ling terdiam. Dia tidak ingin mengungkapkan alasan sebenarnya masa lalu yang penuh luka dan keputusan impulsif untuk melarikan diri dari semuanya. "Aku hanya ingin mencari kedamaian," jawabnya singkat.

Lin Hao menatapnya, matanya seolah menembus pertahanan Mei Ling. Tapi dia tidak mendesak. Sebaliknya, dia hanya tersenyum tipis dan berkata, "Kedamaian memang mudah ditemukan di sini. Tapi desa ini juga menyimpan banyak cerita."

Perkataan itu terasa menggantung di udara, seperti janji akan sesuatu yang lebih besar.

Setelah makan, Lin Hao mengantar Mei Ling kembali ke rumahnya. Saat mereka berdiri di depan pintu, suasana menjadi hening.

"Jika kau butuh sesuatu, panggil aku," katanya pelan, tatapannya dalam.

Mei Ling mengangguk, merasa dadanya berdebar lebih cepat dari biasanya. "Terima kasih, Lin Hao."

Pria itu hanya tersenyum sebelum pergi, meninggalkan Mei Ling dengan pikiran yang bercampur aduk. Di balik keheningan malam itu, ada sesuatu yang tumbuh sesuatu yang menggairahkan, yang perlahan merasuki jiwa mereka berdua.