Malam di Desa Lianhua begitu sunyi, hanya suara jangkrik yang memecah keheningan. Mei Ling duduk di tepi tempat tidurnya, menatap bulan yang menggantung di langit. Udara malam yang dingin menyelimuti tubuhnya, tetapi pikirannya terasa lebih hangat, membara oleh rasa yang sulit dijelaskan.
Pikirannya terus melayang pada Lin Hao. Setiap tatapan matanya, sentuhan hangat di tangannya, dan suara tegas yang selalu menenangkan hatinya terus berputar dalam ingatannya.
Namun, di dalam dirinya juga ada rasa bersalah. Keluarga Liu adalah keluarga terpandang, dan menolak lamaran mereka akan membawa aib bagi keluarganya. Tapi, bagaimana mungkin dia menyerahkan dirinya kepada pria yang tak pernah membuat jantungnya berdegup kencang seperti Lin Hao?
Panggilan di Tengah Malam
Saat Mei Ling hampir terlelap, suara ketukan lembut di jendela mengejutkannya. Dia segera bangkit, mengintip dari balik tirai, dan menemukan Lin Hao berdiri di sana.
"Lin Hao! Apa yang kau lakukan di sini malam-malam begini?" bisik Mei Ling sambil membuka jendela.
"Aku tidak bisa tidur. Aku harus melihatmu," jawab Lin Hao dengan nada penuh kerinduan.
Tanpa ragu, Mei Ling membuka jendela lebih lebar dan mempersilakan Lin Hao masuk. Saat dia melangkah masuk, kehangatan tubuhnya langsung terasa di udara dingin kamar itu.
"Mei Ling," ucap Lin Hao sambil meraih tangan gadis itu, "aku tidak bisa membiarkan mereka mengambilmu dariku. Aku tidak peduli apa yang harus aku lakukan, aku hanya ingin kau tetap bersamaku."
Mei Ling menatap mata Lin Hao yang penuh dengan rasa cinta dan gairah. Tubuhnya bergetar, bukan karena dingin, tetapi karena kehadirannya begitu dekat.
Malam yang Membara
Dalam keheningan malam, Lin Hao memeluk Mei Ling erat. Jarak di antara mereka lenyap, digantikan oleh rasa yang begitu kuat.
"Lin Hao, aku takut…" bisik Mei Ling.
"Jangan takut, Mei Ling. Aku di sini untukmu. Aku akan melindungimu, apa pun yang terjadi," jawab Lin Hao sambil mengusap lembut rambutnya.
Sentuhan tangan Lin Hao yang hangat di wajah Mei Ling membuatnya kehilangan kendali. Nafas mereka saling bersahutan, dan di bawah cahaya bulan yang temaram, kedua tubuh muda itu tenggelam dalam hasrat yang selama ini mereka pendam.
"Mei Ling, aku mencintaimu," ucap Lin Hao lirih, sebelum bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah.
Waktu seolah berhenti saat mereka menyatu, bukan hanya tubuh, tetapi juga jiwa mereka. Semua ketakutan, tekanan, dan rasa bersalah lenyap, digantikan oleh cinta yang membara.
Pagi yang Membawa Realita
Ketika fajar mulai menyingsing, Lin Hao dan Mei Ling terbangun dari malam yang panjang. Lin Hao menatap Mei Ling dengan senyum hangat, tetapi di balik senyumnya ada kekhawatiran yang mendalam.
"Kita harus lebih berhati-hati, Mei Ling. Aku tidak ingin ada yang tahu tentang ini," ucap Lin Hao sambil merapikan pakaiannya.
Mei Ling mengangguk, tetapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa malam itu telah mengubah segalanya.
Ketika Lin Hao pergi, Mei Ling duduk di tepi tempat tidurnya, memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya.
Namun, dia tak punya banyak waktu untuk berpikir, karena ketukan di pintu mengagetkannya. "Mei Ling, cepat bangun. Keluarga Liu akan datang pagi ini," suara ibunya terdengar dari balik pintu.
Hatinya mencelos. Akankah mereka mampu menyembunyikan apa yang telah terjadi?
Pagi itu, Mei Ling berdiri di depan cermin, memandang bayangannya dengan hati yang gundah. Gaun sutra merah muda yang dikenakan ibunya untuk menyambut keluarga Liu terasa begitu mencekik. Wajahnya telah dirias dengan hati-hati, tetapi bayangan malam sebelumnya bersama Lin Hao terus menghantui pikirannya.
"Mei Ling, cepat turun! Keluarga Liu sudah tiba!" suara ibunya terdengar tegas dari luar kamar.
Dengan napas berat, Mei Ling melangkah keluar kamar, mencoba menutupi gemuruh di dadanya.
Pertemuan yang Tak Terhindarkan
Di ruang tamu, Liu Wen duduk dengan percaya diri. Wajahnya bersih, senyumnya ramah, tetapi Mei Ling merasakan dingin yang tak terlihat dari matanya. Di sisi lain, Lin Hao memperhatikan dari kejauhan, berdiri di balik pepohonan yang mengelilingi rumah Mei Ling.
Ketika Mei Ling masuk, Liu Wen berdiri dan membungkukkan badan, memberikan salam dengan penuh hormat. "Nona Mei Ling, senang bertemu denganmu lagi."
Mei Ling membalas dengan anggukan kecil, tetapi tidak bisa memaksakan senyum. Dalam dirinya, ada perasaan yang bergolak perasaan marah dan tidak berdaya.
Intervensi yang Tidak Terduga
Saat pembicaraan berlangsung, suara ketukan keras di pintu mengejutkan semua orang. Ketika pintu dibuka, Lin Hao berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh tekad.
"Lin Hao! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nyonya Wu dengan nada tajam, tetapi ada ketakutan di matanya.
Liu Wen memandang Lin Hao dengan tatapan penuh kecurigaan. "Siapa dia?"
Tanpa menunggu izin, Lin Hao melangkah masuk. "Aku Lin Hao, seseorang yang mencintai Mei Ling lebih dari apa pun di dunia ini."
Ruangan itu seketika hening. Liu Wen menyipitkan matanya, sementara Nyonya Wu berdiri dengan wajah pucat. Mei Ling sendiri merasa tubuhnya melemah, tetapi ada rasa bangga dalam hatinya melihat keberanian Lin Hao.
Ketegangan Memuncak
Liu Wen berdiri, menatap Lin Hao dengan penuh ejekan. "Cinta? Kau pikir cinta saja cukup untuk memberikan Mei Ling masa depan yang layak? Kau hanya seorang pemuda miskin tanpa nama dan tanpa masa depan."
Lin Hao tidak mundur. "Aku mungkin tidak punya kekayaan, tetapi aku punya sesuatu yang kau tidak akan pernah miliki hati Mei Ling."
Mei Ling terkejut mendengar pengakuan Lin Hao di depan semua orang. Namun, sebelum dia bisa berkata apa-apa, ibunya menyela.
"Lin Hao, ini cukup! Kau tidak punya hak untuk berada di sini!" seru Nyonya Wu.
Lin Hao menatap Mei Ling dengan penuh harap. "Mei Ling, aku tahu ini sulit, tapi aku tidak bisa kehilanganmu. Katakan padaku bahwa kau ingin bersamaku, dan aku akan melakukan apa saja untuk melindungi kita."
Mei Ling membuka mulutnya, tetapi kata-kata sulit keluar. Dia merasakan tekanan yang begitu besar dari ibunya, keluarga Liu, dan bahkan dirinya sendiri.
Keputusan Mei Ling
Akhirnya, Mei Ling mengangkat wajahnya. "Lin Hao, aku mencintaimu. Tapi bagaimana kita bisa melawan dunia ini?"
Lin Hao mendekatinya, menggenggam tangannya di depan semua orang. "Kita tidak perlu melawan dunia, Mei Ling. Kita hanya perlu melawan ketakutan kita sendiri."
Liu Wen, yang merasa harga dirinya diinjak, berdiri dengan marah. "Kau akan menyesal, Lin Hao. Aku akan memastikan kau tidak akan pernah mendekati Mei Ling lagi!"
Lin Hao hanya tersenyum tipis. "Cobalah jika kau bisa."
Malam yang Membara Kembali
Setelah insiden itu, Mei Ling dan Lin Hao memutuskan untuk bertemu lagi di tempat persembunyian mereka di hutan kecil di pinggir desa.
Malam itu, di bawah cahaya bintang, mereka berbagi rasa cinta yang begitu dalam dan hasrat yang membakar. Setiap sentuhan, setiap ciuman, adalah bentuk perlawanan mereka terhadap dunia yang mencoba memisahkan mereka.
Mei Ling menyandarkan kepalanya di dada Lin Hao, mendengarkan detak jantungnya yang tenang. "Aku tidak peduli apa yang akan terjadi. Aku hanya ingin bersamamu, Lin Hao."
Lin Hao membelai rambutnya dengan lembut. "Aku akan memastikan kita tetap bersama, apa pun yang terjadi."
Namun, di kejauhan, mata-mata keluarga Liu mengawasi mereka dengan tajam, membawa kabar yang akan membawa badai ke dalam hubungan mereka.