BAB 1
"... Ya bu silahkan!" Seorang pria paruh baya memberikan waktu kepada audiensnya untuk bertanya.
Syera sedang menonton reels di media sosial nya , Dia hobi sekali melihat video reels di sosmednya itu. Scroll - scroll kebawah hingga Dia menemukan sebuah video reels yang Dia rasa agak lain.
"Begini Pak saya mau bertanya..."
Walaupun kamera tidak diarahkan kepada si penanya, dari suaranya Syera tau bahwa yang bertanya itu adalah seorang Ibu-ibu
"Saya mau bertanya Pak, apakah saya disantet. ?"
"Tidak mungkin Ibu disantet.."
Belum selesai Ibu itu menyampaikan, pria paruh baya itu langsung menyelanya.
"Tapi Pak ..."
"Tidak mungkin Ibu disantet, apa alasannya , satu Ibu jelek, orang jelek ga mungkin disantet, kedua hidung Ibu pesek, orang pesek ga mungkin disantet, ketiga Ibu pendek, orang pendek ga mungkin kena santet, jelas ya bu"
Syera miris melihat tanggapan dan jawaban dari pria paruh baya ini, bisa-bisanya dia ngomong begitu. Siapa sih dia? Astaghfirullah nyakitin banget dah, batin Syera.
Syera mengecek kolom komentar video itu, disana juga pada banyak yang sepimikiran pada Syera.
Heruuu86 : "Pulang dari sana Ibu itu langsung santet Bapak itu"
Monicimout : "Untung aku jelek pesek, jadi aman dari santet dong hidup aku hahaha"
Ada lagi nih si Tbrtaegg : "Jadi pengen kenalan sama itu Bapak-bapak"
Masih banyak lagi komentar yang lucu-lucu, ada ribuan komentar, ga mungkin juga diketik semua disini.
Begitu juga dengan Syera, Dia pun langsung mengecek fisiknya sendiri "Aku pendek, pesek terus aku jelek juga ga ya? Hahaha. Tapi suami aku bilang aku cantik kok, agak aman lah ya." Batin Syera.
"Eh tunggu dulu, aman dari apa ini? Emang aku kepingin disantet apa? Astaghfirullah.. Jauhkan ya Allah kami dan keluarga kami dari perbuatan sesat yang sangat Engkau murkai itu. Aamiin" Ucap Syera dalam hati.
***
Asysyera Qinanti, Syera anak kedua dari 9 bersaudara. Usianya sekarang 30 tahun.
Syera akan bercerita tentang kisahnya disaat usianya masih 20 tahun.
Seharusnya di usia itu Syera masih duduk di bangku kuliah, namun karena Syera memiliki adik yang banyak dan mereka juga wajib mendapatkan pendidikan di sekolah, mau tidak mau Syera harus mengalah karena semua adiknya juga membutuhkan biaya, jadi Syera tidak melanjutkan pendidikannya, Dia hanya lulusan Madrasah Aliyah.
Syera termasuk siswi yang berprestasi di sekolahnya, tapi meskipun begitu tidak apa-apa baginya setelah lulus MA harus bekerja walaupun Dia harus mengubur semua impiannya.
Dia berpikir, mungkin banyak yang lebih tidak beruntung dibanding dia. Dia selalu berusaha menyenangkan hatinya.
Di usia 20 tahun itu Syera bekerja sebagai seorang SPG di salah satu perusahaan kosmetik, yang kosmetiknya belum dikenal oleh kalangan masyarakat.
Gara-gara reels yang ditonton Syera tadi, Dia jadi teringat kejadian pahit di masa silamnya. Apakah benar dia dipelet? Karena setelah dia menceritakan ceritanya kepada temannya, temannya mengatakan kalau sebenarnya Dia sudah dipelet dan bahkan juga disantet.
***
"Kenapa sih ga bisa bobok Syeraa, sulit banget buat bobok, mana ini mata kenapa jadi seperti ngeliat wajah pria yang tadi, Astaghfirullah, dia itu sudah tua loh Syera.." Batin Syera menggerutu tak menentu.
"Aduh ya Allah, wajah pria tadi kenapa di kepala aku terus sih, udah Bapak-bapak loh itu, udah Om-om"
Tak kunjung mata terpejam, bergegas Syera menggerakkan lidahnya untuk membaca sholawat nabi, tujuannya supaya wajah pria yang Syera baru kenal siang tadi langsung hilang dari pikirannya dan Dia bisa tidur dengan nyaman.
"Allahumma shalli 'ala Muhammadi wwa 'ala ali Muhammad"
Sudah 3 kali Syera membaca shalawat itu tapi mata Syera tak kunjung terpejam pikiran tak kunjung tenang. Dia tetap tidak bisa untuk tidur.
Dibenak Syera berkata "Apa karena aku sudah ga pernah mengerjakan sholat ya, makanya gini, tidak ada reaksi apapun, aku tetap ga tenang"
Syera akui sudah hampir setahun ini Dia tidak menghadap ke kiblat-Nya datang menjumpai Tuhannya. Mungkin hanya satu atau 2 kali saja, karena pekerjaannya Syera menjadi melupakan perintah Tuhan yang menciptakannya.
"Astaghfirullah Ya Allah, ya Tuhan ampuni aku. Ya Allah aku kenapa?" Syera mulai frustrasi
"Pria itu sudah tua Syeraaa, punya istri juga, juga sudah punya anak, mungkin usianya sudah 40 tahunan juga, sadar Syeraaa"
Syera hanya berusaha menyadarkan dirinya dan dia menduga-duga usia pria yang dijumpai tadi.
Syera terus mensugesti dirinya, supaya ga kebayang wajah pria itu.
Cerita bermula sejak siang tadi..
Syera mengenal pria itu siang tadi, disaat Syera bekerja di luar kota. Syera bekerja menjadi SPG tugasnya pastinya melakukan penjualan. Dia bersama timnya akan masuk ke dalam perkampungan yang jauh dari kotanya untuk menjual produk-produk yang mereka bawa.
Syera berangkat dari rumah menuju kantor dan pergi bersama teman satu timnya dengan sebuah mobil carry biru ke alamat yang sudah dicarikan NN mereka.
(NN adalah ini panggilan untuk yang mencarikan kami alamat untuk melakukan demo produk)
Jumlah mereka di satu mobil itu lebih kurang ada 10 orang, dan semua SPG pastinya wanita.
***
Syera berjalan mencari tempat yang nyaman untuk menunggu mobil timnya datang. Syera melihat ada sebuah warung, bergegas Syera kesana untuk duduk sembari menunggu mobil yang menjemputnya datang.
Syera yang sendiri tidak ada teman untuk diajak ngobrol jadinya Dia hanya duduk diam sambil mengecek nota penjualannya.
Di dalam diamnya, Syera mendengar obrolan 3 orang warga yang sedang bercerita di warung itu, yang posisinya tidak jauh dari Syera.
Warga pertama "Tidur aku sudah nyenyak loh, biasanya kan kau tau aku pasti kebangun, ngerasa sesak"
Mendengar kata sakit sesak, Syera menajamkan pendengarannya.
Warga kedua terlihat kepo "Ah masa sih? Emang kau pake apa? Kok bisa nyenyak gitu, kamu sudah sembuh?"
Warga pertama "Ya ampun kau lupa yang kemaren kita berobat itu? Berobat dengan yang namanya Pak Purnomo itu loh, metoda apa itu namanya?, aku lupa nama metodanya"
Warga ketiga "Sistem gurah"
Warga pertama "Nah iya itu, alhamdulillah banget sesak aku sembuh, jadi nyaman. Kau tengok lah aku sekarang, sehat kan?"
Mereka terus mengobrol....
Syera yang secara tidak sengaja mendengarkan obrolan mereka sejak tadi akhirnya penasaran.
"Hah sembuh dari sesak" Syera bergumam.
Dia selalu teringat dengan Ibunya yang sudah menderita asma selama 20 tahun ini, penyakit sesak Ibu Syera memang seumuran dengan nya. Ada cerita dibalik itu semua karena Ibu Syera sudah menceritakan asal usul kenapa Ibunya itu mengidap penyakit itu persis seusia Syera. Syera pun menerima alasannya Ibunya dengan lapang dada walaupun sebenarnya hingga kini masih terpikirkan olehnya.
Ketiga warga itu terus mengobrol tentang kehebatan orang yang menyembuhkannya. "Sepertinya itu sedang memberi review deh" Pikir Syera. Atau tanpa Syera sadari mungkin saja mereka itu tim marketingnya.
"Ya Allah kok aku su'uzon gini" Batin Syera.
Namun sebenarnya obrolan mereka membuat Syera semakin penasaran. Sudah sejak lama dia menginginkan kesembuhan total pada Ibunya. Syera tau yang dialami warga yang sedang ngobrol itu persis seperti yang ibu Syera alami, seperti sering kebangun malam karena rasa sesak yang dirasakan.
Syera mengetahui itu karena dari kamar, Syera sering terbangun mendengar Ibunya selalu keluar dari kamarnya hampir setiap malam.
Didorong rasa penasaran yang kuat, akhirnya Syera memberanikan diri untuk bertanya kepada warga tersebut. Syera berharap bisa bertemu dengan orang yang bisa menyembuhkan Ibunya seperti yang dikatakan dan dirasakan warga itu.
Bergegas Syera berjalan mendekati mereka, dengan sopan Dia mengucapkan " Maaf Bapak-bapak"
Ketiga warga tersebut menoleh kearah Syera dan salah satu dari mereka langsung menjawab "Eh iya Dek, ada apa? Ada yang bisa dibantu?"
Batin Syera berkata "Ya ampun nih Bapak-bapak cepat banget bantuin giliran cewe cantik nyamperin" Ya ampun percaya diri sekali Syera ini.
Syera pun menjawab "Kenalin Pak saya Syera, maaf tadi Bapak bertiga sedang ngobrol sembuh dari penyakit sesak trus tentang gurah yang saya denger, boleh saya tau itu apa Pak?"
Warga ketiga menyaut "Kenalan dulu Dek, aku Sigit. Aku belum tua kali Dek. Segan kali dipanggil Bapak hahaha"
Dia tertawa memperlihatkan giginya yang kuning berkarat karena mungkin terlalu sering merokok. Syera memperkirakan dari wajah Bapak tersebut seperti usia 40 tahunan.
"Maaf Pak Sigit" Syera menjawab dengan sedikit senyuman kecil
Pak Sigit melanjutkan omongannya,
"Yang ini Pak Heru" Dia menunjuk warga pertama.
"Dan yang ini Pak Ratno" Itu adalah warga kedua yang ditunjuk Pak Sigit.
"Oh iya Pak, terima kasih salam kenal" Syera cuma sedikit berbasa-basi dengan perkenalan itu karena tujuan Syera bukanlah untuk berkenalan.
"Gimana tadi Pak" Syera bertanya lagi
Pak Sigit menjawab semangat "Gurah ya Dek, itu loh metode untuk mengeluarkan penyakit dari badan kita, kek Pak Heru nih, tengok saja dia sudah sembuh sekarang"
Pak Heru pun menyaut "Iya Dek, begitu yang saya rasakan"
"Emangnya Pak Heru sakitnya sudah berapa lama? Dan pengobatannya sampai berapa kali pertemuan?" Syera bertanya penasaran.
"Saya sakit sudah 4 tahun dek, tapi alhamdulillah sekarang saya sembuh berkat Pak Purnomo" Pak Heru menjawab dengan raut wajah terharu
"Dan kalau berapa kali pertemuan, berapa kali ya?"
Pak Heru bertanya sendiri dan tampak berpikir lalu dia menyambung omongannya lagi, "Mungkin sekitar 4 kali dek"
"Emang digimanain itu Pak? Maaf ini bukan praktek perdukunan kan?" Syera menjadi waspada dari keterangan Pak Heru barusan, apalagi dia sempat berpikir beberapa menit, ah iya mungkin saja dia lupa, kan sudah tua hihihi, pikir Syera.
Pak Ratno pun menjawab "Bukan perdukunan Dek, Pak Purnomo itu bukan dukun, anaknya juga sekolah di pasantren, kalau mau lebih jelas hubungi saja langsung orangnya Dek"
Syera menanggapi omongan Pak Ratno dengan santai "Oh begitu ya Pak, terus berapa nomer yang bisa saya hubungi Pak?
Mereka bertiga seperti sedang berkusip, mungkin merundingkan tentang nomer telepon yang namanya Pak Purnomo itu.
"Ini Dek nomernya, dicatat ya" Ucap Pak Sigit
"Sebentar pak" Syera mengeluarkan handphone nokia slide nya.
"Berapa Pak" Syera pun siap-siap untuk mengetik nomer telepon yang didiktekan.
"0852xxxxxxxx namanya Pak Purnomo" Pak Sigit selesai mengatakan nomer telepon Pak Purnomo
"Baik, terima kasih ya Pak, saya berharap Ibu saya juga bisa sembuh seperti Pak Sigit" Syera berterima kasih dan memasukkan handphone nya ke dalam kantong celana jeans nya.
"Sama-sama Dek" Mereka pun menjawab serentak seperti paduan suara.
Syera pun berjalan lalu Dia kembali duduk di tempat dia menunggu tadi.
Selang beberapa waktu mobil tim nya pun datang menjemputnya. Syera bergegas naik ke dalam mobil, tak lupa dia menjinjing tas besar yang berisikan macam-macam produk kecantikan itu.
Di dalam mobil Syera meliha ada Tari dan Merry masing-masing dengan kegiatannya.
Baru saja Syera meletakkan p4nt4t nya di bangku mobil itu, suara Hendra pun tiba-tiba bergema. "Ada penjualan Syera?"