Chereads / Apakah Benar Aku Dipelet / Chapter 10 - BAB 10. Hampir Saja Kehilangan Kesucian

Chapter 10 - BAB 10. Hampir Saja Kehilangan Kesucian

BAB 10

Pak Purnomo memanggil pelayan Cafe untuk memesan makanan yang akan kami makan.

Aku dan Pak Purnomo memesan menu yang sama yaitu nasi goreng. Hanya saja minum nya aku memesan jus alpukat. Dan Pak Purnomo memesan teh manis panas.

Setelah selesai makan..

"Gimana Dek, enak ga?"

"Lumayan lah Pak, bisa lah ini nilai 7?" Jawab Syera

"Itu makanya kamu saya bawa kemari, saya tau kamu pasti suka makanan disini " Ucap Pak Purnomo merasa bangga.

Syera tersenyum sembari menatap Pak Purnomo. Sehingga membuat Pak Purnomo melihat Syera lekat, mereka pun saling memandang.

Dengan perlahan tapi pasti Pak Purnomo memegang tangan Syera yang sedari tadi dia letakan di atas p4ha nya. Pak Purnomo pun semakin mendekati Syera.

Syera sebenarnya bingung melihat sikap Pak Purnomo itu tapi anehnya Syera merasakan ada getaran aneh tiba tiba menelusuk ke dalam jantung nya, darah Syera pun berdesir semakin tak menentu, belum pernah Syera rasakan ini sebelumnya.

Srrrr.. Dug dug dug.. (Jantung Syera benar - benar sedang tidak tentram, takutnya tiba - tiba Syera malah kena serangan jantung)

Dengan suara parau Pak Purnomo mengatakan,

"Santai sayang, rileks"

"Hah kenapa Pak Purnomo bilang sayang ke aku, Oh Tuhan.."  Benak Syera kaget mendengar kata-kata itu.

Jantung Syera terus dan semakin berdegub dengan kencang. Mungkin karena ini adalah kali pertama bagi Syera tangan nya di pegang oleh cowo dengan cara seperti ini. Apalagi yang menyentuhnya sekarang adalah seorang pria dewasa, yang bary diketahui oleh Syera ternyata usianya 35 tahun. Selisih 15 tahun dengan Syera. Itu jarah yang lumayan jauh, pikirnya.

Dengan percaya diri Pak Purnomo m3ncium tangan Syera, Syera memperhatikan itu dengan jelas.

Seluruh tubuh Syera menegang, terpaku dan perasaannya pun tidak karuan. Sebagian pikiran Syera berkata ini tidak benar Syera jangan diteruskan tapi sebagian nya lagi malah mengatakan ayo lagi lagi, mau dong om, trus dong.

Dan semakin kesini Syera heran kenapa wajah lelaki itu semakin tampan saja dilihatnya. Pria itu memang berkulit cokelat tua, tapi dia memiliki hidung yang mancung dengan bibir yang tipis menawan.

Pandangan Syera tentang Pak Purnomo memang berubah 180% dari pertama sekali dia berjumpa dengan Pak Purnomo.

Padahal kemaren di awal Syera melihatnya, pria itu terlihat biasa- biasa saja, itu disebabkan karena Pak Purnomo itu bukan lah tipe cowo yang masuk dalam kreteria Syera. Apalagi pria itu sudah beristri. Syera paling anti itu, dia tidak mau diberi gelar sebagai valakor.

"Lalu kenapa sekarang aku malah ngerasakan perasaan yang aneh kepada dia? Kenapa aku mau?" Ucap Syera dalam hati.

Respon Syera hanya diam ketika mendapat sentuhan dari Pak Purnomo. Bagai mendapatkan durian runtuh, Pak Purnomo merasa di atas angin bisa mendapatkan akses yang lebih luas lagi untuk berbuat lebih jauh kepada Syera.

Pak Purnomo mulai menc1umi tangan Syera dari punggung tangan, ke lengan, lalu naik ke bahu hingga kini dia semakin berani mendekatkan wajah nya lebih dekat ke wajah Syera. Sampai wajah itu hanya berjarak beberapa senti saja tepat didepan wajah Syera.

Mereka saling menatap, tanpa aba - aba Pak Purnomo langsung meng3cup bib1r ranum Syera. Bib1r yang masih murni tanpa pengawet itu, kini pertama kali nya mendapatkan serangan bertubi-tubi dari seorang pria dewasa.

Syera tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Perasaan itu tida bisa diartikannya dan anehnya malah semakin menuntut lebih.

Pelan tapi pasti Pak Purnomo melum4t habis bib1r Syera yang s3ksi. Bib1r Pak Purnomo yang tipis itu sangat mahir dalam acara lum4t melum4t. Ya ampun, kenapa Syera menikmatinya?.

Tak menunggu waktu lama kerudung Syera pun telah dibuka oleh Pak Purnomo, tepat saat kerudung itu sudah terbuka, Pak Purnomo melanjutkan aksi bej4tnya dengan menc1umi leher Syera.

"Ahhh.." Bisa - bisanya suara des4ha4n Syera lolos begitu saja dari mulutnya.

Syera benar - benar sudah merasakan perbuatan itu "ahh.."

Tiba - tiba Pak Purnomo memberhentikan aksi liarnya.

Syera pun heran "Ada apa?  Benaknya berbicara

Bergegas Pak Purnomo menegakkan badannya dan segera menekan sakelar lampu yang berada di pojok pondok lalu dia menekannya dan lampu itu pun padam. Dan barulah Syera mengetahui alasan kenapa pondok yang dia lihat tadi lampu nya padam. tau ternyata di pondok aku disediakan saklar nya.

Pak Purnomo kembali menurunkan badannya ke bawah. Dengan kondisi yang sedikit gelap diterangi sedikit cahaya dari pondok lain, Pak Purnomo melanjutkan aksi yang tertunda tadi.

Tanpa Syera sangka Pak Purnomo hendak membuka kancing baju nya, karena saat itu Syera menggunakan baju kemaeja kancing depan. Pemikiran Syera yang 10% masih normal berusaha untuk menahan tindakan lebih dari Pak Purnomo itu.

"Pak jangan buka pak" Ucap Syera dengan berbisik

"Dek percaya sama Bapak" Pak Purnomo yang sudah tidak tahan, dia harus membuat Syera tidak menolak keinginannya.

Akhirnya Syera pun membiarkan kancing baju nya dibuka satu persatu oleh Pak Purnomo. Pak Purnomo juga tidak melewatkan untuk membuka celana panjang Syera sampai juga dengan celan4 d4l4m Syeran pun.

Ya ampun, sudah tidak ada lagi sehelai benang pun bertengger di tubuh Syera.

Dengan pemandangan seperti itu n4fsu Pak Purnomo pun semakin memburu, dengan tidak sabar lagi Pak Purnomo membuka gesper dan celananya, tak lupa membuka semvaknya juga. Sementara kemeja tetap menempel di badannya bagian atas. Pak Purnomo sudah seperti singa yang mendapatkan mangsanya.

Karena cahaya yang minim itu Syera tidak bisa dengan jelas melihat bentuk barang Pak Purnomo, samar sekali. Cahaya cenderung gelap jika melihat barang yang ada di bawah sana.

Dengan rakus Pak Purnomo mengh1s4p gunung kembar Syera.

"Ahh... Ahh.. Ah..." Syera benar-benar baru pertama kali ini merasakan sensasi yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.

Pak Purnomo mengambil tangan Syera, dengan perlahan meletakkan tangan Syera tepat di bat4ng kem4lu4nnya.

Kembali Syera terpaku terpaku, tangannya  tremor saat tangan tepat mendarat di kel4min Pak Purnomo

"Oh Tuhan untuk kali pertamanya aku merasakan langsung kulit halus rud4l seorang pria" Ucap Syera dalam hati.

Pak Purnomo menuntun tangan Syera menaikkm turunkan hingga yang tadinya Syera bergerak kaku, sedikit demi sedikit bisa menjadi lebih rileks.

Pak Purnomo pun mulai membiarkan tangan bergerak naik turun dengan sendirinya. Dengan begitu dia bisa men1kmati ke amatiran gerakan tangan Syera.

Tiba-tiba Pak Purnomo bergerak mundur, otomatis tangan Syera pun terlepas dari barangnya. Kini berganti aksi Pak Purnomo membuka lebar kaki Syera.

Walaupun Syera polos tapi sedikit banyak nya dia mengerti arahnya ini akan kemana. Tindakan itu benar-benar sudah semakin jauh.

Pak Purnomo sudah memasang ancang-ancang untuk segera memasukkan barangnya ke dalam m3ki per4w4n Syera, Pak Purnomo ingin menembus cakrawala.

Namun sontak hal itu membuat kaki Syera auto tertutup.

Lalu Syera berkata dengan mengiba "Pak saya masih per4w4n Pak"

Pak Purnomo pun kaget.

"Apa dia ga ngerasa aku nih masih amatir? Bisa bisa nya dia kaget". Ucap Syera dalam hati

Dengan sedikit kecewa Pak Purnomo merapatkan kaki Syera lurus kedepan. Walau kecewa Pak Purnomo tidak kehilangan akal, dia memasukkan barangnya tepat di tengah-tengah selangk4ng4n Syera, yaitu diantara kedua paha Syera.

Syera memperhatikan gerakan Pak Purnomo yang menaikkan turunkan barangnya, ke atas dan ke bawah.

Aneh nya Syera malah merasa bersyukur disitu, Pak Purnomo tidak mengambil keper4w4n4n Syera. Padahal Syera tidak mengetahui itu hanyalah trik awal Pak Purnomo untuk mengambil simpati yang lebih dari Syera.

Tidak memakan waktu yang lama, Pak Purnomo pun mengambil tisu yang ada di meja cafe itu dan mengelap c4iran b3ning yang tadi dia tumpahkan di atas p3rut Syera.

"Aneh sekali, aku benar benar santai. Seolah ini sudah biasa aku lakukan dan bisa bisanya ga ada rasa penyesalan di hati ku." Benak Syera

Karena aksi bej4d itu sudah selesai, Syera buru buru memakai cel4n4 d4lamnya, baju dan celana jeansnya juga, ga ketinggalan kerudung.

Begitu juga dengan Pak Purnomo, dia memakai pakaiannya kembali.

" Astaghfirullah aku ngerasa berdosa ketika menggunakan jilbab tapi baru saja melakukan perbuatan terkutuk itu."  Ucap Syera dalam hati.

Bergegas Pak Purnomo menghidupkan kembali lampunya, dan mereka pun bersiap untuk segera pulang.

Karena Pak Purnomo membawa Syera ke cafe ini, itu membuat Syera jadi berpikir.

"Aku baru mengetahui kalau di cafe ini lampunya ternyata bukan lah rusak, melainkan itu pelanggan itu sendiri yang mematiikan nya karena setiap pondok disediakan sakelar lampu, ya begitulah salah satu tanda bahwa mereka akan melakukan ad3g4n d3wasa."