BAB 13
Syera dan Bu Amelia sudah standby, katanya disana mereka akan menginap, mungkin sampai 3 hari. Syera sudah menyiapkan pakaian ganti untuk 3 hari kedepan.
Tidak sampai setengah jam Pak Purnomo dan yang lainnya sudah datang menjemput menggunakan satu mobil. Mungkin ada 8 orang yang akan berangkat.
Syera pamit kepada orang tuanya. Minta doa selamat sampai tujuan dan selamat saat pulang.
Syera duduk di bangku kedua, tepat nya di sisi pintu kiri, di tengah ada Pak Hadi, sedangkan Pak Purnomo duduk di sisi pintu kanan. Duduk di satu bangku yang sama dengan 2 orang gemoy membuat Syera merasa terhimpit. Syera yang badanya kecil seakan terjepit. Bu Amelia santai dengan duduk manis di bangku depan sebelah supir.
Di tengah perjalanan, Syera merasa ada gelagat aneh dari Pak Hadi. Dia yang duduk di sebelah Syera seakan terlihat merasa gelisah. Sudah beberapa kali Syera merasa kalau Pak Hadi seperti menggeser-geser badannya merapat ke tempat duduk Syera, akibatnya Syera merasa semakin terhimpit. Beberapa kali sudah Syera menegurnya, karena akibat ulahnya tempat duduk Syera semakin sempit.
Pak Hadi juga merapatkan kakinya dengan kaki Syera. Ntah apa maksud dan tujuannya. Ntah disengaja atau tidak, ntah pun Dia punya maksud ingin mendekati Syera. Ah ntah pun cuma perasaan Syera saja. Syera benar-benar tidak paham. Yang pasti Syera merasakan gelagat aneh dari diri Pak Hadi.
Namun semakin lama sikap Pak Hadi semakin kelihatan. Dia bersikap semakin kelewatan, pelan-pelan Dia meletakkan tangannya di atas paha Syera. Melihat itu tanpa sepatah kata pun Syera langsung menyingkirkan tangan Pak Hadi.
Dibenak Syera berkata "Ini orang udah sejak tadi nyempitin aku, malah ditambah lagi ngeletakin tangannya di atas paha aku. Gila nih orang tua aku rasa, mana tangannya gendut berat lagi"
Tidak berhenti sampai disitu, senggang beberapa waktu, Pak Hadi bertingkah lagi, Dia menyatukan kakinya merapat ke kaki Syera dari paha ke betis hingga ke pergelangan kaki, ditambah dengan tangannya yang diletakkannya lagi di atas paha Syera sembari mengelus-elus paha Syera itu.
Otak Syera mulai bekerja aktif, emosinya mulai naik. Dia sudah memastikan kalau otak orang tua yang berada di sebelahnya itu sedang eror. Niat mau mengadu kepada Pak Purnomo pun sulit. Jadi mau tidak mau tanpa ada rasa sungkan lagi, Syera menegurnya tegas.
"Pak, tolong ya jaga sikap. Itu tangan Bapak tolong yang sopan (sembari Syera mendorong tangannya) dan sekali lagi tolong ya pak, kaki Bapak jangan ngerapatin saya sampe segininya, sudah sempit tempat duduk saya ini, malah makin disempitin aja lagi, sesak loh jadinya" Dengan nada sedikit ketus dan volume yang diatur Syera berbicara pelan namun dengan melakukan penekanan, wajah Syera seperti hendak memakan orang.
Sikap Syera tadi berhasil membuat perjalanannya selanjutnya merasa lebih nyaman. Pak Hadi tidak berani macam-macam lagi.
Akhirnya mereka sampai di lokasi tujuan. Ternyata mereka bukandatang ke daerah Duri.
Perjalanan yang lebih dari 5 jam itu rasanya melelahkan juga, sehingga saat sore menjelang maghrib mereka baru sampai. Mereka menginap di rumah yang katanya masih keluarganya Pak Purnomo.
Mereka disediain makan dan minum, sebagian ada yang mau langsung mandi setelah acara makan selesai. Sayang nya Azkara ga bisa ikut, katanya dia harus bekerja, Syera sedikit merasa kecewa.
Malam ini tidak ada kegiatan. Mereka hanya dianjurkan untuk beristirahat, karena besok mereka akan mengunjungi daerah yang lebih jauh lagi dari sini. Lebih kurang perjalanan yang akan ditempuh sekitar 1 sampai 2 jam.
Syera pun segera tidur di kamar yang sudah disediakan untuknya bersama Bu Amelia, guna mengisi stamina sampai full untuk kegiatannya esok hari.
***
Cuiitt ciitt…ciutt..cuitt..ciittt
Suara burung itu sangat merdu, wajar saja karena ini masih daerah pedesaan jadi masih banyak suara burung terdengar bernyanyi riang menyambut mengiringi pagi.
Namun suara burung itu juga yang membuat Syera terbangun dari tidurnya.
"Wah masih jam 6 pagi" Syera meletakkan kembali handphonenya setelah melihat jam di handphonenya itu.
Syera teringat kalau Dia sedang tidak berada di rumahnya. Dia berpikir pasti nanti disini akan antri ingin menggunakan kamar mandi jika mereka semua sudah pada bangun.
"Kalau semuanya pada bangun pasti pada antri dah di kamar mandi ini" Pikir Syera.
Syera buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Ah kelar sudah, seger banget" Batin Syera.
Syera mengelap tubuhnya yang basah dengan handuk agar Dia bisa langsung mengenakan pakaian yang tadinya dibawanya masuk ke dalam kamar mandi itu.
Syera keluar kamar mandi setelah memakai pakaiannya lengkap, saat Syera membuka pintu kamar mandi itu terlihat seseorang sedang menunggu di luar, nampaknya Dia juga ingin menggunakan kamar mandi itu.
"Wah Syera sudah mandi pagi saja, cepat banget" Ucapnya.
Dia adalah Pak Yoga, yang tadi malam baru saja Syera ketahui namanya.
Syera tidak menjawab ucapan Pak Yoga itu, Dia hanya menganggukkan sekali kepalanya serta melemparkan sedikit senyuman dan berlalu kembali ke kamar tempat Dia menginap. Dia akan bersiap memoles wajahnya dengan sedikit sentuhan makeup.
"Beres sudah semua" Batin Syera yang merasa tenang.
"Eh Syera sudah mandi, ya ampun ga dingin ya? Saya malah baru bangun" Suara parau Bu Amelia tiba-tiba terdengar di telinga Syera.
Syera pun menjawab diiringi dengan sebilah senyuman "Hehehe iya Bu"
Sejenak Syera terdiam, Dia berpikir seperti ada yang aneh dengan pertanyaan Bu Amelia kali ini. Syera teringat denga kata-kata Bu Amelia kemarin saat Bu Amelia menginep di rumahnya, Bu Amelia bahkan mandi lebih pagi darinya, Bu Amelia mandi di jam 5 subuh.
Syera bergumam "Ga logika pertanyaannya"
"Kenapa Syer" Tanya Bu Amelia yang heran.
"Eh gapapa Bu, saya mau ke depan dulu, mumpung masih pagi, mau ngeliat suana pagi di kampung ini" Ucap Syera cepat.
"Oh gitu, baiklah Syera" Jawab Bu Amelia.
Syera mulai melangkahkan kakinya berjalan keluar kamar menuju pintu depan rumah itu. Dia melihat sudah ada beberapa orang yang bangun, hanya tinggal sedikit lagi yang masih tidur. Pak Yoga dan Pak Irfan sedang mengobrol di teras rumah itu.
"Udah wangi saja anak gadis. Sudah mandi pagi-pagi" Ujar Pak Irfan.
"Iya Pak, kita kan rame, biar ga ikut ngantri saya nya di kamar mandi" Jawab Syera sopan.
"Bener juga ya" Pak Irfan setuju dengan jawaban Syera.
"Sekarang saya mau liat keadaan pagi disini, saya jalan kesana dulu ya Pak, mari Bapak-bapak" Ucap Syera.
"Iya Syera hati-hati, jangan terlalu jauh" Ucap Pak Irfan.
"Hehehe deket sini aja Pak, ga terlalu jauh" Syera pun tersenyum.
Syera terus melangkahkan kakinya, bergerak maju ke depan menuju ke tepi jalan. Syera melihat jalan itu belum di aspal, masih tanah merah. Dia berpikir kalau musim hujan jalan ini akan menjadi licin, kalau musim kemarau maka debu lah yang akan menjadi makanan jika melintasinya.
Namun sekarang masih pagi, udaranya masih sejuk, masih aman jika Syera berlama-lama di tepi jalan ini.
Hanya lebih kurang 20 menit saja Syera berdiri, Syera memutuskan untuk kembali ke rumah tempat Dia menginap.
"Astaga, aku lupa membantu memasak di rumah itu, ini lah kalau di rumah sendiri terbiasa santai" Pikirnya.
Buru-buru Dia berjalan, kini Dia sudah berada di depan pintu rumah itu, ternyata semuanya pada sedang sarapan. "Hah kenapa cepat sekali" Pikirnya. Sedangkan Dia merasa baru sebentar keluar pagi tadi.
"Sarapan dulu Syera, baru lanjut lihat desanya" Ucap Bu Amelia.
"Udah kelar kok Bu, udah mulai panas" Tutur Syera.
"Ayo sini makan" Ucap Bu Amelia sambil menggunakan isyarat tangannya disampingnya agar Syera segera datang dan duduk di sebelahnya.
Semuanya makan dengan khidmat hingga selesai. Syera membantu mengangkat piring piring ke belakang. Dia merapikan tempat itu setelah semua orang menyelesaikan makannya.
"Ini lah fungsinya anak gadis kalau kita bawa, ada yang beresin" Celetuk Bu Amelia, Dia sedikit terkekeh
Syera tidak menghiraukan ucapan itu, Dia terlalu fokus mengangkat piring yang membuatnya harus bolak balik berjalan ke depan dan ke belakang.
***
"Bu Syera sudah ditunggu di depan, kita sudah mau jalan" Teriakan seseorang memanggil Syera dari depan pintu kamar.
"Iya, saya akan segera ke depan" Syera pun menyautnya.
Syera baru saja masuk kamar itu untuk mengambil tas kecilnya. Sebenarnya Dia sudah tau kalau mereka akan segera berangkat ke lokasi tujuan, karena tadi Syera sempat mengintipnya dari jendela.
Syera pun bergegas berjalan ke depan, sampai di depan Syera segera menaiki mobil yang mesinnya sudah dinyalakan itu.
Di perjalanan, Syera memperhatikan jalan kiri kanan, banyak tanah berhektar-hektar dengan tanaman sawit.
Namun dari jarak beberapa meter ke depan Syera memperhatikan kenapa disana terlihat seperti ada lapangan luas. Tanah itu tidak ditanami tumbuhan sawit, pikirnya.
Mobil terus berjalan semakin maju mendekati tanah kosong itu.
"Wah ada gajah" Syera terpukau takjub bisa melihat gajah secara langsung. Gajah itu berjalan dan berlari di tanah yang luas itu.
Semua nya pun tersadar, dan akhirnya mobil itu pun diberhentikan hanya untuk sekedar melihat gajah.
Mereka pun turun, ternyata tak hanya ada satu gajah saja disana,ada beberapa ekor gajah lainnya dan ada juga yang masih anakan. Di tanah yang luas ini, Syera tidak tau berapa hektar luasnya tapi terlihat itu memang luasnya berhektar-hektar.
Dari kejauhan Syera melihat ada seseorang yang menggunakan topi, seperti topi petani yang dari bambu. Apa sih namanya itu guys, ha iya caping,topi caping.
Salah seorang dari mereka berbicara dengan orang itu, Syera yang dari kejauhan melihatnya pastinya tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Sakingkan senangnya Syera melihat banyak gajah, Dia tidak menyadari bahwa kakinya sudah melangkah berjalan jauh hingga hanya tinggal beberapa meter lagi Dia berdekatan dengan gajah. Mungkin ada sekitar 30 meter jaraknya.
Tiba-tiba saja mata gajah itu melihat ke arah Syera berdiri, sepertinya gajah memang baru menyadari akan kedatangan Syera didekatnya.
Gajah itu mulai melangkahkan kakinya pelan, dia berjalan maju kearah Syera. Pergerakan gajah itu membuat Syera kaget. Syera mulai merasa sedikit panik, jadi dengan perlahan Syera mundur melangkah ke belakang . Dia sempat berpikir "Apa aku mau dikejar gajah ini ya"
Hingga gajah itu pun terlihat menambah kecepatannya. Melihat keadaan yang sudah tidak kondusif tanpa pikir panjang Syera langsung berlari menjauh menuju ke tepi jalan, namun Syera pun baru menyadari bahwa tepi jalan itu sudah sangat jauh ternyata, gajah itu bisa saja dengan mudah mendapatkannya.
Karena itu tidak pakai pikir lagi Syera langsung berteriak sekencang yang Dia bisa, "Pakkkk… Tolong akuuu, aku dikejar gajah.."
Untungnya Bapak yang memakai topi caping mendengar teriakan Syera, Dia langsung berteriak sembari berlari menghalau gajah itu, syukurnya gajah itu otomatis berhenti dan mundur ke belakang.
Syera masih ngosngosan karena berlari dibarengi dengan rasa panik. Ketika di mobil pun mereka pun menertawakan Syera yang sempat dikejar gajah.
"Keren Bu Syera, baru saja datang kesini sudah membuat gajah jatuh cinta padanya" Ucap salah satu dari meraka.