BAB 12
"Ah biarin dulu aja lah, terserah Bayu juga dia mau ngapain". Pikir Syera.
***
Hari pun sudah berganti...
Syera dan Pak Purnomo sudah berada di lokasi. Ternyata lokasi hari ini tidak jauh dari lokasi yang kemaren.
Tidak sengaja pandangan mata Syera tertuju kepada seorang cowo ganteng yang dia lihat kemaren. "Ah ternyata dia ada disini juga"
Syera terus memandanginya dari kejauhan. Dia terlihat tampan karena hidungnya yang mancung, kulit tidak gelap, tinggi nya pun lumayan, kira-kira ada 175 cm.
Cowo tampan itu berjalan ke arah Syera dan Pak Purnomo, dia berjabat tangan kepada Pak Purnomo. Dia juga mengulurkan tangan nya kepada Syera, Syera pun menyambut uluran tangan itu.
"Azkara"
Mendengar namanya disebut, Syera tertegun sejenak. Dia punya nama yang bagus, pikirnya.
"Syera, Bang"
Azkara memberikan senyuman manis kearah Syera, Syera pun membalas senyuman yang tak kalah manis.
Melihat mereka saling melempar senyum, ada sorot mata tidak suka dari Pak Purnomo. Namun tidak begitu diperhatikan oleh orang-orang sekitar.
"Azkara ini murid saya" Tiba-tiba Pak Purnomo nyeletuk.
"Iya kah Bang?" Syera bertanya meyakinkan.
"Iya Syera, aku sudah 1 tahun belajar kepada Pak Purnomo ini" Jawab Azkara
Syera bertanya-tanya dalam hati "Sebenarnya Pak Purnomo itu guru apa, dan ilmu apa yang diajarkannya kepada murid nya." Namun Syera tidak begitu kepo tentang hal itu.
Seperti biasa, kegiatan hari ini berjalan dengan lancar, ada beberapa orang yang registrasi.
Wajah sumringah terpancar di wajah Bu Amelia dan Pak Purnomo.
Hari sudah mulai gelap karena waktu sudah menunjukkan jam 6 sore. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Syera masih tetap berboncengan dengan Pak Purnomo dengan perjalanan yang akan ditempuh sekitar 1 jam.
Sedangkan Azkara, rumahnya tidak jauh dari lokasi ini. Dia pulang dengan motor nya sendiri.
Seperti halnya kemaren, Pak Purnomo membawa Syera datang ke sebuah cafe lagi. Syera memperhatikan kalau itu adalah cafe yang berbeda. Namun sama saja cafe ini begitu gelap, bahkan lebih gelap dari yang kemaren dan lebih tertutup juga, pikirnya.
Mereka pun masuk ke dalam cafe itu segera memesan makanan dan minuman.
Tidak menunggu waktu yang lama makanan pun sudah datang, mereka segera menyantapnya.
Perut pun sudah diisi dengan makanan, rasa lapar itu sudah hilang. Kembali Pak Purnomo ingin melakukan perbuatannya seperti yang kemarin.
Dia mulai mengger4y4ngi Syera. Menc1um dan kini sudah m3lucut1 seluruh pakaian yang ada di badan Syera.
Karena ini bukan kali yang pertama lagi bagi Syera, Syera pun sudah rileks tidak setegang yang kemaren.
Namun anehnya setiap akan melakukannya lagi, pikiran Syera akan menjadi 2 arah. Sebagian mengatakan jangan lakukan, sebagiannya lagi ingin menuruti kemauan Pak Purnomo.
Rasa ingin menolak itu ada, tapi sulit untuk diucapkan. Lebih cenderung mengikuti alur permainannya Pak Purnomo.
"Ya ampun Syera gimana ini" Bathin Syera
Ad3g4n dew4sa itu pun tidak bisa dihindari lagi, sentuhan demi setuhan pun dirasakan. N4fsu Pak Purnomo memburu naik hingga ke ubun ubun. Sangat terlihat kalau Pak Purnomo sudah tidak tahan ingin memasukkan barangnya nya ke lob4ng kenikmatan yang Syera miliki.
Ditengah permainan Syera memohon, "Tolong jangan Pak".
Dari lubuk hati Syera ada keinginannya untuk lari, Syera ingin menolak, namun tidak mungkin juga dia lakukannya. Apalagi posisi Syera sekarang sudah t4np4 bus4n4. Mustahil baginya untuk lari.
Kali ini Pak Purnomo tidak ingin lagi melakukan 4ksinya yang seperti kemaren, yaitu mem4sukkan barangnya diantara ke dua paha Syera. Karena itu mengakibatkan barangnya menjadi lecet.
Pak Purnomo ingin melakukan hal lain.
"Kalau kamu tidak mengijinkan lob4ng depan kamu untuk saya masukin, saya akan masukin ini ke lob4ng belakang kamu."
Syera kaget, dia bahkan tidak terpikirkan tentang itu.
"Emang boleh dilakukan dari belakang, Pak" Tanya Syera
"Ya itu karena kamu ga berikan yang ini" Pak Purnomo menunjuk kearah kel4m1n Syera.
Itu membuat Syera dilema.
"Kalau dilakukan dari belakang berarti saya akan tetep per4w4n Pak?"
Dengan cepat Pak Purnomo menjawab "Iya lah Dek"
Syera pun menyetujuinya meski berat rasanya.
Lalu Pak Purnomo mengisyaratkan kepada Syera untuk segera menung9ing.
Lob4ng yang tidak elastis itu terus dipaksa Pak Purnomo untuk dimasukin, Syera pun merasakan sakit.
Syera teriak pelan "Aduh Pak, sakit sakit. Ga mau Pak ga mau"
Disaat itu juga Syera langsung ke posisi tengkurap. Dia menahan sakit dan ingin sekali mengeluarkan air mata.
"Ya udah Dek, makanya kasih yang ini, kalau lob4g yang ini itu kamu tidak akan merasakan sakit, mungkin hanya sakit sebentar, setelah itu kamu akan ngerasa keenakan" Ucap Pak Purnomo sambil memegang kem4lu4n Syera.
"Kasih lah, kamu kan sudah jadi istri saya. Supaya ga lecet juga ini barang saya, kamu tidak kasian melihat barang suami kamu lecet?" Jurus andalan Pak Purnomo keluar, dia merayu dan terus mer4ngs4ng Syera.
Akhirnya dengan segala bujuk rayu Syera bersedia untuk melakukannya.
Pak Purnomo membuka kaki Syera lebar, dengan perlahan dia mulai mem4sukk4n barangnya yang kini tepat berada didepan mulut goa Syera.
"Sakit Pak, aduh.. aduh... jangan Pak jangan!!" Syera merintih kesakitan disaat barang Pak Purnomo sudah berada tepat di mulut goanya, Pak Purnomo pun langsung membekap mulut Syera.
"Sakitnya cuma sebentar Dek, kamu tahan ya... Nanti kamu malah keenakan kok" Jawab Pak Purnomo yang sudah diburu napsu.
Syera mencoba untuk menahan rasa sakit itu karena Syera juga takut jika barang Pak Purnomo itu dimasukkan ke lob4ng belakangnya.
Syera sedikit menangis awalnya, pelan pelan Pak Purnomo bergerak naik turun,hingga rasa sakit pun hilang berganti dengan kenikm4t4n.
Pak Purnomo merasakan c4iran itu akan segera keluar, dia langsung mencabut barangnya dan menumpahkan c4iran hangat itu ke atas perut Syera.
"Makasih ya sayang, kamu sudah memberikannya pada saya. Aku jadi sayang sama kamu". Ucap Pak Purnomo.
Syera cuma bisa tersenyum tipis, dia tidak tau harus senang atau sedih. Di hati Syera yang terdalam merasakan sesak karena selama 20 tahun ini dia menjaga kesuciannya akhirnya diambil sebelum waktu nya juga.
Namun pikiran Syera yang lain berkata, "Pak Purnomo bilang kalau dia sudah menjadi suami aku. Jadi sah sah aja kan melakukan itu" Pikirnya.
Intinya kini hati dan pikiran Syera sedang berperang, ga ada sinkron nya sama sekali.
Kelar semua adegan saatnya Pak Purnomo mengantarkan aku pulang.
Sesampainya di rumah, Syera mengusahakan untuk berjalan normal. Karena Syera merasakan sedikit tidak nyaman di area bawah sana, seperti ada sesuatu yang berbeda.
Saat masuk rumah tujuan utama Syera adalah kamarnya, hingga dia membuka kerudung nya. Bergegas dia menuju toilet karena dia hendak buang air kecil.
Disaat air s3ni itu hendak dikeluarkannya,
"Sshhhh.. Aduhh"
Syera merasakan perih yang mendalam di area intimnya. Air s3ni itu terasa seperti ingin membakar kem4lu4nnya. Jadi dengan perlahan dia mengeluarkan air itu . Hingga tak sadar air mata nya pun turun.
"Apa yang sudah aku lakukan dengan Pak Purnomo tadi, kenapa itu bisa terjadi" Batin Syera berbicara.
Air mata Syera semakin deras keluar, namun suara isak tangisnya tertahan. Dia tidak ingin ada keluarganya yang mendengar suara tangisannya dari kamar mandi itu.
Ntah kenapa disaat di rumah ini pikiran Syera lebih normal. Syera tidak mengerti kenapa.
Selesai mebuang air kecil, Syera mencuci mukanya dengan air untuk menutupi kalau dia baru saja menangis, dan juga agar wajahnya terlihat lebih segar .
Syera kembali berjalan menuju kamarnya. Dia ingin langsung tidur saja, agar dia tak mengingat kejadian ini. Sempat pula Syera berpikir gimana nantinya kalau dia hamil karena kejadian itu.
"Oh ya Allah aku ga mau, ampuni aku Tuhan, nikah yang dikatakan Pak Purnomo itu cuma akal-akalan dia saja ya Allah, mana mungkin orang tua aku atau semua orang setuju dengan ucapan Pak Purnomo itu"
"Harus tidur, harus tidur" . Itu kini yang ada dipikiran Syera untuk memberi sugesti supaya dia baik baik saja dengan melupakan kejadian itu.
***
Hari berlalu begitu cepat nya...
Sudah 3 hari ini sejak kejadian itu Pak Purnomo tidak datang menjemput dan membawa Syera ke lokasi yang seperti kemaren.
Syera merasa sangat sedih dan dia berpikir kenapa sejak dia bertemu Pak Purnomo, dia sulit sekali untuk menolak permintaannya. Padahal Syera ingin menolak.
Syera menjadi banyak melamun dibuatnya. Ada rasa was-was. Ah pikiran Syera kusut.
"Fffhhhh....." Syera membuang napas.
Pikiran Syera benar-benar kusut, ditambah lagi sampai detik ini dia tidak juga membawa seseorang gabung bisnis itu. Syera teringat dengan kata-kata diawal saat dia diajak bergabung, katanya dia akan dampingi, katanya gampang. Nyatanya sudah hampir seminggu Syera tidak mendapatkan apapun.
Syera berpikir, apa malah dia sendirilah yang dibisniskan oleh mereka.
"Ya ampuunn, bodoh banget emang aku..."
Syera mulai menyadari sistem nya. "Kan katanya kalau dapet orang bakal dapet komisi 1,5 juta. Ya astaga itu berarti Pak Purnomo mendapatkan 1,5 karena dari aku. Pantes aja mereka kemaren pada semangat ngeliat aku bawa uang. Mana aku udah resign kerja pula. Dapet penghasilan dari mana lagi aku". Pikiran kacau pun bertambah.
Karena 3 hari tidak ada kabar dari Pak Purnomo, membuat Syera inisiatif untuk duluan bergerak menghubunginya.
Syera mencoba mengirim pesan pada nya.
"Pak, kenapa ga ada kabar, gimana kelanjutan tentang uang saya itu Pak"
Send.. Terkirim
Sudah 1 jam aku tunggu balesan, tapi tidak ada juga. Syera masih berpikiran positif, mungkin Pak Purnomo sibuk pikirnya. Syera pun memutuskan untuk menunggu sampai satu jam lagi.
15 menit kemudian, handphone Syera pun berdering pertanda ada panggilan masuk.
Syera melihat nama Pak Purnomo tertera di layar itu, langsung saja Syera mengangkatnya.
"Halo Pak gimana?"
"Assalamu'alaykum Dek, jangan buru-buru gitu ngomongnya, salam dulu"
"Iya Pak wa'alaykum salam"
"Nah sekarang gimana?
"Pak, kenapa jadinya saya dibiarin sendiri?"
"Ga ada yang ngebiarin kamu sendiri, saya dan Bu Amelia sedang mencari orang buat deal bergabung di bisnis ini loh."
"Trus saya gimana Pak"
"Kamu sabar ya, saya ga akan lari dari tanggung jawab kok"
"Bukan itu aja Pak, uang saya udah keluar 3,6 juta, tapi sampai sekarang hasil nya ga ada. Gimana nih Pak. Apalagi kan saya sudah resign kerja, kemaren katanya biar bisa fokus disini. Tapi saya kok ga diajak? Trus Ibu saya selalu bertanya gimana tentang kegiatan yang saya tekuni sekarang"
Syera mencoba menjelaskan tentang apa yang ada di pikirannya.
"Ya sudah kalau begitu siapa yang harus kita datangi, biar bareng nanti sama Bu Amelia dan Pak Hadi Kristanto"
"Saya juga ga tau Pak"
"Ya udah gini aja, nanti kami datang ke rumah kamu ya."
"Datang?" Syera heran kenapa mereka malah langsung datang.
"Iyaaa,, yaudah ditunggu aja ya, assalamu'alaykum." Telepon pun terputus.
Satu jam kemudian
Suara beberapa motor berhenti di halaman rumah Syera. Dia bergegas berjalan menuju pintu melihat rombongan siapa yang datang tiba-tiba ke rumahnya.
"Assalamu'alaykum.." Bu Amelia dengan senyum nya memberi salam
Begitu juga dengan yang lainnya termasuk Pak Purnomo. Ada 5 motor datang ke rumah Syera, masing masing berboncengan, jadi total ada 10 orang. Rupanya Azkara juga ikut, Syera senang melihat Azkara datang ke rumahnya.
Karena kursi di rumah Syera tidak cukup, Ibu Syera menyuruhnya untuk menggelar tikar saja. Semua pun dipersilakan masuk dan duduk.
Mulai lah lah mereka ngobrol, disitu ada Ayah dan Ibu Syera juga. Jadi Bu Amelia sempat sempat nya menjelaskan hal sama kepada mereka. Jadi itu yang membuat Ayah dan Ibu Syera mengerti tentang kegiatan yang Syera jalankan kini. Mereka malah terlihat sangat senang.
"Oh astaga, melihat keadaan itu aku malu, karena aku belum ngedapetin apa apa dari sini." Batin Syera
Syera hendak bergerak ke belakang berencana mau mengambilkan mereka semua minuman.
Syera pun ditahan oleh Bu Amelia,
"Bu Syera ga perlu repot buat minum disini saja dengerin, biar ntar Bu Syera lebih mahir dari saya." Ucap Bu Amelia.
"Air putih aja kok Bu yang mau saya ambilin, biar bisa ngebasahin tenggorokan aja." Ucap Syera
"Oh ya udah kalau air putih gapapa" Jawab Bu Amelia.
Segera lah Syera mengambil teko dan beberapa gelas dan membawa nya ke depan.
Mereka yang haus dan ingin minum langsung mengambil sendiri, pikirnya.
Tak sengaja Syera melihat Pak Purnomo minum dari gelas yang sudah di pakai minum oleh Ibu Amelia. Disaat yang bersamaan pula secara tidak sengaja Pak Purnomo melihat Syera.
Syera terus melihat dengan diam, batinya berbicara "Kok Pak Purnomo minum dari bekas nya Bu Amelia ya, apa mereka sudah… Ah ga mungkin seperti itu Syera, buang jauh-jauh pemikiran negatif"
Seketika Pak Purnomo pun berkata, "Katanya kan kalau kita ingin pintar seperti guru kita, maka kita harus minum dari gelas bekas minumnya guru kita itu"
Mungkin suara Pak Purnomo didengar oleh hampir semua orang yang ada disini, ah Syera pun ga tau pasti.
Mereka pun menyambut omongan Pak Purnomo dengan ketawa sambil mengiyakan.
Sesaat itu juga Pak Purnomo mengulangi mengambil gelas Bu Amelia yang sudah dia minum tadi. Langsung meminumnya lagi.
Semuanya pun ketawa, tapi tidak dengan Syera. Syera merasa aneh dengan sikapnya Pak Purnomo.
Syera sibuk dengan pikirannya sendiri. "Eh kenapa Pak Purnomo berkata seperti itu yaa, apa dia hanya membuat alasan itu agar pikiran aku ga menaruh curiga ke mereka? Aneh sih, Ah biarlah terserah berdua juga."
Setelah itu mereka membicarakan kalau besok akan pergi ke daerah Duri. Pak Purnomo inisiatif meminta izin ke orang tua Syera buat supaya Syera diizinkan untuk ikut bersama mereka. Dengan alasan Bu Amelia pun juga ikut. Itu artinya ada teman Syera perempuan. Dengan begitu orang tua Syera langsung memberikan izin.
Sekitar 2 atau 3 jam sudah berlalu, mereka sudah berencana mau pamit pulang.
Begitu juga dengan Azkara, dia pamit pada ku.
"Syera abang pulang ya, rumah Abang jauh, kamu inget kan? Pak Bu makasih jamuan nya"
Azkara berucap pada Syera, dia menoleh ke arah Ayah dan Ibu Syera juga.
Ngeliat kejadian itu ada yang ngeledek "Wah bisa nih jadi calon" hahaha
Syera dan Azkara tersenyum kikuk dan yang lainnya ketawa, kecuali Pak Purnomo, terlihat dia hanya menyunggingkan bibirnya tipis, Syera tau itu hanya pura-pura.
Mereka semua pulang ke rumah masing masing.
Tinggal Pak Purnomo dan Bu Amelia, Syera dan Ayah Ibunya di ruangan ini.
Syera merasa heran kenapa mereka tidak ikut pulang barengan dengan rombongan lain.
Tiba-tiba Bu Amelia berbicara,
"Begini Bu, saya boleh nginap disini? Karena besok kan mau ke Duri. Biar besok berangkatnya barengan dari sini"
"Oh boleh Bu, nanti Ibu bisa tidur di kamar Syera." Ibu Syera pun menjawab.
Lalu setelah itu pulang lah Pak Purnomo.
Malam pun tiba.
Jam setengah 8 malem orang tua Syera makan malam berdua, mereka mengajak Bu Amelia untuk makan bersama mereka.
Mereka pun menikmati bersama setelah itu mereka mengobrol.
Sedangkan Syera sudah di kamar. Dia merasa tidak terlalu akrab dengan Bu Amelia. Usia nya juga hampir 40 tahun membuat Syera ngerasa seperti diintimasi kalau berdeketan dengannya.
Ga terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam lewat. Bu Amelia masuk ke kamar Syera. Syera pikir Bu Amelia mau siap-siap untuk tidur, namun ternyata Syera salah.
Bu Amelia berucap "Syera, saya pergi dulu ya"
"Hah pergi, maksudnya Ibu ga jadi nginep di rumah aku? Syera malah balik bertanya.
"Jadi lah, tapi sekarang saya mau pergi, katanya ada orang yang mau di prospek" Ucap Bu Amelia
"Udah malem gini loh Bu." Ujar Syera.
"Sampe subuh juga kalau ada prospek bakalan saya kejar Ra." Begitu katanya.
"Ohh.. Ya udah baik Bu. Trus yang jemput Ibu itu Pak Hadi?"
"Bukan, itu Pak Purnomo"
"Oh.."
"Doa kan deal ya, saya pergi dulu"
Syera melihat Bu Amelia sudah keluar dari pintu kamar. Syera tidak mau berpikir yang macam macam dulu. Ga mungkin mereka mau ngedate pikirnya, hahaha. Eh tapi emang ada gitu orang yang rumah nya bisa didatengin tengah malem gini.
Semuanya ga masuk ke perakalan Syera, ga masuk logika rasanya, apalagi Syera dan Pak Purnomo memang ga seintens itu kalau berkomunikasi, jadi Syera pun ga tau kalau Pak Purnomo mau pergi bareng dengan Bu Amelia selarut malam ini. Bahkan 3 hari yang lalu aja pun bisa ga ada kabar.
Ga terasa Syera pun tertidur.
***
Tiba-tiba Syera kebangun karena mendengar suara pintu kamarnya dibuka.
Kriittt...
Oh rupanya Bu Amelia yang baru saja pulang.
"Maaf ya Syera, saya menggangu tidur kamu" Ucap Bu Amelia
"Ga apa apa Bu" Jawab Syera singkat
Lalu Syera pun mencari hp nya , oh ternyata ada kasur. Syera ngeliat jam, astaga itu jam 1 lewat 25 larut malam.
"Wih lama ya Bu sampe larut malem gini" Ujar Syera
"Ya begini lah mencari sesuap nasi itu Syera" Jawab Bu Amelia.
Syera hanya menjawab dengan tersenyum datar. Lalu dia melanjutkan tidurnya.
Jam 5 pagi Syera kebangun. Dengan mata yang baru saja terbuak Syera heran ngeliat rambut Bu Amelia yang basah subuh-subuh begini.
"Loh Bu, Ibu keramas jam segini" Ucap Syera dengan suara khas bangun tidur
"Eh Syera udah bangun, iya nih kulit kepala saya gatal" Jawab Bu Amelia dengan tersenyum.
Syera melihat ada pancaran kesumringahan di wajah nya Bu Amelia.
"Emang ga dingin ya Bu masih subuh gini, apalagi Ibu kan pulang nya larut tadi malem"
Syera bukan sewot ya, dia cuma heran aja. Syera juga kasihan melihat Bu Amelia.
Disini sepertinya sebagai yang punya rumah, Syera dituntut untuk memaklumi tamu yang pulang nya larut malam, mandi nya pun subuh banget. Padahal sama seperti ku, Ibu itu tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah, maksudnya tidak melaksanakan shalat.
"Ga kok, udah biasa juga kan" Ujar Bu Amelia.
Jawaban Bu Amelia membuat aku terdiam dan juga berpikir.
Syera mencoba memakai logika. Perempuan dengan laki-laki boncengan keluar tengah malam, pulang larut malam eh dini hari trus subuh nya mandi."Astaghfirullah aku kok berburuk sangka gini "
Akhirnya Syera berhenti mikirin itu, ga mau mikir hal yang seharusnya ga perlu dia pikirin. Apapun yang terjadi itu urusan mereka. Walaupun itu dengan Pak Purnomo, ntah kenapa kalau jauh begini Syers ngerasa biasa aja ke dia, tidak menggebu-gebu juga. Tapi dia sadar sudah terjadi sesuatu antara dia dan Pak Purnomo.
***
Saat ini jam 7 pagi, Syera masih tetap berada di kamarnya, merhatiin kegiatan Bu Amelia. Dia ber make up ria sejak tadi.
Setelah itu Bu Amelia izin keluar kamar Syera katanya mau membantu Ibu Syera di dapur. Syera pun membiarikannya.
Waktunya sarapan, Orang tua Syera dan Bu Amelia makan bareng di atas tikar. Sedangkan Syera, dia lebih menikmati makan sendiri di belakang.
Bukan karena ga sopan, tapi itu sudah menjadi kebiasaan untuk menghargai orang tua.
Kelar makan, Syera bergegas mengambil handuk untuk mandi. Karena sebentar lagi mungkin mereka akan pergi, pikirnya.
Ga etis rasanya jika mereka sudah datang, Syera malah masih bau basi, belum standby, bahkan mandi pun harus masih ditungguin sama mereka.
"Syeraa...!!" Syera terperanjat mendengar suara teriakan yang memanggil namanya itu.