BAB 6
"Assalamu'alaykum, Maaf ya Dek, tadi saya ga jadi datang ke rumah kamu, jadi besok saya akan datang ya"
Untuk yang kesekian kalinya Syera kaget membaca pesan dari Pak Purnomo itu, dibenaknya berpikir, "Kok Pak Purnomo tau banget aku lagi mikirin itu ya ampun.. Tapi ah mungkin cuma kebetulan aja."
Tetap saja Syera berpikiran positif, Dia pun membalas pesan itu.
"Oke pak, tidak apa-apa. Saya tunggu"
Send…Pesan terkirim
Syera pun tertidur, alhamdulillah malam ini tidur Syer begitu damai sehingga membuat Syera terlelap sampai pagi menyingsing.
***
"Ah sudah pagi rupanya" Syera tersentak, terbangun dari mimpi aneh namun Syera tidak bisa mengingat mimpi itu dengan jelas.
Syera mendengar suara riuh dari luar dari dalam kamarnya, Dia pun tersadar "Oh iya ya, ini hari minggu" Adik-adik Syera pasti sibuk di depan tv dengan film-film kartunnya, begitulah maklum saja adik-adik Syera masih kecil. Jarak lahir mereka memang terlalu berdekatan. Yang bungsu masih berusia 4 tahun.
"Ya ampun ramenya suara gaduh di rumah aku, mau lanjutin tidur pun ga bisa, padahal ini hari minggu. Hari malas sedunia" Batin Syera.
Akhirnya Syera pun keluar kamar di jam 9, Dia langsung bersih-bersih, mandi, berpakaian yang bersih dan rapi dilanjutkan dengan sarapan pagi.
***
Jam menunjukkan pukul 10 pagi.
"Assalamu'alaykum" Terdengar suara seseorang mengucapkan salam.
Dari ruang belakang Syera melihat ke arah pintu depan rumahnya, disana Pak Purnomo telah berdiri sembari mengucapkan salam.
Syera heran melihat itu "Hah Pak Purnomo dateng sepagi ini. Ya ampuunn..." Batin nya.
Ibu Syera pun menjawab salam itu, "Wa'alaykum salam Pak, masuk Pak Purnomo" Ibu Syera mempersilakan Pak Purnomo itu untuk masuk.
"Pagi bener datengnya Pak, kirain agak siangan, atau sore gitu" Syera nyeletuk setelah melihat Pak Purnomo duduk di kursi mereka.
"Ibu saya masih sibuk Pak kalau jam segini, mana mungkin dilakukan proses pengobatannya" Syera menyambung omongannya.
"Ya kan bu?" Syera menoleh ke arah Ibunya, Dia ingin menunjukkan kepada Pak Purnomo kalau omongannya itu benar.
"Iya Pak, saya masih sibuk di dapur kalau jam segini" Ibu Syera pun membenarkan omongan Syera.
Jika siang hari begini Ibu Syera memang terlihat seperti orang yang sehat wal'afiat. Melakukan aktivitas sebagaimana Ibu-ibu lain melakukan aktivitasnya. Bahkan sangat jarang yang tau kalau sebenarnya Ibu Syera itu sedang mengalami sakit.
"Iya tidak apa-apa Bu, niat saya datang kesini mau mengajak Syera pergi ke rumah Guru saya, Dia lebih mahir dari Saya. Jadi Saya butuh pertolongan Guru saya itu.... " Pak Purnomo mengutarakan tujuannya datang ke rumah Syera sepagi itu.
"Karena yang sakit kan Ibu nya Syera, jadi Syera akan saya bawa untuk ikut dengan saya, supaya proses penyembuhan Ibu semakin mudah nantinya" Sambung Pak Purnomo berusaha meyakinkan.
"Oh begitu, kalau demi kebaikan ya ga apa-apa. Boleh-boleh saja. Tapi tolong dijaga ini anak perempuan saya ya Pak" Ucap Ibunya Syera.
"Ibuku memberikan kepercayaan kepada Bapak yang baru satu hari aku kenal. Hah, kok bisa sih Ibu jawab gitu" Batin Syera.
"Jadi gimana Syera, kamu siap-siap ya" Pak Purnomo menyuruh aku bersiap-siap.
Anehnya Syera pun mengikuti perintah Pak Purnomo "Eh i iya Pak" Jawab Syera sedikit canggung.
Bergegas Syera berjalan menuju kamarnya, Dia pun segera mengganti bajunya. Baju lengan panjang dengan celana jeans ngepas yang membuat b0k0ng gede Syera berbentuk terpampang nyata.
Syera memang mempunyai ukuran b0k0ng yang gede. Ukuran celananya saja bisa sampai 29 atau 30, padahal berat badannya hanya sekitar 43 - 45kg.
Namun walaupun Syera menggunakan celana yang ngepas, Syera tetap menggunakan jilbab sebagai penutup kepalanya. (Agak lain memang).
Dia sebenarnya sadar kalau itu tidak sesuai dengan syari'at, karena Dia sudah belajar di sekolahnya dulu. Dia benar-benar tau kalau itu adalah kesalahan. Namun sisi buruk dalam jiwa Syera selalu berontak. Dia lebih nyaman dengan penampilan seperti itu untuk saat ini.
Sudah sejak lama Syera menginginkan bisa memakai celana panjang. Karena sejak dulu Syera selalu memperhatikan teman-temannya begitu cantik jika mereka mengkombinasikan baju mereka denga celana panjang, sangat bagus dengan berbagai corak dan mode.
Saat masih sekolah dulu, Syera tidak pernah sekalipun menggunakan celana panjang bahkan tidak dengan celana kulot sekalipun.
Ayah Syera memaksakan pada anak perempuannya harus mengkombinasikan baju dengan rok, terserah itu mau rok panjang atau pendek. Yang penting intinya adalah memakai rok. Walaupun misal Syera tidak mengenakan jilbab, yang penting harus menggunakan rok, rok dan rok.
"Berpakaian tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki, celana panjang adalah salah satu pakaian laki-laki" Begitulah kata Ayah Syera seingat Syera.
Syera sebagai anak hanya bisa menurut dengan terpaksa. Karena jika Ayahnya mengetahui kalau Syera mengenakan celana panjang, maka badan Syera harus siap menjadi landasan pukulan supernya. Sakit rasanya. Seolah langit ini runtuh, bumi bergoncang dan Dia tidak dapat menahan rasa sakitnya. Jadi intinya saat itu semuanya hanyalah keterpaksaan saja.
Kejadian itu membuat Syera punya mimpi suatu saat nanti Dia bisa mengenakan celana panjang. Sesepele itu sih memang kelihatannya. Tapi begitulah, namanya juga mimpi ya kan?
Dan ketika Syera sudah mulai bekerjalah, Dia merasa ingin mewujudkan mimpi kecilnya itu. Tapi Syera harus meminta izin dulu kepada Ibu terlebih dahulu.
Masih teringat dengan jelas dibenak Syera, saat pertama sekali Dia meminta izin kepada Ibunya kalau sebenarnya Dia ingin mengenakan celana panjang tapi dengan alasan hanya dikenakan saat Dia sedang bekerja saja.
Jawaban Ibu Syera saat itu begini "Terserah kamu saja Syera, Ibu ga bisa ngelarang kamu lagi, kamu sudah gede sekarang , sudah tanggung dosa sendiri. Jadi apa yang kamu perbuat, kamu sendiri yang harus bertanggung jawab pada Allah kelak, jangan sangkut pautkan orang tua kamu dalam masalah ini".
Kata-kata Ibunya itu masih melekat jelas di ingatan Syera sampai ke relung sanubarinya yang paling dalam dan tetap terpahat hingga sekarang.
Begitulah ceritanya kenapa Syera bisa dan senang mengenakan celana panjang. Walaupun awal izin hanya minta mengenakan celana kulot namun pada kenyataannya sekarang Syera mengenakan jeans panjang ngepas. Namu tetap mengenakan jilbab jika Dia bepergian dari rumah.
Syera berpikir "Ga salah kan kalau aku menunjuk identitas aku tanpa harus orang bertanya"
Selesai sudah Syera bersiap, bergegas Dia berjalan keluar kamarnya menuju ruang depan, menghampiri Ibunya dan Pak Purnomo yang sedang duduk.
"Sudah siap Syer?" Tanya Pak Purnomo dengan semangat kepada Syera
"Iya sssudah pak" Syera gugup menjawabnya.
"Ya sudah, kalau begitu ayo langsung kita berangkat" Ucap Pak Purnomo.
Syera pun pamit kepada Ibunya.
Pak Purnomo berjalan menuju motor nya, Syera pun mengiringinya berjalan dari belakangnya.
Pak Purnomo sudah stabdby di atas motornya dengan mesin motor yang telah menyala. Pak Purnomo pun langsung menyuruh Syera untuk segera naik duduk di boncengannya.
Syera merasa begitu canggung berada di boncengan Pak Purnomo. Karena Syera pun sadar kalau Pak Purnomo itu bukan anak lajang seusianya lagi dan juga bukanlah seorang lelaki single. Dia pria beristri.
Namun Syera mengenyampingkan pikirannya itu "Lagian ini darurat kan, Pak Purnomo sendiri yang memintanya, bukan keinginan aku sendiri juga dan ini semua demi kesembuhan Ibu aku". Pikir Syera itulah yang paling penting.
Motor pun sudah melaju berjalan sejak tadi. Sekitar perjalanan 10 menit pertama Syera hanya diam di belakangnya. Syera memperhatikan jalan yang mereka lewati.
"Ah ini bukan jalan yang asing bagiku" Gumam Syera.
Tanpa terasa sampailah mereka ke rumah tujuan mereka.
Namun Syera heran ketika melihat keadaan rumah itu dari luar, rumah yang pintunya tertutup itu terlihat sangat dibawah biasa. Rumah papan dengan ukuran kecil. Cat nya juga sudah luntur. Sedikit lapuk kalau diperhatikan. Seperti rumah tua juga.
Dan anehnya lagi, rumah itu terlihat sepi. Padahal dibayangan Syera sebelumnya pasti rumah Gurunya ramai karena banyak orang yang datang untuk berobat kesitu. Mengacu pada keterangan Pak Purnomo saat di rumah Syera tadi, Pak Purnomo berkata bahwa Gurunya lebih mahir dari dia.
"Hmm ini aneh" Syera bergumam
Sesaat kemudian Pak Purnomo turun dari motor nya, sedangkan Syera sudah turun sejak motor itu baru saja berhenti.
Pak Purnomo berkata, "Dek Syera, sebentar ya. Saya mau cek rumah ini dulu"
"Iya pak" Syera menjawab sembari kepalanya mengangguk.
Bergegaslah Pak Purnomo melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu rumah itu. Dia mengetok pintu sembari mengucapkan salam.
"Tok tok tok.. Assalamu'alaykum"
Beberapa kali Pak Purnomo mengucapkan salam, tapi tidak ada sahutan dari dalam.
Syera bisa mendengar itu dengan jelas karena posisi Syera berdiri tidak jauh dari rumah tersebut, jarak nya pun hanya sekitar beberapa meter saja.
Syera memperhatikan terus, pintu itu belum juga terbuka, ya mungkin saja penghuni nya sedang berpergian. Pikir Syera.
Tidak berapa lama, Syera melihat Pak Purnomo berjalan ke arah samping rumah itu, lalu..Eh ternyata Pak Purnomo mengitari rumah itu.
"Ya ampun" Pikir Syera.
Setelah Pak Purnomo mengitarinya, Dia datang menghampiri Syera dan berkata, "Dek Syera, sepertinya guru saya tidak ada di rumah, ayo kita pergi"
"Oke baiklah, pulang kan Pak? " Syera bertanya.
"Ga, kita ke rumah teman saya saja sebentar. Disana ada datang teman saya dari Medan, kamu bisa kenalan dengan mereka" Ucap Pak Purnomo.
Di dalam benak Syera berkata "Hah, apa tadi yang dikatakan nya, hah? Dengan tanpa rasa canggung Pak Purnomo hendak membawa aku ke tempat yang aku tidak tau dan ke tempat orang yang tidak aku kenal"
"Eh ke daerah mana Pak" Syera bertanya dengan gugup
"Deket kok, ga jauh, santai saja di boncengan" Dengan santai Pak Purnomo menjawabnya.
"Saya tolong antar pulang saja lah Pak, atau turun disini saja, ntar saya bisa naik becak untuk pulang sendiri" Ucap Syera membuat alasan.
"Sebentar aja kok Dek Syera, ga lama. Tenang aja kamu aman kok bersama saya. Lagian kan saya sudah dapat izin dari Ibu kamu tadi" Jawab Pak Purnomo dengan tenang.
Syera bergumam "Ya Allah ini Bapak jadi bisa jual nama Ibu, padahal kan tujuannya udah beda, tapi mau gimana lagi ya. Kepaksa ikut aja deh"
"Ya udah, terserah Pak Purnomo saja" Syera akhirnya menjawab pasrah.
"Dari tadi kan bagus gitu jawabnya" Ucap Pak Purnomo lalu dia melajukan motornya.
"Sepertinya dia ga sabar untuk segera sampai ke rumah temen nya itu, tapi kenapa aku dibawa ya. Aneh" Batin Syera.
Tiba-tiba Pak Purnomo mengeluarkan suaranya saat motor sedang berjalan, "Dek Syera pegang pinggang saya saja, biar aman, biar Dek Syera ga jatuh"
Syera pun kaget" Hah, pegang pinggang, gil4 nih Bapak-bapak aku rasa" Gumam Syera.
Namun Syera berpura-pura tidak mendengar omongan Pak Purnomo dan menjawab,
"Hah, iya Pak, ada apa, Bapak ngomong?"