Chereads / Apakah Benar Aku Dipelet / Chapter 7 - BAB 7. Masuk Ke Dalam Jebakan

Chapter 7 - BAB 7. Masuk Ke Dalam Jebakan

BAB 7

Lalu dengan tiba-tiba Pak Purnomo sedikit menepikan motornya, sedikit menurunkan gasnya, mengerem kencang dan akhirnya…

Chiiiiiittt…..suara rem dadakan pun terdengar

Yang membuat Syera hampir saja kejengklang ke belakang, untung saja tidak sampai jatuh. Syera merasa kaget sekali.

Motor itu kini telah berhenti, Pak Purnomo menoleh ke belakang, dengan wajah datar Dia menatap Syera lalu mengeluarkan suaranya mengatakan, "Tangan kamu letakkan di pinggang saya, pegang pingang saya biar kamu tidak jatuh"

Dia meraih satu tangan Syera, menarik dan meletakkannya tepat di pinggangnya.

Syera tercengang melihat kejadian itu, Dia benar-benar tidak menyangka Pak Purnomo melakukan paksa hal itu "Hah, gimana bisa?, kok jadi aneh gini sikap Pak Purnomo ini?" pikirnya.

Namun Syera merasa kekuatannya untuk mengeluarkan suara itu seperti hilang. Dia tidak bisa mengucapkan satu patah kata pun, bahkan Dia juga tidak punya daya hanya sekedar untuk menarik tangannya dari pinggang Pak Purnomo itu.

"Biasanya aku bisa ngelawan omongan siapapun. Tapi kenapa dengan Pak Purnomo aku tidak bisa? Kok aku jadi bodoh gini?" Ada rasa takut di hati Syera namun ada juga rasa ah ntahlah Syera masih belum bisa mendeskripsikannya.

Apalagi semakin kesini Syera merasa wajah Pak Purnomo semakin manis saja jika dipandangnya, lebih manis dari pertama kali Dia melihatnya. Padahal baru 2 kali ini Syera bertemu dengan Pak Purnomo.

"Oh Tuhan ada apa ini. Aku benar benar bingung" Batin Syera yang merasa aneh dengan perasaannya sendiri.

"Nah gini kan bagus, aman" Ucap Pak Purnomo.

Suara Pak Purnomo itu seperti menggema di telinga Syera dan Syera sempat melihat sebuah senyum di bibir Pak Purnomo saat mengatakan kata-kata itu.

Motor itu pun kembali melaju kencang seperti sedang berlomba dengan kendaraan lain. Namun Syera masih saja terpaku melihat tangannya yang kini bertengger di pinggang Pak Purnomo. Dia menjadi kaku dan canggung tidak mengerti harus bersikap seperti apa.

5 menit perjalanan, Syera sedikit ngerasa rileks dengan keadaan itu. 10 menit kemudian mereka pun sampai ke tempat tujuan.

"Oh ini tadi yang katanya rumah temen nya Pak Purnomo" Batin Syera

Motor pun sudah terparkir berdiri di halaman rumah teman Pak Purnomo itu. Syera turun dari motor, begitu juga dengan Pak Purnomo. Pak Purnomo mengajak Syera untuk segera masuk ke dalam rumah itu.

Sembari berjalan Syera sempat memperhatikan keadaan rumah itu. Benar saja rumah itu memang seperti sedang kedatangan beberapa tamu, karena ada beberapa pasang sepatu yang Syera lihat berbaring di depan pintu. Syera teringat dengan kata-kata Pak Purnomo tadi kalau temannya sedang datang dari Medan.

"Mungkin mereka ngumpul disini kali ya, apa mau reuni? Lah kalau reuni kenapa harus mengajak aku" Terbesit kata-kata itu di kepala Syera.

Saat sudah sampai diambang pintu, Pak Purnomo membuka sepatu pansus nya lalu langsung menyelonong masuk ke dalam rumah itu tidak ada kata salam yang diucapkannya. Baru saja Syera berpikir "Kok disini Pak Purnomo bersikap kurang sopan ya masuk ke rumah orang tanpa salam"  Sepersekian detik Syera menyadari ternyata Dia yang salah, teman Pak Purnomo bukan seorang muslim karena tidak sengaja Syera melihat satu tanda keagamaan di rumah itu.

Mereka pun saling bersalaman.

Syera melangkahkan kakinya berjalan ke dalam rumah itu setelah Pak Purnomo menyuruhnya untuk segera masuk. Pak Purnomo mengenalkan Syera kepada si tuan rumah.

Syera mengulurkan tangannya ke arah lelaki yang kini ada di depannya, mereka pun berjabat tangan karena lelaki itu menyambut uluran tangan Syera.

"Syera Pak" Sembari bersalaman Syera menyebutkan namanya

"Oh ya, selamat datang Syera, saya Zebua" Jawab lelaki itu.

"Wah maaf Bapak suku Nias ternyata, Saya suku Mandailing Pak" Padahal suku mereka jelas berbeda tapi Syera terlihat bersemangat mengatakannya.

"Oh iya kah, bagus lah kalau begitu" Pak Zebua menjawab dengan ekspresi biasa saja, mungkin orangnya memang tidak suka basa-basi, pikir Syera.

"Duduk Syera" Pak Zebua mempersilahkan Syera untuk duduk.

"Iya Pak, makasih. Tapi emangnya ga masalah  saya ikut bergabung disini?"

Syera bertanya seperti itu karena Dia melihat disana ada 2 orang yang berpakaian formal dengan rapi, satu orang pria dan satunya lagi seorang wanita, mereka berdua mengenakan kemeja dan jaz hitam, dengan beberapa berkas dihadapannya. Dia melihat yang wanita menggunakan kerudung juga sama seperti Dia.

Syera memperkirakan usia mereka memang sepantaran dengan Pak Purnomo. Terlihat dari raut wajahnya. "Mungkin mereka inilah teman Pak Purnomo yang dimaksudnya tadi", pikir Syera

"Ga apa apa, memang harus gini Dek Syera, biar kita semua saling mengenal" Malah Pak Purnomo yang menjawab pertanyaan Syera.

"Kenalin ini Ibu Amelia Ningsih dan ini Pak Hadi Kristanto, mereka berdua ini lah teman yang saya maksud, mereka berdua datang dari Medan" Sambung Pak Purnomo menjelaskan, mungkin Dia melihat wajah bingung Syera.

Syera pun menjabat tangan kedua orang itu secara bergantian sembari melempar senyuman dengan mengucapkan,

"Saya Syera, Asysyera Qinanti"  Selepas itu Syera kembali duduk.

Mereka duduk di atas karpet milik Pak Zebua. Pak Zebua dan Istrinya juga ikut duduk disana. Syera baru saja melihat Istrinya Pak Zebua itu, karena Dia baru saja datang dari belakang dengan membawa senampan minuman lalu menghidangkannya. Mereka pun saling melempar senyum.

Melihat keadaan seperti ini, banyak pertanyaan bermunculan di dalam kepala Syera.

"Aneh banget, ini mau ngapain sih?  Tempat ini  apa sangkut pautnya dengan penyakit ibu aku?Dan apa tujuan Pak Purnomo membawa aku ke rumah ini? Jika ini memang benar reuni, kenapa harus aku yang dibawa, lalu berkas- berkas itu untuk apa?"  Batinnya.

Syera berpikir pertanyaan itu tidak akan terjawab, karena dia tidak mengutarakannya secara langsung. Padahal semua pertanyaan yang ada di benak Syera itu tanpa Dia sadari akan dijawab oleh waktu.

Bu Amelia tiba-tiba mengeluarkan suaranya "Ekhm.. Baik kita mulai ya Pak Purnomo"

"Silahkan Bu" Pak Purnomo pun menjawab.

"Baik, terima kasih Pak Purnomo. Assalamu'alaykum untuk semua yang ada disini, perkenalkan saya Amelia Ningsih, saya datang dari Medan. Datang kesini ingin memberikan kabar baik untuk Ibu dan Bapak semua......."

Bu Amelia itu terus saja berbicara, dari awal sampai di tengah pembicaraannya pun, Syera tidak terlalu fokus mendengarkan. Karena Syera masih sibuk dengan pikirannya sendiri, apalagi Syera merasa tema pembicaraannya begitu aneh.

"Ah panjang sekali Ibu itu ngomong, aku semakin bingung. Dari omongannya di awal sampe detik ini ga ada tuh kaitannya dengan proses penyembuhan Ibu ku" Ya Allah ini apa siih" Pikir Syera.

Syera terus bertanya dalam hati, Dia sudah merasa ingin undur diri dari pertemuan itu. Namun dia merasa sulit melakukannya karena segan dengan keberadaan Pak Purnomo yang membawanya ke tempat itu.

Tepat disaat Syera baru menoleh ke arah Bu Amelia yang sedang berbicara, mata Bu Amelia juga melihat ke arah Syera dan bertanya,

"Gimana Bu Syera, jika Ibu ingin membeli motor, atau berangkat umroh dan Haji Plus dengan biaya murah, Bu Syera bisa registrasi sekarang disini" Ucap Bu Amelia tiba-tiba.

"Hah Registrasi? Registrasi apaan sih Bu. Dan Saya belum menjadi Ibu-ibu Bu. Usia saya masih 20 tahun" Syera sedikit protes karena memang tak tau menau tentang apa yang dibicarakannya.

"Iya Bu Syera, memang usia Bu Syera masih segitu, tapi kalau sudah berada disini, semua yang ada disini tidak akan pandang usia lagi. Semua akan dipanggil Bapak atau Ibu"  Jawab Bu Amelia.

"Hadeuh bisa aja ngeles kek bajaj, bilang aja ga mau dibilang tua sendiri" Batin Syera

"Oh ya Bu Syera pasti punya impian kan, Bu Syera sudah punya motor sendiri?" Tanya Bu Amelia kepada Syera.

Syera mengerutkan kening lalu menjawab "Saya belum punya motor Bu, tapi sudah lama punya niat untuk membelinya"

"Tepat sekali kalau begitu, melalui bisnis ini saya Bu Syera bisa bayar  3,6 juta rupiah, Bu Syera sudah bisa membawa pulang motor impian Bu Syera" Ucap Bu Amelia berusaha membuat Syera tergiur.

Syera pun kaget "Hah kok bisa murah banget gitu Bu?" Ucapnya polos.

Wajar ga sih Syera bersikap seperti itu? Memang itu terlalu murah pikir Syera. Syera juga tau tidak akan ada harga motor baru bisa segitu murahnya. Syera masih tidak percaya.

Melihat wajah ragu Syera, Bu Amelia pun tidak kehilangan akal, Dia menunjukan berkas-berkas lengkap tentang kelegalan bisnisnya itu. Syera masih belum mengerti tentang proses seperti ini.

Mendengar harga motor yang dikatakan itu terlalu murah, otomatis membuat Syera menjadi sangat penasaran. Karena memang sebenarnya sudah beberapa bulan ini Dia memikirkan untuk membeli motor.

"Ayo Dek Syera, registrasi saja, kapan lagi kan kamu bisa beli motor dengan harga segitu murahnya, saya yang menjamin ini benar " Pak Purnomo pun ikut mengeluarkan suaranya yang membuat Syera semakin ingin buru-buru memiliki motor itu.

"Benar juga yang dikatakan Pak Purnomo" Batin Syera.

Sangat aneh Syera kini, setiap Pak Purnomo yang berbicara, Dia pasti merasakan ucapan itu masuk diakalnya, Syera selalu setuju jika sudah Pak Purnomo yang merekomendasikannya.

"Ini benar saya cuma bayar 3,5 juta Bu bisa dapet motor?" Syera bertanya untuk meyakinkan dirinya.

"Iya bener dong Bu Syera, masa ga percaya juga pada Pak Purnomo" Ucap Bu Amelia.

Pak Purnomo juga memperhatikan Syera dengan lekat.

"Baiklah, saya registrasi Bu, tapi uangnya saya jemput dulu ya, saya ga punya uang cash sampai segitu" Jawab Syera.

Setelah Pak Purnomo mengeluarkan suaranya dengan mudahnya Syera masuk ke dalam jebakan itu.

"Diantar Pak Purnomo saja Bu Syera, biar cepat" Ucap Bu Amelia.

"Hah diantar? Emang ga apa-apa Pak?" Syera menoleh ke arah Pak Purnomo.

"Iya dong tidak apa apa" Pak Purnomo memang terlihat tidak keberatan malah sangat bersemangat.

Mereka pun bergerak pergi, Pak Purnomo bergegas mengantarkan Syera pulang untuk mengambil uang. Syera memang mempunyai tabungan yang dia simpan sendiri. Tidak menyimpannya di Bank karena saat itu Syera masih malas berurusan dengan Bank. Gaji dia bekerja pun masih dibayar secara cash oleh perusahaannya.

Dan aneh nya, Syera lupa tentang gimana proses penyembuhan Ibunya.

Sampailah mereka ke rumah Syera. Syera melihat Ibunya sedang duduk di ruangan itu, Ibunya bertanya, "Gimana jadinya Syera?"

Syera menjawab "Bu, Syera mau beli motor saja dulu ya"

Ibu heran dengan sikap Syera yang aneh ini namun Beliau tidak memprotes apapun. Ibu Syera malah bertanya lagi "Dengan Pak Purnomo lagi pergi nya?"

"Iya Bu, karena Pak Purnomo yang barusan ngenalin Syera dengan orang yang nawarin motor itu" Jawab Syera cepat.

Syera berlalu masuk ke kamarnya. Dia menghitung uang yang dibutuhkan lalu memasukkannya kedalam tas nya. Bergegas Dia kembali berjalan keluar kamar, ketika hendak pergi tak lupa Dia pamit kepada Ibunya lagi.

"Syera pergi lagi ya Bu" Syera berteriak karena Dia tidak lagi melihat keberadaan Ibunya di ruangan itu lagi.

Terdengar sautan Ibu dari dalam kamarnya  "Iya hati- hati"

Segera Syera berjalan keluar ke halaman rumah, Pak Purnomo ada disana, sejak tadi Pak Purnomo hanya duduk menunggunya di atas motornya.

Pak Purnomo bertanya "Sudah?"

"Sudah Pak" Jawab Syera singkat.

Motor itu pun kembali melaju menuju tempat yang tadinya Bu Amelia dan yang lainnya berkumpul. Perjalanan mereka hanya sekitar 5 menit saja, cukup dekat memang lokasi itu jaraknya dari rumah Syera.