Chereads / Apakah Benar Aku Dipelet / Chapter 3 - Pertemuan Pertama

Chapter 3 - Pertemuan Pertama

BAB 3

Wa'alaykum salam, benar ini dengan Pak Purnomo?" Syera bertanya walaupun ada sedikit ragu di dalam hati Syera untuk ngobrol.

"Iya benar, ini dengan siapa dan ada keperluan apa?" Pak Purnomo bertanya

"Saya Syera Pak, mau tanya tentang gurah" Akhirnya Syera bisa menjawab dengan santai

"Oh ya, Dek Syera dimana tinggalnya"  Suara di seberang sana bertanya alamat Syera mungkin dia berpikir dulu bisa menjangkau kota Syera atau tidak, pikir Syera.

"Saya tinggal di Kampung Durian Pak (nama tempat tinggal disamarkan)" Syera langsung menjawab

"Deket kok, jadi bisa saya tempuh, memangnya siapa yang mau digurah ya Dek Syera?"

Syera sedikit terkejut "Eh deket? Emang maaf Pak Purnomo tinggal dimana? Yang mau digurah ibu saya Pak, beliau sudah sakit asma menahun."

"Iya deket, saya di kampung melati. Bisa sekarang kalau mau ibunya digurah Dek" Pak Purnomo langsung menawarkan jasa dengan cepat

"Tapi maaf Pak, saya ga tau gurah itu diapain, takut salah. Ga cocok sama Ibu saya. Trus kalau sekarang saya ga bisa pak, saya masih kerja, ntar abis maghrib atau isya saya pulangnya Pak." Syera menjawab apa adanya.

"Baiklah kalau begitu, nanti saya jelasin setelah ketemu. Dek Syera tau saya dari mana? Pak Purnomo bertanya.

Syera pun menjawab "Tadi pak, ada 3 orang Bapak-bapak sedang ngobrol di desa ini, ya sudah itu saja yang saya tau dari mereka"

"Nah kan berarti sudah tau kan tentang pengobatan saya dari mereka?" Suara itu seperti menekankan omongannya.

"Pak Purnomo seperti memaksa aku harus tau tentang gurah. Padahal warga yang tadi juga ga ngasih tau gurah itu apa" Pikir Syera

Dari jarak beberapa meter Syera melihat mobil timnya berjalan ke arah dia.

"Baiklah kalau begitu pak, ntar abis isya saja ya Pak saya hubungi lagi, assalamu'alaykum"

Karena mobil datang Syera buru-buru menyudahi telepon dan menutup teleponnya.

"Wa'alaykum  salam... " Klik suara tombol ditekan

"Pak Purnomo ngomong apa tadi? Ah ntahlah aku tak begitu mendengar apa yang dikatakan Pak Purnomo di akhir salam tadi"  Syera sudah keburu menekan tombol memutuskan sambungan telepon.

Mobil berhenti didepan Syera, langsung disambut pertanyaan dari Bang Hendra,

"Mau bedak berapa Syera?"

"Wah tau aja Bang Hend aku mau ambil bedak" Syera menjawab santai

"Iya dong, aku kan kasih tempat bagus sama kamu" Jawab Hendra

"Ya udah, sini Bang, bedak empat, tiga lipstik nomer 09, lipstik 01 nya satu aja, terus pembersih sama pelembab tiga, sabun sirihnya ya tiga, shampo anak lima, pafum dua"

Dengan detail dan semangat Syera meminta semua produk yang dibeli sambil melihat nota.

"Keren, meledak kamu disini ya. Bagus Syera bagus"

Kembali Hendra berucap sembari tersenyum dengan memperlihatkan giginya yang putih. Karena Hendra bukan seorang perokok  makanya giginya putih. Itu pikir Syera.

Dan Syera hanya menjawab dengan senyuman tanpa mengatakan apapun lagi kepada Hendra.

Bergegas Syera membawa pesanan dari teman-teman Ibu Sari, menuju rumahnya Ibu Sari.

Syera melihat dua orang Ibu masih duduk di teras rumah ibu Sari.

"Nah ini dia, si Syera sudah datang bawa bedak bagus" Dengan senyuman energic ibu berambut ikal berbicara, yang belakangan Syera baru mengetahui namanya yaitu Ibu Henny, karena namanya tadi salah satu yang Syera tulis di nota.

Setelah semuanya kelar, Syera balik ke mobil dan mereka pun segera pulang karena kini sudah jam 6 sore.

Wajah temen-temen Syera di mobil masih tersenyum walau terlihat lesu dan capek. Namun ada satu orang yang sedikit masam Syera lihat, berkerut seperti kulit jeruk purut. Syera pun bertanya padanya.

"Woy kenapa kamu Rena? Muka udah kayak kain lap lapuk gitu, masam jelek aku liat" Syera berusaha melontarkan candaan walaupun agak garing danbsedikit menghina.

"Ga ada laku barang aku kak huhuhu" Rena bilang seperti itu kepada Syera dan memasang wajah pura-pura sedih.

"Hah? Kamu jual barang kamu? Gelo kamu masih per4w4n kok dijual, ga laku pula, aduh kasian aku liat kamu" Syera menggoda Rena diiringi dengan gelak tawa.

"Setan kau ya kak, bedak aku loh kak, bedaaakkk, dih gitu itu sombong kalau kakak lagi meledak" Rena kesel ngeliat tingkah Syera tapi dia pun ikut ketawa.

"Duarrr" Syera mengeraskan suaranya saat mengatakannya seperti suara bom.

Satu mobil pun kaget "Setan kau Syeraaa, mau copot jantung aku, kaget aku. Ga ada otak kau Syeraa" Kak Tari malah ngomelin Syera.

Setelah itu apa yang Syera lakukan? Syera cuma ketawa ngakak ngedengerinnya dan mengatakan , "Katanya Rena kan aku meledak, ya meledaklah aku buat. Dikira aku bom apa bisa meledak hahaha"

Capek bersenda gurau, akhirnya suasana mobil pun menjadi senyap karena semuanya pada sibuk dengan pikiran masing-masing dan mungkin sudah pada capek juga karena bekerja satu harian atau bisa juga sedang menikmati perjalanan pulang.

Akhirnya sampai lah mobil di simpang rumah Syera. Mobil itu pun berhenti, Syera bergegas turun lalu mobil itu pun tancap gas melaju pergi.

Selama di perjalanan pulang tadi Syera sudah berkirim pesan dengan Pak Purnomo untuk langsung melakukan pertemuan, Syera telah mengatakan nama simpang alamat dia tinggal kepada Pak Purnomo. Jadi saat Syera turun dari mobil, Pak Purnomo juga sudah tiba di simpang itu berbarengan dengan Syera yang baru saja pulang kerja. Pak Purnomo tadi sudah menyebutkan kepada Syera motor apa yang dikendarainya dan juga dia menyebutkan warna baju apa yang sedang dia pakai.

Syera pun bergegas berjalan ke tempat dimana Pak Purnomo memberhentikan motornya. Syera dan Pak Purnomo pun bersalaman sambil mengatakan,

"Saya Syera, Bapak ini Pak Purnomo kan?"

"Iya benar sekali, kamu cukup pintar ya dan juga cantik, sesuai dengan suaranya di telepon tadi" Pak Purnomo menjawab seperti menyembunyikan sesuatu.

Syera terdiam"Hah? Apa itu tadi  kalimat memuji, merayu atau menghina ya?" Syera bertanya-tanya didalam hati.

Pak Purnomo berkata "Ayo kita langsung ke rumah kamu"

Syera tersentak "Oh iya Pak, ayo, silahkan duluan Pak, saya jalan saja. Nanti 100 meter belok gang itu Pak" Syera menunjuk kearah yang aku maksud.

Pak Purnomo menjawab "Kok ribet gitu sih Dek Syera? Ayo kamu sini saya bonceng"

Syera gelagapan "Eh i iya pak, bener yang Bapak bilang"

Sampailah Syera dan Pak Purnomo ke rumahnya. Ada Ayah yang sedang menonton tv dan Ibu Syera juga.

Saat Syera sampai pintu "Assalamu'alaykum"

Salam itu dijawab Ibu dan Ayah Syera "Wa'alaykum salam"

Ketika Pak Purnomo yang terlihat, Ibu dan Ayah Syera heran tapi mereka langsung mempersilahkan Pak Purnomo untuk masuk.

Tanpa mereka bertanya Syera langsung berkata

"Bu, ini Syera bawa Pak Purnomo namanya, katanya bisa sembuhin sakit sesak Ibu, ntar Syera yang bayar, Ibu tenang aja"

Sudah kebaca di kepala Syera, tentang biaya nanti yang dipikirin orang tuanya

"Syera masuk kamar dulu ya Bu, mau ganti baju sama bersih-bersih"

Syera menoleh ke arah Pak Purnomo dan berkata "Silahkan Pak Purnomo langsung praktek aja disini, langsung obati Ibu saya, biar cepat sembuh juga. Kan lebih cepat lebih baik, dan ada Ayah saya juga ada disini untuk memantaunya"

"Baik Syera" Begitu Pak Purnomo menjawab.

Setelah Syera selesai beberes, Syera angsung ke ruang depan dimana ada Pak Purnomo, Ibu dan Ayahnya. Syera melihat mereka hanya berbincang, "apa sudah dilakukan proses pengobatannya?" Syera bertanya-tanya dalam hati.

Syera pun duduk dan langsung bertanya "Gimana Pak, bagaimana proses penyembuhan Ibu saya tadi?

Pak Purnomo menjawab "Syera, ini ga bisa sekali pertemuan, harus dilakukan secara intensif, lagian saya tidak membawa alat untuk gurahnya"

Syera merasa aneh dong "Loh bukannya tadi saya sudah bilang ya Pak langsung obati ibu saya, kalau biayanya nanti saya yang tangani Pak, Bapak jangan khawatir"

Sedikit mikir sih disini Syera kok ga sesuai sama yang dibicarakan tadi ya.

"Maaf Syera, mungkin ketinggalan alat-alat saya, tapi besok saya bisa datang kesini lagi, Syera tenang saja" Pak Purnomo berusaha ngeyakinin Syera.

"Baiklah Pak, terima kasih" Syera melihat Ayah nya juga tidak berbicara apa-apa kepada Pak Purnomo, mungkin tadi mereka juga sudah ngobrolin apa alasan Pak Purnomo mengatakan tidak dilakukan proses pengobatannya sekarang.

Tidak berapa lama, Pak Purnomo pun pamit pulang. Ayah Ibu Syera dan Syera bersalaman dengan Pak Purnomo.

Saat bersalaman "Hah" Syera kaget "Kenapa Pak Purnomo cara bersalamannya aneh kepada aku ya,Dia sambil dia tersenyum pula." Batin Syera.

"Ah ntahlah aku pun ga paham."