Chereads / Heartstrings under Hypnosis / Chapter 6 - Chapter 6: Gangguan Sihir

Chapter 6 - Chapter 6: Gangguan Sihir

Keesokan harinya, Ryota pergi ke sekolah dengan perasaan canggung. Ia menghindari Yukina sebisa mungkin, mengambil jalan memutar di lorong dan memilih tempat duduk yang jauh dari jangkauannya. Setiap kali ia menangkap sosok Yukina dari kejauhan, dia langsung berpaling, seolah takut jika mereka saling bertatapan.

Sementara itu, Yukina tetap bersikap seperti biasa, tanpa banyak bicara dengan orang lain. Kebiasaannya yang selalu menjaga jarak membuatnya tampak seolah tak terganggu. Namun, di dalam hatinya, ada rasa yang sulit ia pahami. Sejak kemarin, ia merasa ada sesuatu yang berbeda, terutama ketika melihat Ryota yang tiba-tiba menjauh.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga bel tanda istirahat berbunyi. Ryota berjalan melintasi lorong sekolah, mencoba melupakan kejadian semalam yang masih mengganggu pikirannya. Ia berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya terus bergejolak. Saat ia berbalik di sudut lorong yang sempit, tiba-tiba saja ia bertabrakan dengan seseorang yang sedang berjalan ke arah yang berlawanan.

Terkejut, karena yang di tabraknya adalah yukina. Ryota buru-buru menunduk, merasa canggung. "Ma-maaf, aku tidak sengaja..." ucapnya dengan suara rendah, berusaha untuk cepat-cepat pergi dan menghindari kontak lebih lanjut. Ia berharap bisa menghindar dari pertemuan yang aneh ini, tapi saat ia mulai melangkah pergi, tiba-tiba Yukina meraih lengannya dengan tangan berniat untuk menghentikan nya.

"Ryota," suara Yukina terdengar lembut, namun ada ketegasan yang tercermin dalam setiap katanya. Ryota menoleh, matanya bertemu dengan mata Yukina yang tenang, seolah ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. "Tunggu sebentar," katanya lagi, "Aku ingin berbicara setelah sekolah nanti. Ada hal yang perlu aku sampaikan."

Ryota tercengang. Ia merasa ada yang aneh dalam sikap Yukina. Setelah semua yang terjadi, mengapa Yukina masih ingin bertemu dengannya? Bukankah efek dari pil itu sudah hilang? Kenapa ia masih mencari pertemuan dengan dirinya? Pikiran-pikiran itu berputar di dalam kepala Ryota, tapi ia hanya bisa menatap Yukina dengan kebingungan.

Ryota menatapnya sambil mengangguk—tanpa suara, hanya dengan gerakan kepala, cukup untuk menyampaikan kesepakatan mereka bertemu setelah sekolah usai.

Ryota berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Yukina yang terdiam sendirian. Tanpa sepatah kata, dia melangkah menuju ruang kelas yang masih sepi. Duduk di sudut, ia menatap jendela, tenggelam dalam pikirannya. Ada sesuatu yang berbeda... aneh dari sikap Yukina. Perilakunya tidak seperti biasa, dan hal itu mengganggu benak Ryota.

Saat lonceng tanda akhir sekolah berbunyi, Ryota menuju tempat yang mereka janjikan. Langit sore mulai meredup ketika Ryota berdiri menanti di ujung taman belakang sekolah. Detik-detik berlalu, dan ia mulai merasa cemas, sampai akhirnya sosok Yukina muncul dari balik pohon-pohon.

"Maaf, aku terlambat," Yukina berkata pelan sambil tersenyum lemah.

"Tidak apa-apa," balas Ryota, sedikit mengalihkan pandangan untuk menyembunyikan rasa gugupnya. Hening mengisi udara di antara mereka sampai Yukina akhirnya berbicara, suaranya gemetar.

"Kenapa... kau memutuskan hubungan kita?" Yukina menatapnya dengan mata yang penuh luka.

Ryota tergagap, mencoba mencari kata-kata. "Aku... aku punya alasan sendiri," katanya singkat, namun terdengar tak meyakinkan.

"Alasan apa?" Yukina memaksa, menggenggam tangannya erat. "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

Ryota menelan ludah, merasakan sesak di dadanya. "Tidak, bukan begitu... Hanya saja, aku merasa... perasaanmu padaku mungkin bukan seperti yang kau pikir."

"Bagaimana bisa kau bilang begitu?" Yukina berbisik, matanya berkaca-kaca. "Aku... aku benar-benar menyukaimu, Ryota-kun."

Perasaan bersalah membanjiri hati Ryota. Dia tahu bahwa semua itu hanya efek pil yang diberikan Yumeko.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Yukina menggenggam tangannya erat. "Ryota-kun... bisakah kita kembali seperti sebelumnya? Kumohon..."

Melihat Yukina seperti ini, ia tak kuasa menolak. "Kalau begitu... baiklah. Kita bisa kembali... seperti dulu."

Yukina tersenyum, kelegaannya terlihat jelas. "Terima kasih, Ryota-kun. Aku benar-benar senang."

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Dari kejauhan, ia melihat Yumeko berdiri, menatap mereka dengan ekspresi penuh makna. Ryota menggertakkan giginya.

"Yukina-san, aku... ada sesuatu yang harus kulakukan sebentar. Tunggu di sini, ya?" katanya sambil berusaha terlihat tenang.

Yukina mengangguk, meski terlihat sedikit bingung. Tanpa menunggu lebih lama, Ryota menghampiri Yumeko dengan wajah penuh kemarahan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Yumeko?" Ryota berbisik tajam begitu mereka berhadapan.

Yumeko berwajah masam saat Ryota mendekatinya. "Aku merapalkan mantra agar Yukina jatuh cinta padamu lagi."

"Kau gila?" Ryota mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak berteriak. "Berhenti mempermainkan perasaannya!"

Yumeko kesal dengan kelakuan Ryota. "Kau yang memulainya, aku hanya menjalankan tugasku dengan cepat, aku harus kembali kedunia iblis, dan karena kelakuan mu, aku harus turun tangan untuk memperbaiki kesalahan mu dan mengakhiri kontrak ini."

"Sudah kubilang, aku akan mengakhiri kontrak ini. Hentikan ini sekarang juga!" Ryota berkata penuh tekad, suaranya nyaris gemetar.

"Mengakhiri? Kau bahkan tak bisa mengambil inisiatif lebih dahulu, bagaimana seorang pengecut seperti dirimu mengakhiri kontrak ini?" Yumeko membalas dengan nada kesal.

Yumeko mendekat, menatapnya dengan tegas "Maaf, Ryota, tidak ada cara menghilangkan mantra ini, satu-satunya cara untuk menghentikan mantra ini... adalah dengan mengakhiri kontrak antara kita. Jangan marah padaku, aku melakukan ini untuk kebaikan kita berdua"

Ryota hanya bisa terdiam, dan merasa kesal kepada dirinya sendiri karena melakukan hal ini tanpa memikirkan konsekuensinya. Terdiam dalam pikirannya, terdengar suara Yukina dari belakang mereka.

"Ryota? Kau di mana?" Yukina memanggil, suaranya terdengar cemas.

Ryota langsung berbalik meninggalakan Yumeko. "Kau punya pilihan, Ryota. Tapi ingat, waktu terus berjalan." Berbisik kepada Ryota sebelum ia pergi.

Dengan berat hati, Ryota melangkah menuju Yukina, yang menatapnya dengan raut wajah penuh kebingungan.

"Ryota, kau baik-baik saja?" tanya Yukina lembut.

Ryota memaksakan senyum, meski hatinya terhimpit rasa bersalah. "Ya, aku baik-baik saja... Ayo, kita pulang bersama."