Chereads / Heartstrings under Hypnosis / Chapter 11 - Chapter 11: Antara Cinta dan Kesepakatan

Chapter 11 - Chapter 11: Antara Cinta dan Kesepakatan

Ryota dan Yukina memasuki sekolah dalam keheningan, tapi suasana di antara mereka terasa berat. Murid disana menatap mereka dengan rasa ingin tahu, namun Yukina tetap menampilkan senyum cerah seperti biasanya.

Di dalam, Hiro dan Takumi memanggil Ryota dengan gestur santai, tapi keduanya terdiam saat melihat Yukina masuk bersamanya. Hiro mengangkat alis, sementara Takumi hanya menatap Ryota dengan pandangan penuh tanya.

Yukina melangkah pergi ke kelasnya, meninggalkan Ryota dengan sahabat-sahabatnya. Takumi segera mendekat, berbisik, "Kau dan Yukina… sudah putus, kan? Jadi kenapa kalian bersama lagi?"

Ryota hanya mengangkat bahu, memasang wajah datar yang sudah biasa ia gunakan untuk menghindari pertanyaan. Tapi Hiro tak membiarkannya lolos semudah itu.

"Kau tahu, Ryota, kau semakin sulit dipahami akhir-akhir ini. Kalau ada masalah, kami di sini. Jangan membuat kami merasa seperti orang asing," ucap Hiro pelan namun tegas.

Ryota terdiam sejenak. Ia tahu sahabat-sahabatnya punya hak untuk tahu, tapi bagaimana ia bisa menjelaskan hal yang bahkan sulit ia pahami sendiri?

"Aku hanya mencoba memperbaiki sesuatu," jawabnya singkat, sebelum perhatian mereka teralihkan oleh suara bel masuk.

---

Malamnya, Ryota berjalan pulang setelah menyelesaikan tugas pertamanya di restoran cepat saji. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya masih penuh. Wajah Yukina, senyum Hiro, dan tatapan penuh teka-teki Takumi terus menghantuinya.

Saat melewati taman kota yang sepi, langkahnya melambat. Ia memandang ayunan yang bergoyang pelan ditiup angin. Bayangan masa kecilnya tiba-tiba muncul, saat ia biasa bermain di taman itu bersama teman-temannya.

"Kau terlihat seperti memikul beban dunia."

Suara lembut namun penuh otoritas itu membuat Ryota menoleh. Yumeko berdiri di sana, bersandar pada tiang lampu dengan senyum tipis yang menghias wajahnya. Gaun hitam panjangnya berkibar ringan tertiup angin malam.

"Yumeko…" Ryota berbisik, jantungnya berdegup lebih cepat. "Kenapa kau di sini?"

"Aku? Tidak ada, hanya keluar melihat sekeliling" jawab Yumeko santai sambil melangkah mendekat. Matanya bersinar seperti bulan yang menggantung di langit. "Tapi kurasa aku datang di saat yang tepat. Kau tampak… bermasalah."

"Aku baik-baik saja," jawab Ryota cepat.

Yumeko tertawa kecil, suara yang terdengar lebih dingin daripada ramah. "Oh, benar? Jadi aku harus percaya kalau ekspresi murungmu itu adalah caramu menunjukkan kebahagiaan?"

Ryota terdiam, lalu mengalihkan pandangan. Ia tahu Yumeko bisa membaca pikirannya, tapi ia tetap berusaha menjaga jarak.

"Aku melihat Yukina tadi pagi," kata Yumeko tiba-tiba, membuat Ryota menatapnya tajam. "Dia masih mencintaimu meskipun tahu semuanya. Menarik, bukan? Manusia itu begitu… menyedihkan."

"Jangan bawa Yukina ke dalam ini," Ryota berkata tegas, suaranya lebih keras dari yang ia maksudkan.

"Oh, aku tidak membawanya ke mana-mana. Kau yang menyeretnya, Ryota," balas Yumeko dengan senyum dingin. "Kontrak kita jelas. Kau mendapat keinginanmu, tapi kau malah mengacukan nya. Sekarang, kau berusaha membatalkan semuanya tanpa memahami konsekuensinya."

Ryota mengepalkan tangan. "Aku hanya ingin melindunginya."

Yumeko mendekat, matanya menyipit penuh misteri. "Melindunginya, katamu? Apa kau lupa? Karenamu lah Yukina jadi seperti ini"

Ryota menelan ludah, tapi tidak menjawab. Yumeko tertawa kecil, lalu berbalik, gaunnya berkibar mengikuti gerakannya.

"lakukanlah apa yang terbaik bagimu, Ryota" katanya sambil berjalan pergi. "Jika kau butuh bantuan, aku akan membantumu, semakin cepat kontrak nya berakhir, semakin cepat aku bisa bebas."

Ryota berdiri di sana, terpaku, saat bayangan Yumeko menghilang ke dalam gelap.memikirkan bagaimana ia akan menghadapi semua ini, Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu jawabannya tidak akan mudah.

---

Keesokan harinya, Ryota kembali bertemu Yukina di gerbang sekolah. Ia mencoba tersenyum, meskipun pikirannya masih dihantui pertemuan semalam.

"Selamat pagi, Ryota-kun," sapa Yukina dengan ceria.

"Pagi…" balas Ryota pelan.

Tapi sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara menghentikan mereka.

"Ryota-kun."

Hiro dan Takumi berdiri di sana, tapi kali ini mereka tidak sendirian. Di belakang mereka berdiri seorang gadis berambut panjang, wajahnya dihiasi senyum dingin.

"Yumeko?" Ryota terkejut.

Yumeko melangkah maju, melewati Hiro dan Takumi yang masih bingung. Wajahnya memancarkan kepercayaan diri, dan senyumnya tipis, penuh teka-teki.

"Aku Yumeko, murid pindahan," katanya tanpa menunggu Ryota berbicara. Suaranya terdengar halus, tapi ada sesuatu yang menusuk di balik nada itu. "Ryota-kun adalah... teman pertamaku di sekolah ini."

Hiro mengernyit. "Murid pindahan? Kenapa kami tidak tahu?"

"Oh, aku baru sampai pagi ini," jawab Yumeko santai sambil menatap mereka bergantian. "Aku sedang mencoba memahami sekolah ini, dan Ryota-kun begitu baik menawarkan bantuannya."

Ryota menatap Yumeko dengan kaku, otaknya berpacu mencari tahu permainan apa yang sedang dimainkan gadis ini. "Yumeko..." bisiknya pelan, tapi Yumeko hanya meliriknya sekilas dengan senyum tenang.

Takumi, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Kalau kau murid baru, kenapa kau bertingkah seperti mengenal Ryota sejak lama?"

Yumeko melangkah lebih dekat ke Ryota, tatapannya penuh percaya diri. Dia berbalik ke arah Hiro dan Takumi, dengan senyum lembut namun dingin yang membuat mereka semakin bingung.

"Oh, aku lupa menyebutkan sesuatu," kata Yumeko dengan nada santai. "Aku sebenarnya teman masa kecil Ryota-kun."

Ryota terbelalak, kata-kata Yumeko menusuknya seperti petir. "Teman masa kecil?" ia mengulang, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Hiro dan Takumi menatap Ryota dengan kaget. Hiro menyilangkan tangan, matanya menyipit. "Hei, Ryota, kau tidak pernah bilang punya teman masa kecil. Kenapa kau menyembunyikannya?"

Takumi menambahkan, "Dan kenapa dia baru muncul sekarang? Apa dia tinggal di luar negeri atau semacamnya?"

Yumeko menjawab sebelum Ryota sempat membuka mulut. "Ah, itu karena keluargaku harus pindah ke luar negeri ketika aku masih kecil," katanya dengan nada yang terdengar meyakinkan. "Kami baru saja kembali ke Jepang minggu ini, dan aku memutuskan untuk mendaftar di sekolah Ryota-kun agar bisa mengejar waktu yang hilang."

Takumi mengangguk pelan, meskipun masih terlihat curiga. "Jadi itu sebabnya? Tapi kenapa Ryota tidak pernah menyebutmu sama sekali?"

Yumeko menghela napas dramatis, menatap Ryota dengan ekspresi yang tampak terluka. "Mungkin karena aku tidak cukup berarti baginya," katanya dengan nada sedih yang jelas dibuat-buat. "Tapi tidak apa-apa. Aku di sini sekarang, dan aku akan memastikan dia tidak melupakan masa-masa kami dulu."

Hiro menatap Ryota dengan tajam. "Kau sungguh kejam, Ryota, melupakan seorang gadis yang begitu peduli padamu."

Yumeko tersenyum, lalu melanjutkan, "Ryota-kun dulu sangat baik. Dia selalu melindungiku dari anak-anak nakal di lingkungan kami. Tapi siapa sangka, dia masih sebaik itu sampai sekarang."

Hiro tertawa kecil. "Hah, Ryota? Melindungi seseorang? Sulit dipercaya."

Takumi mengangguk setuju. "Iya, dia biasanya lebih suka menghindar daripada melawan."

Yumeko tertawa pelan, nada suara misterius kembali muncul. "Oh, kalian pasti belum melihat sisi lain dari Ryota-kun. Dia bisa sangat... berani jika dia mau."

Ryota memalingkan wajahnya, merasa terlalu lelah untuk melawan permainan Yumeko. Hiro dan Takumi tampak sedikit lebih santai, meskipun Takumi masih menyimpan sedikit keraguan.

"Baiklah," kata Hiro akhirnya. "Kalau dia memang teman masa kecilmu, aku harap kau bisa membantu kami mengawasi Ryota. Dia sering membuat keputusan bodoh."

Yumeko tersenyum manis. "Tentu saja."

Namun, di balik senyuman itu, Ryota tahu Yumeko menyimpan rencana lain. Ia hanya bisa berharap Yukina tidak terjebak dalam kebohongan ini.

---

Di kelas, Yukina yang sedang duduk di bangkunya mendengar bisik-bisik tentang murid baru yang mengaku sebagai teman masa kecil Ryota. Bisikan itu membuat hatinya terasa aneh, campuran rasa penasaran dan kegelisahan.

"Teman masa kecil Ryota-kun?" Yukina bergumam pada dirinya sendiri. "Kenapa dia tidak pernah menyebutkannya?"

Rasa penasaran itu mendorongnya untuk mencari tahu lebih banyak. Dan dalam hatinya, ia bersumpah akan mendapatkan jawaban langsung dari Ryota.

---

Setelah bel masuk berbunyi, seluruh kelas berkumpul dan duduk di tempat masing-masing, menunggu guru yang belum datang. Pintu kelas terbuka dengan suara berderit pelan, dan semua perhatian langsung tertuju ke pintu tersebut.

"Selamat pagi, semuanya!" Suaranya ceria, tapi ada nuansa dingin yang sedikit membuat para siswa tertegun. "Aku Yumeko, teman masa kecil Ryota. Senang akhirnya bisa bergabung dengan kalian."

Seketika, kelas yang semula tenang langsung berubah riuh. Beberapa murid laki-laki saling berbisik, sementara sebagian lagi jelas terlihat terpesona.

"Gila, cantik banget..." gumam Kenta, seorang teman sekelas yang biasanya pendiam, sambil menatap Yumeko dengan mata berbinar. "Ryota... kamu kenapa nggak bilang kalau punya teman sekece ini sih?"

Ryota hanya bisa tersenyum kaku, mencoba menyembunyikan perasaan canggungnya. "T-Tenang, ini... cuma teman lama aja," jawabnya sambil menggaruk kepala, merasa sedikit panik karena semua perhatian langsung terpusat padanya.

Sementara itu, para murid yang ada di sekitar kelas mulai mengobrol satu sama lain, dengan beberapa siswa laki-laki sudah mulai mencari kesempatan untuk mendekati Yumeko. Beberapa dari mereka bahkan sudah bersiap untuk menawarkan diri menjadi 'teman dekat' Yumeko.

"Yumeko-san, kamu suka olahraga? Kami punya klub basket yang butuh anggota baru," salah satu siswa laki-laki berusaha menawarkan diri.

Yumeko meliriknya sejenak, lalu tersenyum manis. "Olahraga? Hmm, mungkin nanti," jawabnya dengan nada yang seolah-olah tidak terlalu tertarik, tetapi suaranya tetap manis dan menyenangkan. "Aku lebih suka hal-hal yang lebih santai, sih. Tapi siapa tahu, kalau ada yang menarik, bisa saja."

Sementara itu, Ryota yang berada di belakangnya hanya bisa menatap dengan mata terbelalak. "Yumeko, kamu... tidak usah terlalu berlebihan," bisiknya.

Yumeko mendengarnya dan langsung menoleh ke Ryota dengan senyum nakal. "Kenapa? Ku pikir ini sedikit menyenangkan." katanya dengan nada menggoda. "Tenang saja, Ryota-kun, aku tidak akan menyusahkanmu," tambahnya dengan suara manis yang sangat berbeda dari yang diucapkannya.

Sejak saat itu, atmosfer di kelas semakin berubah. Semua perhatian seolah terkonsentrasi pada Yumeko, dan Ryota merasa seperti burung dalam sangkar. Hiro dan Takumi saling bertukar pandang, keduanya merasa bahwa kehadiran Yumeko akan membuat hidup mereka di sekolah semakin menarik (atau lebih tepatnya, kacau).