Chereads / Heartstrings under Hypnosis / Chapter 15 - Chapter 15: Ujian Akhir Semester

Chapter 15 - Chapter 15: Ujian Akhir Semester

Ryota berjalan menuju sekolah bersama Hiro dan Takumi. Mereka bertiga berbicara santai, meski hari itu adalah ujian akhir.

"Ryota, yakin bakal nggak lupa semua materi pas ujian nanti?" Hiro menyenggol bahunya.

"Kalau kau terus ganggu, mungkin iya," jawab Ryota datar.

Saat masuk lorong sekolah, mereka melihat Yukina berdiri di dekat rak sepatu. Yukina melirik mereka dan mengangguk kecil. "Kalian lambat sekali."

"Kau terlalu cepat," sahut Hiro dengan nada main-main.

"Memang tidak ada salahnya datang tepat waktu," jawab Yukina tenang. Ia menatap Ryota sebentar. "Kau sudah siap, kan?"

Ryota menghela napas. "Tentu saja."

Takumi menambahkan sambil menyeringai. "Kalau dia lupa semua, setidaknya ada kau yang mengingatkan."

Yukina hanya melirik Takumi tanpa berkata apa-apa, membuat suasana hening sesaat. Hiro tertawa kecil. "Diamlah, Takumi. Yukina itu nggak bakal bantu Ryota curang, kan?"

"Aku? Tentu saja tidak," jawab Yukina ringan, sebelum berjalan lebih dulu ke arah ruang ujiannya.

"Ngomong-ngomong, Ryota, di mana Yumeko? Biasanya dia bersamamu kan?" tanya Hiro sambil mengangkat alis.

Ryota melirik Hiro sebentar, lalu mendesah. "Dia sudah di kelas, mungkin. Dia nggak suka terlambat."

"Tumben juga dia disiplin," komentar Hiro sambil tertawa kecil.

Takumi menyahut dengan nada santai. "Bukannya Yumeko memang aneh? Dia selalu muncul entah dari mana. Kadang aku bertanya-tanya, dia benar-benar teman masa kecilmu, Ryota?"

"Sudah kubilang berkali-kali, jangan pikirkan hal yang nggak penting," jawab Ryota ketus. "Kita fokus ke ujian saja."

Hiro mengangkat tangan, pura-pura menyerah. "Baik, baik. Tapi kalau nanti dia muncul tiba-tiba di kelas, jangan salahkan aku kalau aku kaget."

Ryota hanya menggeleng sambil mempercepat langkah menuju ruang ujian mereka.

Ryota, Hiro, dan Takumi melangkah masuk ke kelas dengan suasana yang sedikit tegang menjelang ujian. Ketika mereka membuka pintu, mereka melihat Yumeko sudah duduk manis di bangkunya, wajahnya terlihat tenang seperti biasa.

Hiro berhenti sejenak di ambang pintu, mengerutkan alis. "Eh? Yumeko, sejak kapan kamu di sini? Aku bahkan nggak lihat kamu masuk tadi."

Yumeko menoleh dengan senyum tipis. "Aku punya caraku sendiri untuk datang lebih awal, Hiro-kun."

Hari pertama ujian dimulai dengan suasana tegang. Para siswa tampak sibuk menghafal materi di menit-menit terakhir. Ryota duduk di bangkunya dengan ekspresi lesu, sementara Hiro dan Takumi terlihat lebih santai. Yumeko, seperti biasa, tampak tenang, memandang mereka dengan senyum kecil.

"Ryota, kamu kelihatan seperti zombie," Hiro berbisik sambil meregangkan tubuh.

"Diam, Hiro. Jangan ganggu konsentrasiku," jawab Ryota tanpa menoleh.

Yumeko menambahkan dengan nada santai, "Kalau kamu gagal, Ryota-kun, itu bukan salahku."

Ryota hanya mendengus, tidak berniat merespons.

---

Hari-hari ujian berikutnya berlalu dengan cepat. Hiro terus mengeluh setelah setiap mata pelajaran. "Aku yakin salah jawab semua soal fisika tadi!" katanya dengan suara keras di lorong.

Takumi menepuk pundaknya. "Setidaknya kau

"Hei, aku tidak tidur! Aku... istirahat dengan mata tertutup," balas Hiro, mencoba membela diri.

Ryota hanya menggelengkan kepala. "Kalian ini seperti anak kecil."

Yukina, yang lewat di dekat mereka, hanya melirik sambil tersenyum tipis. "Mungkin kalian harus lebih serius kalau tidak mau remedial."

---

Di pagi hari setelah ujial, suasana kelas tegang lagi. Guru masuk dengan setumpuk kertas di tangannya, wajahnya netral, membuat semua orang semakin gugup. Hiro terlihat pucat, sedangkan Takumi tetap tenang. Ryota menatap ke arah jendela, pura-pura tidak peduli, meskipun jelas ia juga tegang.

Setelah beberapa menit, nama-nama dipanggil untuk menerima hasil ujian. Yumeko mendapat nilai tinggi seperti yang diharapkan, dan Hiro langsung mendesah lega ketika tahu nilainya cukup untuk lulus.

"Sumpah, aku hampir mati karena stres," Hiro berkata sambil mengusap wajahnya.

Takumi menyeringai. "Ternyata kau masih hidup. Itu kejutan."

Ketika Ryota melihat nilainya, ia tersenyum kecil. "Lumayan," gumamnya.

Yukina datang setelah guru pergi dan mendekat dengan hasil ujiannya, nilai sempurna seperti biasa. "Ryota, kau sudah melakukan yang terbaik, kan?" tanyanya.

Ryota hanya mengangguk pelan, merasa lega meski tidak mau mengakuinya. Yumeko, yang berdiri di dekatnya, tersenyum puas. "Syukurlah. Aku tidak perlu khawatir kau mempermalukanku."

"Dasar," balas Ryota pelan, sementara Hiro dan Takumi tertawa kecil, suasana kelas mulai cerah setelah ketegangan itu berlalu.

---

Jam istirahat. Ryota duduk di kantin bersama Hiro dan Takumi. Mereka baru saja selesai makan siang ketika Takumi tiba-tiba bersandar di kursi dengan ekspresi serius.

"Hei, musim panas nanti kita harus pergi ke pantai," kata Takumi tiba-tiba, membuat Hiro menoleh dengan tatapan penuh minat.

"Kenapa pantai?" tanya Hiro, sambil menyuap sisa nasi kare di piringnya.

Takumi menyeringai, lalu mendekat seperti akan membocorkan rahasia besar. "Karena... musim panas itu waktunya baju renang!"

Hiro hampir tersedak kare-nya, sementara Ryota hanya memandang mereka dengan alis terangkat. "Kamu serius? Itu alasanmu?"

Takumi menatap Ryota dengan penuh tekad. "Tentu saja! Kita ini remaja, Ryota! Masa kamu nggak tertarik? Jangan bilang kamu nggak penasaran lihat sisi lain Yukina... atau Yumeko?"

Ryota langsung tersedak jusnya kali ini. Ia batuk-batuk sambil memelototi Takumi. "Hah! Jangan asal ngomong hal aneh!"

Hiro mengangguk-angguk sambil terkekeh. "Tapi bener juga sih. Yumeko itu tipe yang kayaknya bakal bikin pantai jadi lebih panas."

Ryota memijat keningnya, berusaha menahan rasa malu. "Kalian berdua terlalu banyak nonton anime harem, ya? Hidup itu nggak sesederhana itu, tahu!"

Takumi tidak menyerah. Ia menepuk meja dengan penuh semangat. "Justru karena hidup nggak sederhana, kita butuh liburan ini! Kamu kerja mulu, Ryota. Santai dikit, dong. Nggak usah munafik, aku tahu kamu juga pengen."

Ryota menghela napas panjang sambil melipat tangan. "Tertarik sih... tapi aku ada tanggung jawab."

Hiro menatapnya dengan bingung. "Tanggung jawab apa, sih? Kayaknya rahasia besar banget."

Ryota menegakkan tubuhnya, mencoba terlihat serius. "Rahasia. Pokoknya aku butuh uang."

Takumi langsung menunjuk wajah Ryota dengan ekspresi mencurigakan. "Aha! Jangan-jangan kamu lagi nabung buat beli cincin tunangan buat Yukina!"

Ryota hampir terjungkal dari kursinya. "Otakmu isinya apaan, sih?! Nggak ada hubungannya sama itu!"

Hiro dan Takumi tertawa terbahak-bahak melihat Ryota kesal. Akhirnya Hiro menepuk bahunya sambil tersenyum. "Yah, kalau kamu berubah pikiran, ikut aja. Kita bakal bikin musim panas ini legendaris!"

Ryota hanya menghela napas panjang, merasa terjebak di antara dua teman yang otaknya penuh hal aneh. Tapi di balik itu semua, ia sedikit tersenyum. Meskipun banyak hal yang harus ia pikirkan, setidaknya mereka membuat suasana jadi lebih ringan.