Chereads / Heartstrings under Hypnosis / Chapter 19 - Chapter 19: Kafe Horor

Chapter 19 - Chapter 19: Kafe Horor

Malam itu, setelah seharian penuh mempersiapkan kafe horor, suasana kelas Ryota terasa lebih hidup. Suara tawa dan obrolan ringan memenuhi udara, seiring dengan murid-murid yang menempelkan hiasan terakhir dan menyiapkan berbagai peralatan untuk hari besar mereka.

Ryota kembali ke kelas, berjalan pelan menuju meja yang masih berantakan. Takumi dan Hiro tengah sibuk dengan alat peraga, sementara Yumeko duduk di meja bagian depan, memeriksa daftar menu yang telah dia rancang. Wajahnya tampak fokus, berbeda dari biasanya.

"Ryota, kau sudah siap?" tanya Takumi, dengan mata yang berbinar penuh semangat. "Hari ini kita akan gila-gilaan!"

Ryota hanya mengangguk, meskipun sebenarnya ia lebih memilih untuk tidak terlalu terlibat dalam semua keributan itu. Namun, melihat ekspresi Takumi yang tak bisa disembunyikan, ia merasa sedikit tergerak.

"Semoga kafe horornya memang menakutkan, ya," gumam Hiro sambil mengatur dekorasi meja.

"Menakutkan? Itu hanya topeng dan tirai. Tidak ada yang benar-benar menakutkan," jawab Ryota dengan sinis.

Namun, saat ia melirik ke arah Yumeko, ia mendapati senyum samar di wajah iblis itu, seolah ada sesuatu yang sedang dipersiapkan, sesuatu yang lebih dari sekadar dekorasi. Tetapi Ryota memilih untuk tidak terlalu memikirkannya—ia tahu bahwa Yumeko sering kali memiliki cara sendiri dalam membuat suasana menjadi lebih "seru."

Saat kegiatan di kelas semakin intens, Yukina muncul lagi. Kali ini ia datang membawa beberapa teman sekelasnya, yang ingin melihat persiapan mereka lebih dekat. Yukina berjalan menuju Ryota dengan senyum tipis.

"Bagaimana persiapannya? Apa semuanya berjalan lancar?" tanyanya, matanya menyapu ruangan yang semakin dipenuhi dengan dekorasi.

"Sepertinya sudah siap," jawab Ryota sambil menyeringai. "Kafe horor kami mungkin akan cukup menarik, meskipun beberapa orang di sini lebih tertarik untuk membuat lelucon daripada menjadi seram."

Takumi yang mendengar itu segera menanggapi, "Jangan khawatir, Yukina! Ini akan menakutkan, aku janji!"

Yukina hanya mengangguk, tampak sedikit tertawa. "Aku penasaran bagaimana nanti. Aku akan mampir ke sini sebentar setelah pameran seni selesai."

Ryota mengangguk pelan. "Aku harap kau tidak takut setelah melihat para 'pelayan' di sini."

Yukina tersenyum lebih lebar. "Aku rasa aku sudah cukup tahu apa yang harus diharapkan."

Dengan semua persiapan yang sudah hampir selesai, suasana kelas semakin sibuk menjelang hari festival. Namun, meski begitu, Ryota merasa sedikit lebih ringan. Ada sesuatu yang menyenangkan dari kebersamaan ini, meski ia hampir tidak pernah mengakui atau menampakkannya. Saat semua orang sibuk dengan tugas masing-masing, ia merasakan kedekatan yang jarang ia rasakan sebelumnya—meski dengan cara yang sangat sederhana.

"Ryota," suara Yumeko tiba-tiba memecah kesunyian, menarik perhatian Ryota. Ia melihat Yumeko berdiri di dekat meja, wajahnya kembali serius.

"Kau tidak pernah benar-benar mengeluh tentang tugas ini, kan?" tanya Yumeko, matanya menatap Ryota dengan intens.

Ryota merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi ia hanya mengangkat bahu. "Aku bukan tipe orang yang suka mengeluh. Aku hanya tidak terlalu suka terlalu banyak keributan."

Yumeko mengamati reaksinya sejenak, kemudian mengangguk pelan. "Hmm, kau memang berbeda dari yang lain."

Ryota hanya terdiam. Dalam hatinya, ia tahu bahwa Yumeko tahu lebih banyak tentang dirinya daripada yang ia tunjukkan. Namun, ia memilih untuk tidak membahasnya lebih jauh.

"Semoga kau tidak terlalu membuat kekacauan, Yumeko," tambah Ryota, mencoba mengubah topik.

Yumeko tersenyum lebar. "Jangan khawatir. Aku selalu tahu bagaimana cara menikmati kekacauan dengan cara yang tepat."

Ryota mendengus. "Aku akan percaya padamu, untuk kali ini."

---

Hari festival pun tiba. Kafe horor mereka dibuka dengan penuh antusiasme, banyak pengunjung yang datang untuk merasakan suasana menyeramkan yang telah mereka persiapkan. Ryota, mengenakan kostum zombie dengan riasan wajah yang membuatnya tampak lebih menyeramkan dari biasanya, sibuk melayani pelanggan bersama Takumi dan beberapa teman lainnya.

Tengah berjalan di antara meja-meja, Ryota melihat Yukina memasuki kafe bersama beberapa teman. Yukina mengenakan jaket hangat dengan syal yang menutupi lehernya, dan sepertinya ia sedikit bingung dengan suasana kafe yang agak gelap dan berdebu. Namun, begitu melihat Ryota dengan riasan wajah yang menakutkan, ia tersenyum tipis.

"Seperti yang kubilang," katanya dengan suara pelan, "ini cukup menarik."

Ryota mengangkat alis, sedikit terkejut melihatnya masih bisa tersenyum meski berada di tengah suasana seram seperti ini. "Tidak takut?" tanyanya dengan nada yang sedikit sinis.

Yukina hanya menggelengkan kepala. "Tidak. Aku sudah cukup terbiasa melihat hal-hal aneh dari kalian."

Meski Yukina mencoba untuk tampak santai, ada sesuatu di matanya yang menunjukkan bahwa ia menikmati momen ini—sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar ikut dalam keramaian. Ryota merasa seolah ada hubungan yang tak terucapkan antara mereka berdua, sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Ketika semua akhirnya mulai bersenang-senang di kafe horor, Ryota menyadari bahwa, meskipun festival ini penuh dengan kegilaan, ada hal yang jauh lebih berharga—kerja sama, kenangan bersama teman-teman, dan kedekatan yang mulai tumbuh di antara mereka. Sesuatu yang membuatnya tersenyum tanpa sadar, meskipun ia tidak ingin mengakuinya.