Pagi itu, Ryota duduk di bangku sekolah dengan wajah yang terlihat lesu. Ia baru saja selesai dengan tugas-tugas sekolah yang menumpuk, dan meskipun akhir pekan sudah dekat, pikirannya masih terikat pada rutinitas kerja yang menanti. Saat ia sibuk memandangi ponselnya, Hiro dan Takumi mendekat.
"Yo, Ryota!" seru Hiro dengan semangat. "Ngomong-ngomong, kita rencana pergi ke kolam renang akhir pekan ini. Gimana, ikut nggak?"
Ryota menoleh, sedikit terkejut. "Kolam renang? Kenapa aku harus pergi ke sana? Cuma buat main air doang, kan?"
Takumi yang mendengar langsung menimpali. "Eh, kenapa sih? Kamu tuh butuh hiburan, Ryota! Nggak selalu kerja atau sekolah mulu! Lagian, kolam renang itu seru. Kita bisa lomba renang juga, bisa nyantai bareng. Pasti asyik!"
Ryota mendengus, tidak terlalu tertarik, namun juga tidak menolak begitu saja. "Hmm... mungkin. Tapi aku nggak terlalu suka ramai-ramai gitu."
Hiro menepuk bahunya dengan riang. "Ayo deh, ikut aja. Kalau kamu nggak ikut, nanti bakal ketinggalan keseruan!"
Ryota terdiam sejenak, berpikir. Sesekali ia menatap mereka berdua, dan akhirnya menghela napas. "Yaudah, aku ikut. Tapi cuma karena kalian terus maksa."
Takumi dan Hiro saling bertukar senyum puas. "Mantap!" seru Takumi dengan semangat.
Setelah sepakat untuk pergi, mereka mulai menyusun rencana. Mereka akan pergi ke kolam renang umum yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Meskipun Ryota sudah bersedia ikut, ia tetap merasa aneh dengan rencana ini. Bagaimanapun, dia lebih suka berada di rumah atau bekerja daripada berbaur dengan keramaian.
---
Setelah sekolah, Ryota pergi bekerja seperti biasanya, dan kembali pulang dengan keadaan lelah. Pergi ke kamarnya setelah sedikit membersihkan diri dari kamar mandi.
Ryota berbaring di atas kasurnya, bersiap untuk tidur setelah hari yang panjang. Ponselnya bergetar, memunculkan notifikasi pesan dari Yukina. Ia menghela napas, lalu membuka pesan itu.
Yukina: "Ryota-kun, kau sibuk Sabtu nanti?"
Ryota: "Tidak terlalu, kenapa?"
Yukina: "Kalau begitu, maukah kau menghabiskan waktu denganku? Aku ingin pergi bersenang-senang."
Ryota menatap layar ponsel dengan ekspresi datar. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi jika menolak permintaan Yukina—ia akan terus dihujani pesan sampai menyerah.
Ryota: "Aku sudah punya rencana dengan Hiro dan Takumi. Kami akan pergi ke kolam renang."
Yukina: "Kalau begitu, aku ikut! Jangan tinggalkan aku, Ryota-kun."
Ryota memutar matanya sambil mengetik balasan.
Ryota: "Kenapa kau mau ikut? Kau tahu ini hanya acara untuk kami bertiga."
Yukina: "Kalau kau bersenang-senang tanpaku, aku pasti merasa kesepian... Lagi pula, aku juga ingin bersantai di kolam renang."
Ryota tidak bisa membantah lebih jauh. Ia menghela napas panjang, lalu mengalah.
Ryota: "Baiklah jika itu yang kau mau."
Yukina: "Yay! Terima kasih, Ryota-kun! Sampai jumpa Sabtu nanti!"
Ryota menutup ponselnya, lalu memejamkan mata, berharap hari esok akan lebih tenang.
---
Hari Sabtu yang cerah akhirnya tiba, dan Ryota bangun dengan rasa malas. Ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi, menyadari bahwa dia harus bersiap-siap. Setelah berpakaian santai, ia keluar rumah dan berjalan menuju tempat pertemuan dengan Hiro dan Takumi. Seperti yang dijanjikan.
Hiro tersenyum lebar saat melihat Ryota mendekat. "Akhirnya datang juga! Sudah siap buat berenang?"
"Siap sih, tapi kenapa mereka semua ada disini?!" kata Ryota sambil menunjuk semua teman sekelasnya yang juga ikut.
"Kemarin kau bilang hanya kita bertiga saja?" Tanya Ryota. "Ayolah, semakin ramai semakin seru" jawab Hiro.
Takumi tertawa, dan Hiro langsung mengajak mereka berjalan menuju kolam renang. "Pokoknya seru deh, kamu akan senang kok. Percaya sama aku."
"Haah... terserah kau saja." Jawab Ryota menerima keadaannya dengan berat hati.
---
Saat di luar area kolam renang, Hiro dan Takumi melihat Ryota seperti sedang menunggu seseorang.
Mereka berdua mendekati Ryota. "Apa yang kau tunggu? Apa kau tak mau ikut?" Tanya Takumi.
Namun, sebelum Ryota sempat berbicara, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka.
"Ryota-kun!" Yukina muncul dengan senyum cerah, mengenakan baju renang yang sopan namun tetap manis.
Hiro dan Takumi menoleh, keduanya terkejut. "Eh, Yukina? Kenapa kau di sini?"
"Dia memaksa ikut," jawab Ryota sambil menggaruk kepala.
"Aku tidak memaksa," Yukina membela diri sambil tersenyum. "Aku hanya ingin bersenang-senang bersama kalian!"
Sebelum Hiro atau Takumi sempat menanggapi, Yumeko muncul dengan langkah tenang. Ia mengenakan pakaian renang hitam yang anggun, dengan rambut panjangnya yang terikat. Senyumnya yang misterius langsung menarik perhatian orang-orang di sekitar.
Hiro menyenggol Takumi. "Itu Yumeko, kan? Bukankah dia teman masa kecil Ryota?"
Takumi mengangguk, tapi raut wajahnya bingung. "Iya, tapi... dia selalu terlihat terlalu sempurna. Kau tidak merasa aneh?"
Hiro hanya mengangkat bahu, mencoba mengabaikan perasaan aneh itu.
---
Semua orang bersenang senang, Ryota pergi ke kolam yang lebih sepi untuk menghindari keramaian, diikuti oleh Yukina.
"Ryota-kun," panggil Yukina lembut sambil mengapung di sampingnya. "Kenapa Yumeko menyamar menjadi teman masa kecilmu?"
Ryota melirik Yukina dengan ekspresi datar. "Itu hanya cara dia untuk mengawasi ku lebih dekat. Jangan khawatir, dia tak akan melakukan apapun pada kita."
"dia juga terlihat sangat sempurna," ujar Yukina dengan nada pelan. "Tidak heran semua orang memperhatikannya."
Ryota menatap Yukina sebentar. "Kau juga tahu kalau perasaanmu padaku hanyalah hasil dari sihirnya, kan?"
Yukina mengepalkan tangan, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku tahu... Tapi aku tidak bisa melawan perasaan ini. Semakin aku mencoba, semakin sakit rasanya."
Ryota tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya menghela napas panjang, membiarkan keheningan mengisi ruang di antara mereka.
---
Saat semua orang mulai berenang, Yumeko mencoba untuk tetap waspada, memperhatikan Ryota dari jauh sambil duduk di tepi kolam. Tapi usahanya untuk bersikap santai gagal total.
Beberapa siswa pria yang kebetulan juga berada di kolam renang mulai mendekatinya.
"Yumeko-san, aku nggak tahu kau juga suka berenang!" kata seorang pria dengan senyum canggung.
"Yumeko, kau terlihat seperti model!" seru yang lain dengan antusias.
Yumeko menatap mereka dengan ekspresi tenang, tapi dalam hatinya dia mulai terganggu. "Kenapa manusia ini begitu rewel? Aku hanya ingin mengawasi Ryota dengan damai!" pikirnya.
Tidak lama kemudian, sekumpulan gadis juga mulai mengerumuni Yumeko.
"Yumeko-chan, kau pakai produk apa sih sampai kulitmu bisa seindah itu?"
"Rambutmu panjang sekali! Bagaimana kau merawatnya?"
Yumeko mencoba menjawab dengan senyuman diplomatis, tapi situasinya semakin tidak terkendali. Dalam sekejap, Yumeko menjadi pusat perhatian seluruh kolam renang.
Saat Yumeko melarikan diri ke kolam kecil di sudut, berharap bisa tenang di sana. Sayangnya, dua anak kecil yang sedang bermain bola air tanpa sengaja melempar bola ke wajahnya.
Plok!
Yumeko terhuyung mundur, ekspresi dinginnya seketika berubah menjadi kesal. Anak-anak itu hanya tertawa tanpa merasa bersalah.
"Maaf, Kakak!" seru salah satu dari mereka sambil melambaikan tangan.
Yumeko menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. "Tidak apa-apa," ujarnya dengan suara datar, meskipun wajahnya jelas menunjukkan frustrasi.
Sementara itu, para pria yang sebelumnya mengerumuni Yumeko mulai ribut.
"Anak-anak itu kurang ajar! Berani sekali mengganggu Yumeko-san!"
"Hei, biar aku yang urus mereka!"
Situasinya semakin kacau. Yumeko, yang awalnya hanya ingin mengawasi Ryota, kini malah sibuk meladeni perhatian dari semua orang.
Di sisi lain, Ryota menyeringai kecil sambil menyandarkan kepala di tepi kolam. "Kurasa hari ini Yumeko mendapat pelajaran bahwa jadi pusat perhatian tidak selalu menyenangkan."
Yukina menambahkan sambil tertawa, "Dia seperti selebritas dikelilingi penggemar, padahal dia yang harusnya mengawasi kita,"
Yumeko, yang akhirnya berhasil meloloskan diri dari kerumunan, menatap Ryota tajam dari kejauhan. Dalam hati, ia bersumpah untuk membuatnya menyesal tertawa diam-diam. Tapi untuk saat ini, ia hanya bisa mengibaskan rambutnya yang sedikit basah sambil menjaga martabatnya tetap utuh.
---
Hari mulai sore saat mereka semua akhirnya keluar dari kawasan kolam renang. Teman-teman sekelas Ryota satu per satu berpamitan dengan Yumeko, yang tetap menampilkan senyum sopan meskipun di dalam hatinya ia berteriak kesal.
"Terima kasih sudah mau datang bersama, Yumeko-chan!" seru salah seorang gadis dengan antusias sebelum pergi.
"Yumeko-san, sampai jumpa di sekolah!" tambah seorang pria yang langsung disusul oleh beberapa anggukan dari teman-temannya.
"Dasar manusia menyebalkan! Hari ini aku tidak bisa melakukan apa-apa karena mereka terus menggangguku! Akan aku balas kalian semua nanti!" pikir Yumeko sambil tetap memasang wajah ramah.
Setelah semua orang pergi, hanya Ryota, Yukina, dan Yumeko yang tersisa. Mereka berjalan bersama di jalanan yang mulai sepi. Langit berubah jingga, memantulkan warna lembut di trotoar basah setelah pembersihan sore.
Namun, tiba-tiba Yumeko berhenti melangkah. Ia memandang Ryota dan Yukina dengan ekspresi datar.
"Baiklah, aku cukup bersabar sepanjang hari ini. Kalian berdua urus sisanya sendiri," katanya dengan nada dingin.
Yumeko melangkah mundur sedikit, melambaikan tangan kecilnya. "Sampai jumpa di rumah, Ryota."
Sebelum Ryota atau Yukina sempat menjawab, Yumeko menghilang begitu saja di udara.
"Kenapa dia selalu bersikap seenaknya saja?" keluh Ryota sambil menghela napas panjang.
Yukina menoleh ke Ryota dengan senyum kecil. "Kurasa dia hanya ingin memastikan kau aman. Walaupun caranya... sedikit berlebihan."
Mereka melanjutkan perjalanan bersama, menyusuri trotoar yang semakin sepi. Suasana menjadi lebih tenang, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Yukina sesekali melirik Ryota, mencari keberanian untuk berbicara.
"Aku senang kau mengajakku hari ini, Ryota-kun," katanya akhirnya, suaranya lembut.
Ryota menoleh padanya sebentar, lalu mengangguk. "Ya, tidak apa-apa. Setidaknya kau menikmati waktu bersama mereka."
Yukina mengangguk pelan. "Tapi aku lebih senang karena bisa bersama denganmu."
Ryota terdiam sejenak, merasa sedikit canggung dengan kejujuran Yukina. Tapi ia tidak ingin membuat suasana menjadi aneh.
Ryota menoleh ke depan, tidak tahu harus menjawab apa. Ia menghormati perasaan Yukina, tetapi tidak bisa menghilangkan rasa bersalahnya.
Ketika mereka tiba di perempatan tempat mereka biasanya berpisah, Yukina berhenti dan menatap Ryota dengan lembut.
"Ryota-kun, terima kasih untuk hari ini. Hati-hati di jalan, ya."
Ryota mengangguk. "Kau juga."
Mereka berpisah di sana. Yukina berjalan ke arah rumahnya, sementara Ryota menuju arah lain, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Langit semakin gelap, hanya ada lampu jalan yang menerangi jalanan kosong.