Matahari belum sepenuhnya menembus kanopi hutan lebat saat Kael terbangun. Kepalanya berdenyut, setiap detak jantungnya menggema di telinganya. Saat ia membuka mata, yang ia lihat hanyalah warna hijau yang tak berujung—dedaunan, lumut, dan bayangan yang meliuk-liuk. Ia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya terasa berat dan asing. Ia meraba-raba tanah di bawahnya, jari-jarinya menyentuh dedaunan basah dan akar yang menonjol."Di mana... di mana aku?" gumamnya, suaranya serak karena tidak terpakai.Ia mencoba mengingat, tetapi pikirannya kosong. Tidak ada wajah, tidak ada nama, tidak ada kenangan. Ia seperti selembar kertas kosong yang terlempar ke tengah hutan belantara. Kael meraba-raba sakunya, berharap menemukan ponsel atau dompet, sesuatu yang bisa memberikan petunjuk. Namun, yang ia temukan hanyalah sepotong batu aneh yang terasa dingin di tangannya.Saat ia mengangkat batu itu ke arah cahaya yang redup, ia melihat ukiran aneh di permukaannya. Simbol-simbol yang tidak dikenalnya, tetapi entah kenapa terasa familier. Ia memusatkan perhatian pada batu itu, dan tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi.Di atas kepala seekor kelinci yang melintas di dekatnya, muncul serangkaian kata-kata bercahaya:
Kelinci Hutan Level 1 HP: 10/10 MP: 0/0
Kael terkesiap. Apa ini? Apakah ia berhalusinasi? Ia mengarahkan pandangannya ke pohon terdekat, dan lagi-lagi, kata-kata muncul:Pohon Ek Kuno Level 15 HP: 500/500 MP: 0/0
Ia mencoba memahami apa yang dilihatnya. Apakah ini semacam permainan? Apakah ia berada di dalam video game? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya, tetapi satu hal yang pasti: ia tidak berada di Kansas lagi.