Chereads / The Status Seeker / Chapter 5 - Misi Pertama: Kabar Buruk dari Willowbrook

Chapter 5 - Misi Pertama: Kabar Buruk dari Willowbrook

Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti pondok Elara, menciptakan suasana mistis yang kontras dengan kepanikan yang dibawa oleh seorang pengunjung tak terduga. Ketukan pintu yang tergesa-gesa memecah keheningan, membuat Elara dan Kael menghentikan pelajaran mereka tentang ramuan penyembuh. Elara, dengan gerakan anggun namun cepat, membuka pintu, dan di hadapannya berdiri seorang pemuda yang tampak kelelahan dan ketakutan.Thomas, seorang petani dari Desa Willowbrook, dengan napas terengah-engah dan wajah pucat, menyampaikan kabar buruk yang membekukan suasana. "Nona Elara! Tolong!" serunya, suaranya bergetar karena kelelahan dan ketakutan. "Desa kami diserang goblin! Mereka... mereka menjarah rumah-rumah, menculik anak-anak, dan membunuh siapa saja yang melawan."Elara, dengan ketenangan seorang penyihir berpengalaman, segera bertindak. Ia menggenggam lengan Thomas yang gemetar dan membimbingnya masuk ke dalam pondok yang hangat. Di dekat perapian yang menyala, Elara mendudukkan Thomas di kursi kayu yang nyaman dan memberinya secangkir teh herbal hangat yang telah dicampur dengan ramuan penenang. Aroma lavender dan chamomile yang menenangkan segera memenuhi ruangan, membantu meredakan kepanikan Thomas.Dengan sabar, Elara mendengarkan cerita Thomas yang mengerikan. Ia menggambarkan bagaimana gerombolan goblin muncul dari hutan saat senja, bayangan mereka yang menakutkan menyelimuti desa yang damai. Mereka menghancurkan ladang jagung yang siap panen, menginjak-injak tanaman sayuran dengan kejam, dan membakar lumbung yang penuh dengan hasil panen yang telah dikumpulkan dengan susah payah. Mereka menyerbu rumah-rumah, mencuri perhiasan berharga yang diwariskan dari generasi ke generasi, uang hasil jerih payah para penduduk desa, dan makanan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan mereka. Mereka bahkan menculik banyak penduduk desa, termasuk anak-anak yang tidak berdaya, menyeret mereka ke dalam kegelapan hutan yang mengancam."Mereka seperti iblis yang keluar dari neraka," kata Thomas dengan suara bergetar, air mata mengalir di pipinya yang kotor. "Mata mereka merah menyala seperti bara api, gigi mereka tajam seperti pisau yang siap merobek daging, dan mereka tertawa seperti orang gila saat mereka menghancurkan desa kami."Elara mendengarkan dengan seksama, hatinya dipenuhi rasa iba dan kemarahan yang membara. Ia tahu bahwa goblin adalah makhluk yang jahat dan kejam, tetapi ia tidak pernah menyangka mereka akan melakukan tindakan sekeji ini. Ia melirik ke arah Kael, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang dan rahang yang mengeras. Kael bisa merasakan kemarahan dan tekad yang sama berkobar di dalam dirinya. Ia tidak bisa membiarkan ketidakadilan ini terjadi begitu saja.Setelah Thomas cukup tenang dan menceritakan semua yang ia ketahui, Elara membimbingnya ke kamar tamu yang nyaman, tempat ia bisa beristirahat dan memulihkan tenaga. Kael dan Elara kemudian duduk di meja kayu, membentangkan peta Eterra yang sudah usang, dan mulai menyusun rencana.Elara menelusuri jari-jarinya di sepanjang peta, mencari jalan tercepat dan teraman menuju Willowbrook. "Ada dua pilihan," katanya, suaranya tenang namun tegas. "Kita bisa melewati Hutan Gelap, tetapi itu akan memakan waktu lebih lama dan lebih berbahaya. Hutan itu terkenal dengan makhluk-makhluk buas dan jebakan alam yang mematikan. Atau, kita bisa mengambil jalan pintas melalui Ngarai Berbatu, tetapi itu juga berisiko karena ngarai itu sempit dan curam, dan sering terjadi longsor batu."Kael mendengarkan dengan seksama, menganalisis setiap pilihan dengan kemampuannya yang unik. Ia melihat status Elara, yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang penyihir yang kuat dengan kemampuan sihir elemental dan penyembuhan. Ia juga melihat statusnya sendiri, yang masih menunjukkan "Kelas: Belum ditentukan"."Bagaimana dengan goblin itu sendiri?" tanya Kael. "Apakah kita tahu berapa banyak mereka dan seberapa kuat mereka?"Elara menggelengkan kepalanya. "Thomas tidak tahu pasti. Tapi dari deskripsinya, sepertinya mereka adalah goblin biasa, bukan jenis yang memiliki kemampuan sihir atau kekuatan khusus. Namun, mereka selalu menyerang dalam jumlah besar, dan itu bisa menjadi masalah."Kael mengangguk. "Kalau begitu, kita bisa menggunakan kemampuanku untuk melihat status mereka," katanya. "Mungkin kita bisa menemukan kelemahan mereka dan merencanakan strategi yang tepat."Elara tersenyum, merasa lega karena Kael memiliki ide yang bagus. "Itu ide yang sangat bagus, Kael. Tapi ingat, jangan terlalu percaya diri. Goblin mungkin lemah secara individu, tapi mereka bisa sangat berbahaya dalam jumlah besar. Kita harus berhati-hati dan bekerja sama."Kael dan Elara mulai mempersiapkan diri untuk perjalanan mereka. Mereka mengemasi ransel mereka dengan perbekalan yang cukup untuk beberapa hari, termasuk roti kering, keju yang diawetkan, buah-buahan kering yang manis dan asam, serta kantong air yang terbuat dari kulit binatang. Elara juga menyiapkan beberapa ramuan penyembuh, ramuan energi yang terbuat dari ginseng liar, dan ramuan perlindungan dari racun yang terbuat dari bunga nightshade. Kael membawa pedang pendek yang ia temukan di hutan, meskipun ia belum pernah menggunakannya sebelumnya.Sebelum berangkat, Elara memberikan Kael sebuah jimat pelindung yang terbuat dari batu akik merah berbentuk mata. "Ini adalah Mata Pelindung," katanya. "Jimat ini akan melindungimu dari serangan sihir. Pakailah selalu di lehermu."Kael menerima jimat itu dengan rasa terima kasih. Ia tahu bahwa Elara sangat peduli padanya, dan ia tidak ingin mengecewakannya.Saat fajar menyingsing, mereka meninggalkan pondok, melangkah menuju Desa Willowbrook dengan tekad yang membara di hati mereka. Matahari pagi menyinari jalan setapak yang berbatu, dan angin sepoi-sepoi membelai rambut mereka. Kael tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di sana, tapi ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan goblin-goblin itu menghancurkan kehidupan orang-orang yang tidak bersalah. Ini adalah kesempatannya untuk membuktikan bahwa ia bukan hanya seorang pemuda yang tersesat di dunia asing, tetapi juga seorang pahlawan yang bisa membuat perbedaan.