Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Kael dan Elara akhirnya tiba di Desa Willowbrook. Namun, pemandangan yang menyambut mereka bukanlah desa yang damai dan asri seperti yang mereka harapkan. Sebaliknya, mereka disambut oleh pemandangan yang memilukan dan mengerikan. Rumah-rumah kayu yang dulu berdiri kokoh, dicat dengan warna-warna cerah dan dihiasi bunga-bunga di jendela, kini menjadi puing-puing yang hangus terbakar. Ladang jagung yang dulunya hijau subur, tempat anak-anak bermain petak umpet di antara batang-batang yang tinggi, kini terinjak-injak dan hancur berantakan, menyisakan jejak-jejak kaki goblin yang kasar. Darah mengering di jalanan berdebu, menjadi saksi bisu dari tragedi yang telah menimpa desa ini.Elara menutup mulutnya dengan tangan, menahan isak tangis. Air mata mengalir di pipinya saat ia melihat kehancuran yang begitu parah. Ia teringat akan senyum ramah para penduduk desa, tawa riang anak-anak, dan aroma roti yang baru dipanggang yang selalu memenuhi udara setiap pagi. Kini, yang tersisa hanyalah keheningan yang mencekam dan aroma kematian yang menusuk hidung.Kael merasakan kemarahan yang membara di dadanya. Ia mengepalkan tangannya, berusaha mengendalikan emosinya. Ia mengaktifkan kemampuannya, melihat status setiap bangunan dan benda yang ada di sekitarnya.
Rumah Petani (Hancur) Level: - HP: 0/100 Status: Tidak dapat diperbaiki
Lumbung (Terbakar) Level: - HP: 0/200 Status: Hancur total
Ladang Jagung (Rusak) Level: - HP: 0/50 Status: Tidak dapat dipanen
Sumur Desa (Tercemar) Level: - HP: 0/80 Status: Tidak dapat digunakan
Status-status ini hanya memperkuat kemarahan dan kesedihan yang ia rasakan. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan goblin-goblin itu lolos begitu saja setelah menghancurkan kehidupan orang-orang yang tidak bersalah.Saat mereka berjalan lebih jauh ke dalam desa, mereka bertemu dengan beberapa penduduk desa yang selamat. Mereka adalah orang-orang tua, wanita, dan anak-anak yang terlalu lemah atau terlalu takut untuk melarikan diri. Wajah mereka dipenuhi keputusasaan dan ketakutan, pakaian mereka compang-camping, dan tubuh mereka kurus kering karena kelaparan.Seorang wanita tua dengan rambut putih beruban mendekati Elara, air mata mengalir di wajahnya yang keriput. "Tolong," katanya dengan suara lemah, "goblin-goblin itu menculik cucuku. Ia baru berusia lima tahun. Tolong selamatkan dia."Elara memeluk wanita tua itu, memberikan kata-kata penghiburan dan janji bahwa mereka akan melakukan yang terbaik. Ia kemudian menggunakan sihir penyembuhannya untuk merawat penduduk desa yang terluka. Ia merapalkan mantra-mantra kuno, tangannya bersinar dengan cahaya putih yang hangat. Luka-luka mereka mulai menutup, memar-memar mereka memudar, dan semangat mereka perlahan pulih.Sementara itu, Kael menggunakan kemampuannya untuk mengumpulkan informasi tentang goblin. Ia melihat status beberapa goblin yang berpatroli di sekitar desa, menganalisis kekuatan dan kelemahan mereka.Goblin Prajurit Level 5 HP: 30/30 Kemampuan: Serangan Cakar, Gigitan Beracun Kelemahan: Api,
Cahaya Goblin Pemanah Level 6 HP: 25/25 Kemampuan: Panah Beracun, Penglihatan Tajam Kelemahan: Suara Keras, Serangan Mendadak
Goblin Shaman Level 8 HP: 40/40 Kemampuan: Kutukan Lemah, Penyembuhan Minor Kelemahan: Gangguan Sihir, Serangan Fisik Kuat
Kael menemukan bahwa goblin-goblin itu tidak terlalu kuat secara individu, tetapi mereka memiliki jumlah yang banyak dan terorganisir dengan baik. Ia juga menemukan bahwa mereka memiliki kelemahan yang berbeda-beda. Goblin prajurit lemah terhadap api dan cahaya, goblin pemanah lemah terhadap suara keras dan serangan mendadak, sedangkan goblin shaman lemah terhadap gangguan sihir dan serangan fisik yang kuat.Dengan informasi ini, Kael dan Elara mulai menyusun rencana. Mereka akan menggunakan sihir api Elara untuk menyerang goblin prajurit, menciptakan kekacauan dan kepanikan. Kael akan menggunakan pedangnya untuk melawan goblin pemanah yang lebih lemah dalam pertempuran jarak dekat, sementara Elara akan menggunakan sihirnya untuk mengganggu goblin shaman dan mencegahnya menggunakan sihir penyembuhan.Mereka juga akan mencari cara untuk memancing goblin ke tempat terbuka di mana mereka bisa memanfaatkan kelemahan mereka terhadap cahaya. Mereka memutuskan untuk menggunakan obor dan api unggun untuk menciptakan sumber cahaya yang kuat, berharap dapat membutakan dan melemahkan goblin.Saat malam tiba, mereka menyelinap ke kamp goblin yang terletak di tengah hutan. Goblin-goblin itu sedang berpesta, merayakan kemenangan mereka dengan menyantap daging panggang dan minum minuman keras. Suara tawa mereka yang kasar dan teriakan mereka yang penuh kemenangan memenuhi udara malam.Kael dan Elara menunggu saat yang tepat, lalu menyerang. Elara meluncurkan bola api ke arah kamp goblin, menciptakan ledakan yang dahsyat dan membakar tenda-tenda mereka. Goblin-goblin itu berlarian ke segala arah, berusaha menghindari serangan api yang membakar kulit mereka.Kael memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang. Ia melompat ke tengah kerumunan goblin, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Ia menebas goblin demi goblin, darah mereka terciprat ke tanah dan baju besinya.Elara, sementara itu, memfokuskan sihirnya pada goblin shaman. Ia meluncurkan rentetan mantra gangguan sihir, menyebabkan mantra penyembuhan shaman menjadi kacau dan tidak efektif. Shaman itu meraung frustasi, mencoba melawan balik dengan kutukannya, tetapi Elara berhasil menghindarinya dengan lincah.Pertempuran berlangsung sengit. Kael dan Elara bertarung dengan gagah berani, menggunakan semua kemampuan mereka untuk mengalahkan musuh. Mereka saling melindungi, saling mendukung, dan tidak pernah menyerah. Kael menggunakan kemampuan melihat statusnya untuk mengidentifikasi kelemahan setiap goblin yang ia hadapi, menyesuaikan taktiknya dengan cepat dan efektif. Elara menggunakan sihirnya dengan tepat dan cerdik, menciptakan penghalang pelindung untuk melindungi dirinya dan Kael, serta melumpuhkan goblin dengan mantra-mantra pengikat.Akhirnya, setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan, mereka berhasil mengalahkan semua goblin. Penduduk desa yang diculik dibebaskan, dan Willowbrook diselamatkan. Kael dan Elara disambut sebagai pahlawan oleh penduduk desa yang tersisa. Mereka dipuji atas keberanian dan kemampuan mereka. Kael merasa bangga dan puas. Ia telah membuktikan bahwa ia bisa membuat perbedaan di dunia ini. Ia telah menemukan tujuannya di Eterra.