Chereads / The Status Seeker / Chapter 12 - Misteri di Penginapan Silvermoon

Chapter 12 - Misteri di Penginapan Silvermoon

Sinar matahari pagi yang hangat menyelinap melalui jendela kamar Kael dan Elara di Penginapan Silvermoon, membangunkan mereka dari tidur nyenyak. Aroma roti panggang yang baru saja matang dan kopi yang diseduh menguar dari dapur penginapan, menggoda perut mereka yang kosong. Setelah mandi dan berpakaian, mereka turun ke ruang makan yang nyaman, di mana pemilik penginapan, Nyonya Evelyn, menyambut mereka dengan senyum ramah dan menyajikan sarapan yang lezat."Selamat pagi, anak-anak," sapa Nyonya Evelyn sambil meletakkan sepiring roti panggang, telur orak-arik yang mengepul, sosis berempah, dan semangkuk buah beri segar di meja mereka. "Bagaimana tidur kalian?""Sangat nyenyak, Nyonya Evelyn," jawab Elara, sambil mengoleskan selai raspberry buatan sendiri ke rotinya. "Tempat tidurmu sangat nyaman, dan selimutnya sangat hangat.""Terima kasih," kata Nyonya Evelyn sambil tersenyum. "Jadi, apa rencana kalian hari ini? Apakah kalian akan menjelajahi kota lagi?""Ya," jawab Kael. "Kami sedang mencari informasi tentang sebuah batu misterius." Ia mengeluarkan batu itu dari sakunya dan meletakkannya di atas meja. Batu itu memancarkan cahaya samar, menarik perhatian Nyonya Evelyn. Batu itu memiliki bentuk oval yang tidak sempurna, dengan permukaan yang halus dan dingin saat disentuh. Warnanya abu-abu gelap dengan urat-urat putih yang samar-samar terlihat di bawah cahaya.Nyonya Evelyn menatap batu itu dengan seksama, lalu mengerutkan kening. "Batu ini... aku pernah melihatnya di suatu tempat," gumamnya, jarinya menelusuri ukiran-ukiran aneh yang menghiasi permukaan batu. "Tapi aku tidak ingat di mana." Ia tampak berpikir keras, matanya menyipit saat ia mencoba mengingat kembali kenangan yang samar-samar.Kael dan Elara saling berpandangan, mata mereka berbinar-binar. "Apakah Anda tahu sesuatu tentang batu ini, Nyonya Evelyn?" tanya Kael dengan penuh harap, suaranya dipenuhi antisipasi.Nyonya Evelyn menggelengkan kepalanya perlahan, helaan napas pelan keluar dari bibirnya. "Aku tidak yakin, Nak. Tapi aku merasa seperti aku pernah melihat batu seperti ini di buku-buku kuno yang dimiliki ayahku. Ia adalah seorang kolektor artefak dan barang-barang antik yang sangat bersemangat. Loteng penginapan ini penuh dengan koleksi bukunya.""Apakah buku-buku itu masih ada?" tanya Elara, suaranya bergetar karena kegembiraan."Mungkin," jawab Nyonya Evelyn. "Ayahku meninggalkan banyak buku di loteng penginapan ini. Kalian boleh melihat-lihat di sana jika mau. Siapa tahu, kalian mungkin menemukan sesuatu yang berguna."Kael dan Elara segera pergi ke loteng setelah sarapan. Loteng itu adalah ruangan yang luas dan berdebu, diterangi oleh sinar matahari yang menembus jendela kecil yang berdebu. Tumpukan buku-buku tua, lukisan-lukisan berbingkai usang, dan berbagai macam barang antik lainnya memenuhi ruangan itu, menciptakan labirin yang membingungkan. Bau kertas tua dan debu memenuhi udara, membawa mereka kembali ke masa lalu.Mereka mulai mencari di antara tumpukan buku-buku itu, hati mereka dipenuhi harapan. Mereka membolak-balik halaman demi halaman, mencari petunjuk tentang batu misterius Kael. Beberapa buku berisi ilustrasi makhluk-makhluk mitos dan legenda Eterra, sementara yang lain berisi catatan perjalanan para penjelajah dan petualang yang telah menjelajahi dunia ini. Namun, tidak ada satu pun buku yang memberikan informasi yang mereka cari.Setelah beberapa jam mencari, Elara menemukan sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang dihiasi ukiran rumit berbentuk simbol-simbol kuno. Judul buku itu tertulis dalam bahasa kuno yang tidak mereka mengerti, tetapi Elara bisa merasakan energi magis yang kuat memancar dari buku itu, membuat bulu kuduknya berdiri."Kael, lihat ini!" seru Elara, sambil menunjukkan buku itu kepada Kael.Kael melihat status buku itu:

Kitab Artefak Kuno Eterra Level: -

HP: -

MP: -

Status: Buku Langka, Berisi Pengetahuan tentang Artefak Magis

Dengan hati-hati, mereka membuka buku itu. Halaman-halamannya yang terbuat dari perkamen tipis dan rapuh dipenuhi dengan tulisan-tulisan kuno yang indah dan ilustrasi-ilustrasi detail tentang berbagai artefak magis. Mereka membolak-balik halaman demi halaman, mata mereka menjelajahi setiap gambar dan tulisan, mencari informasi tentang batu Kael.Akhirnya, mereka menemukan sebuah halaman yang menunjukkan gambar batu yang sangat mirip dengan batu Kael. Batu itu memiliki bentuk dan ukuran yang sama, dengan ukiran yang sama persis. Di bawah gambar itu, terdapat tulisan dalam bahasa kuno yang tidak mereka mengerti. Huruf-hurufnya tampak seperti simbol-simbol abstrak yang rumit, seolah-olah memiliki kehidupan sendiri."Apa artinya ini, Elara?" tanya Kael, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu dan harapan.Elara mengerutkan kening, mencoba menguraikan tulisan itu. Ia menelusuri huruf-huruf itu dengan jarinya, mencoba mengingat kembali pelajaran bahasa kuno yang pernah ia pelajari dari neneknya. Namun, bahasa ini terlalu kuno dan rumit untuk ia pahami."Aku tidak yakin, Kael," jawabnya dengan nada kecewa. "Bahasa ini sangat kuno. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya."Mereka terus mencari di buku itu, berharap menemukan terjemahan atau petunjuk lain. Namun, mereka tidak menemukan apa pun. Mereka merasa frustasi dan kecewa, tetapi tidak menyerah."Mungkin kita harus mencari seseorang yang bisa membaca bahasa ini," usul Kael, tidak ingin menyerah begitu saja.Elara mengangguk setuju. "Ya, mungkin itu ide yang bagus. Mungkin ada seorang ahli bahasa atau sejarawan di kota ini yang bisa membantu kita."Mereka memutuskan untuk kembali ke Nyonya Evelyn dan bertanya apakah ia tahu seseorang yang bisa membaca bahasa kuno. Nyonya Evelyn berpikir sejenak, matanya menatap ke langit-langit seolah-olah sedang mencari jawaban di sana."Aku tahu seseorang yang mungkin bisa membantu kalian," katanya akhirnya. "Namanya Profesor Alistair, seorang ahli bahasa dan sejarawan yang terkenal di seluruh Eterra. Ia tinggal di Menara Pengetahuan, sebuah perpustakaan besar yang terletak di pusat kota. Kalian bisa mencarinya di sana."Kael dan Elara berterima kasih kepada Nyonya Evelyn atas informasinya, lalu segera pergi ke Menara Pengetahuan. Mereka berharap Profesor Alistair bisa membantu mereka mengungkap misteri batu Kael dan membimbing mereka dalam petualangan mereka selanjutnya.