Chereads / The Status Seeker / Chapter 18 - Persiapan Menuju Pegunungan Bayangan

Chapter 18 - Persiapan Menuju Pegunungan Bayangan

Setelah menemukan petunjuk penting di Perpustakaan Besar Silverstream, Kael, Elara, dan Profesor Alistair kembali ke penginapan Silvermoon dengan perasaan campur aduk. Kegembiraan karena akhirnya menemukan arah yang jelas bercampur dengan ketegangan akan bahaya yang menanti di depan.Di kamar penginapan yang nyaman, dengan cahaya lilin yang berkedip-kedip menerangi wajah mereka yang serius, mereka berkumpul di sekitar meja bundar yang terbuat dari kayu ek tua. Di atas meja, peta kuno yang mereka temukan di perpustakaan terbentang lebar, menampilkan detail Pegunungan Bayangan yang misterius. Garis-garis kontur yang rumit menunjukkan lembah-lembah yang dalam, puncak-puncak yang menjulang tinggi, dan hutan-hutan lebat yang gelap. Sebuah tanda X merah menandai lokasi Kastil Morgoth, tempat tujuan akhir mereka."Ini akan menjadi perjalanan yang panjang dan berbahaya," Profesor Alistair memulai, suaranya berat dan penuh kekhawatiran. "Pegunungan Bayangan terkenal dengan kabut tebalnya yang bisa menyesatkan para pendaki, makhluk-makhluk buasnya yang ganas, dan cuaca ekstrem yang bisa berubah dalam sekejap. Kita harus mempersiapkan diri dengan baik."Elara mengangguk setuju, jari-jarinya menelusuri garis-garis peta dengan lembut. "Kita perlu perbekalan yang cukup untuk perjalanan panjang," katanya dengan suara yang tenang namun tegas. "Roti kering, daging asap, keju, buah-buahan kering, dan kacang-kacangan adalah pilihan yang baik. Kita juga membutuhkan pakaian hangat untuk menghadapi cuaca dingin di pegunungan. Mantel bulu, sarung tangan, dan topi wol akan sangat berguna."Kael, dengan Mata Dewa yang tergantung di lehernya, menatap peta dengan tekad yang membara di matanya. "Aku siap untuk menghadapi apa pun yang menghadang kita," katanya dengan suara yang mantap dan penuh keyakinan. "Kita harus menghentikan Morgoth sebelum ia melaksanakan rencananya yang jahat. Mungkin kita juga perlu membawa beberapa ramuan penyembuh dan energi, untuk berjaga-jaga."Profesor Alistair tersenyum tipis, melihat semangat juang di mata Kael. Ia merasa bangga dengan pemuda ini, yang telah menunjukkan keberanian dan tekad yang luar biasa. "Aku akan membantu kalian semampu saya," katanya, "tapi aku sudah terlalu tua untuk ikut dalam petualangan seperti ini. Aku akan tinggal di Silverstream dan terus mencari informasi tentang Morgoth dan cara untuk mengalahkannya. Mungkin aku bisa menemukan mantra-mantra pelindung atau senjata magis yang bisa membantu kalian."Keesokan harinya, mereka memulai persiapan untuk perjalanan mereka. Mereka pergi ke pasar Silverstream untuk membeli perbekalan yang mereka butuhkan. Pasar itu adalah labirin warna dan aroma, dipenuhi dengan pedagang dari berbagai penjuru Eterra. Kael dan Elara melewati kios-kios yang menjual rempah-rempah eksotis, kain sutra halus, permata berkilauan, dan senjata dari berbagai bentuk dan ukuran.Elara dengan teliti memilih bahan-bahan untuk ramuan mereka, memastikan setiap tanaman dan akar yang ia beli memiliki kualitas terbaik. Ia juga membeli beberapa kristal ajaib yang langka, yang katanya dapat memperkuat efek ramuan dan mantra. Kael, di sisi lain, fokus pada peralatan bertahan hidup dan senjata. Ia membeli tali tambang yang kuat, pisau serbaguna, dan sebuah busur panah dengan anak panah yang terbuat dari kayu ek yang kuat dan ujungnya dilapisi perak, yang menurut penjualnya efektif melawan makhluk-makhluk kegelapan.Setelah semua persiapan selesai, mereka kembali ke penginapan untuk berkemas. Mereka memasukkan semua perbekalan dan peralatan mereka ke dalam ransel yang mereka bawa. Mereka juga membawa buku kuno Lilith dan peta Pegunungan Bayangan. Elara dengan hati-hati membungkus ramuan-ramuannya dalam kain linen bersih, sementara Kael mengasah pedangnya hingga tajam dan berkilau.Malam itu, mereka makan malam terakhir bersama Profesor Alistair di penginapan Silvermoon. Suasana makan malam itu terasa hangat dan akrab, dipenuhi dengan percakapan tentang petualangan mereka yang akan datang, harapan dan impian mereka, serta kenangan indah yang mereka buat bersama. Profesor Alistair berbagi cerita tentang masa mudanya, saat ia masih seorang petualang yang menjelajahi Eterra, mencari pengetahuan dan artefak kuno. Ia menceritakan tentang pertemuannya dengan makhluk-makhluk ajaib, pertempuran melawan monster-monster ganas, dan penemuan-penemuan luar biasa yang ia lakukan.Setelah makan malam, mereka berpamitan dengan Profesor Alistair dan Nyonya Evelyn, pemilik penginapan. Nyonya Evelyn memeluk mereka erat-erat, air mata mengalir di pipinya yang keriput. "Hati-hati di jalan, anak-anak," katanya dengan suara bergetar. "Semoga Eterra memberkati kalian dan membawa kalian kembali dengan selamat."Profesor Alistair memberikan mereka pelukan terakhir dan berkata, "Aku percaya pada kalian. Kalian adalah harapan Eterra. Jangan pernah menyerah, dan ingatlah selalu untuk menggunakan kekuatan kalian untuk kebaikan."Kael dan Elara meninggalkan penginapan Silvermoon dengan perasaan haru dan tekad yang membara. Mereka berjalan menuju gerbang utara kota, meninggalkan Silverstream yang gemerlap di belakang mereka. Di depan mereka, terbentang jalan panjang yang berliku menuju Pegunungan Bayangan, sebuah perjalanan yang akan menguji keberanian, kekuatan, dan persahabatan mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di sana, tetapi mereka siap untuk menghadapi apa pun yang menghadang mereka. Mereka adalah dua jiwa petualang, terikat oleh takdir dan persahabatan, siap untuk menghadapi tantangan terbesar dalam hidup mereka.