Fajar menyingsing di balik kabut Hutan Berkabut, memancarkan cahaya redup yang menembus dedaunan lebat. Kael dan Elara terbangun dari tidur mereka yang tidak nyenyak, tubuh mereka pegal-pegal karena tidur di atas tanah yang keras dan lembap. Dinginnya malam masih terasa menusuk tulang, namun semangat mereka tidak padam. Mereka tahu bahwa mereka harus segera melanjutkan perjalanan jika ingin mencapai Pegunungan Bayangan sebelum malam tiba.Setelah sarapan seadanya dengan roti kering dan buah-buahan kering, mereka mengemasi barang-barang mereka dan melanjutkan perjalanan mereka. Kabut masih tebal, tetapi mereka sudah lebih terbiasa dengan suasana hutan yang gelap dan menyeramkan. Mereka berjalan dengan langkah yang lebih pasti, mata mereka mengawasi setiap gerakan dan telinga mereka mendengarkan setiap suara.Kael, dengan Mata Dewa yang aktif, terus memindai lingkungan sekitar mereka. Ia melihat status pohon-pohon tua yang menjulang tinggi, semak belukar yang lebat, dan bahkan serangga-serangga kecil yang merayap di tanah. Ia juga melihat beberapa makhluk yang lebih besar, seperti laba-laba raksasa dengan taring berbisa dan mata yang berkilauan mengancam, ular berbisa dengan sisik berwarna-warni yang memantulkan cahaya matahari yang samar, dan bahkan seekor beruang grizzly yang sedang tidur di sarangnya.
Beruang Grizzly Level 18
HP: 130/130
Kemampuan: Cakar Kuat, Gigitan Mematikan, Kekuatan Luar Biasa
Kelemahan: Api, Racun, Serangan Cepat
Kael memberi tahu Elara tentang beruang itu, dan mereka memutuskan untuk mengambil jalan memutar untuk menghindari sarangnya. Mereka tidak ingin mengambil risiko yang tidak perlu, terutama setelah pertempuran mereka dengan serigala bayangan malam sebelumnya.Saat mereka berjalan, Kael merasakan getaran aneh dari Mata Dewa. Batu itu terasa hangat di dadanya, dan ia melihat cahaya samar yang berdenyut-denyut. Ia tahu bahwa batu itu mencoba memberitahunya sesuatu, tetapi ia tidak yakin apa artinya.Tiba-tiba, Elara berhenti dan mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada Kael untuk diam. "Ada seseorang di dekat sini," bisiknya.Kael mengaktifkan Mata Dewa dan memindai sekeliling mereka. Ia melihat seorang wanita berjubah abu-abu berdiri di balik pohon besar, mengamati mereka dengan seksama. Rambut hitam panjangnya terurai hingga ke pinggang, dan matanya yang berwarna hijau zamrud memancarkan kecerdasan dan kelicikan.Lyra Level 16 HP: 110/110
Kelas: Rogue
Kemampuan: Stealth, Lockpicking, Racun, Belati
Keahlian: Pengetahuan tentang Hutan Berkabut, Pegunungan Bayangan, dan Jaringan Informasi Bawah Tanah
"Lyra?" gumam Kael, mengingat nama itu dari pasar gelap Silverstream.Lyra melangkah keluar dari balik pohon, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Sepertinya kita bertemu lagi," katanya dengan suara serak yang khas. "Kalian sedang mencari sesuatu di hutan ini?"Kael dan Elara saling berpandangan, ragu-ragu untuk menjawab. Mereka tidak yakin apakah mereka bisa mempercayai Lyra, mengingat reputasinya sebagai seorang rogue yang licik dan berbahaya. Namun, kemampuan melihat status Kael menunjukkan bahwa Lyra tidak memiliki niat jahat saat ini."Kami sedang mencari jalan menuju Pegunungan Bayangan," jawab Elara akhirnya, mencoba untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan kecurigaan mereka.Lyra mengangkat alisnya, tertarik. "Pegunungan Bayangan? Tempat yang berbahaya. Apa yang kalian cari di sana?"Kael ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan untuk jujur. "Kami mencari Kastil Morgoth," katanya, matanya menatap tajam ke arah Lyra, mengamati reaksinya.Lyra terkesiap, matanya membelalak karena terkejut. "Kastil Morgoth? Kalian gila! Tempat itu adalah sarang kejahatan. Tidak ada yang pernah kembali dari sana.""Kami tahu risikonya," kata Kael dengan tegas, suaranya tidak goyah sedikit pun. "Tapi kami harus pergi ke sana. Kami punya misi penting."Lyra terdiam sejenak, mengamati Kael dan Elara dengan seksama. Ia bisa melihat tekad yang membara di mata mereka, tekad yang tidak bisa dipadamkan oleh rasa takut. Ia juga bisa merasakan kekuatan Mata Dewa yang terpancar dari kalung yang tergantung di leher Kael."Baiklah," kata Lyra akhirnya, suaranya terdengar lebih lembut dari sebelumnya. "Aku akan membantu kalian. Aku tahu jalan pintas menuju Pegunungan Bayangan, jalan yang tidak diketahui oleh banyak orang. Tapi aku punya satu syarat.""Apa itu?" tanya Elara, curiga."Aku ingin ikut dengan kalian," jawab Lyra. "Aku juga punya urusan yang harus diselesaikan dengan Morgoth. Dulu, dia pernah menghancurkan desaku dan membunuh keluargaku. Aku ingin balas dendam."Kael dan Elara saling berpandangan lagi. Mereka tidak yakin apakah mereka bisa mempercayai Lyra, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka membutuhkan bantuannya. Lyra adalah seorang rogue yang berpengalaman, dan ia memiliki pengetahuan tentang Hutan Berkabut dan Pegunungan Bayangan yang bisa sangat berharga bagi mereka. Selain itu, dendam Lyra terhadap Morgoth bisa menjadi motivasi yang kuat untuk membantunya dalam misi mereka.Setelah berdiskusi sebentar, mereka akhirnya setuju untuk menerima tawaran Lyra. Mereka bertiga kemudian melanjutkan perjalanan mereka, dipandu oleh Lyra melalui jalan pintas yang tersembunyi di dalam hutan. Jalan setapak yang sempit dan berliku itu membawa mereka melewati jurang yang dalam, sungai yang deras, dan tebing yang curam. Namun, dengan bantuan Lyra, mereka berhasil mengatasi setiap rintangan dengan mudah.Selama perjalanan, Kael dan Elara mulai mengenal Lyra lebih baik. Mereka menemukan bahwa di balik sikapnya yang dingin dan sinis, Lyra sebenarnya adalah seorang wanita yang baik hati, penyayang, dan setia kawan. Ia memiliki masa lalu yang kelam, tetapi ia berusaha untuk menebus kesalahannya dengan membantu orang lain. Ia juga memiliki selera humor yang unik dan sering membuat mereka tertawa dengan lelucon-leluconnya yang sarkastik.Kael dan Elara mulai mempercayai Lyra, dan mereka bertiga membentuk ikatan persahabatan yang kuat. Mereka berbagi cerita tentang masa lalu mereka, harapan dan impian mereka, dan ketakutan mereka. Mereka saling mendukung dan menyemangati, menghadapi setiap tantangan dengan berani dan optimisme.Saat mereka semakin dekat dengan Pegunungan Bayangan, kabut semakin tebal dan udara semakin dingin. Mereka bisa merasakan kehadiran kekuatan gelap yang kuat, seolah-olah Morgoth sedang mengawasi mereka dari kejauhan. Namun, mereka tidak gentar. Mereka tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain, dan mereka memiliki Mata Dewa. Mereka yakin bahwa mereka bisa mengalahkan Morgoth dan menyelamatkan Eterra dari kehancuran.