Fajar menyingsing di ufuk timur, mewarnai langit Eterra dengan semburat jingga, merah muda, dan ungu yang memukau. Cahaya hangat mentari pagi menembus kabut tebal yang menyelimuti Hutan Berkabut, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Tetesan embun berkilauan seperti permata di dedaunan yang hijau zamrud, dan udara segar dipenuhi aroma bunga liar yang manis dan kayu basah yang membangkitkan semangat.Kael, Elara, dan Lyra meninggalkan hutan yang lembap, melangkah ke jalan setapak yang berkelok-kelok menuju Pegunungan Bayangan yang menjulang tinggi di kejauhan. Puncak-puncaknya yang diselimuti salju berkilauan di bawah sinar matahari pagi, memantulkan cahaya seperti kristal raksasa. Lyra, dengan langkah lincahnya yang terlatih, memimpin jalan. Ia bergerak dengan keanggunan seekor kucing hutan, matanya yang tajam mengamati setiap detail medan. Sesekali, ia berhenti untuk memeriksa jejak kaki di tanah yang lunak, atau tanda-tanda lain yang mungkin menunjukkan adanya bahaya."Jalan ini lebih aman daripada jalan utama," jelas Lyra dengan suara seraknya yang khas, suaranya bergema lembut di antara pepohonan. "Ini adalah jalan pintas yang hanya diketahui oleh segelintir orang. Kita akan menghindari sebagian besar bandit dan makhluk berbahaya yang berkeliaran di jalan utama."Kael dan Elara mengangguk, mempercayai insting Lyra yang terasah oleh pengalaman bertahun-tahun hidup di alam liar. Mereka mengikuti Lyra dengan langkah hati-hati, waspada terhadap setiap suara atau gerakan yang mencurigakan. Pepohonan di sekitar mereka, beberapa di antaranya menjulang tinggi hingga menutupi langit, tampak seperti raksasa bisu yang mengawasi perjalanan mereka. Sinar matahari yang menembus dedaunan menciptakan pola-pola cahaya dan bayangan yang menari-nari di tanah, memberikan kesan mistis dan magis.Mereka melewati ladang bunga liar yang berwarna-warni, di mana kupu-kupu dengan sayap bercorak cerah beterbangan dengan riang. Elara, dengan pengetahuannya yang luas tentang tumbuhan, menjelaskan kepada Kael tentang berbagai jenis bunga yang mereka temui. Ia menunjukkan bunga matahari yang selalu menghadap ke arah matahari, bunga lavender yang harumnya menenangkan, dan bunga poppy merah yang cantik namun mematikan.Mereka juga melewati semak belukar yang lebat, tempat berbagai jenis burung berkicau dengan riang. Lyra, dengan pendengarannya yang tajam, bisa membedakan suara burung robin yang merdu, suara burung hantu yang serak, dan suara burung pelatuk yang berirama. Ia bahkan bisa meniru beberapa suara burung, membuat mereka berhenti sejenak untuk mendengarkan dengan takjub.Saat mereka melintasi sungai kecil yang jernih, Lyra menunjukkan kepada mereka cara mencari air bersih di alam liar. Ia mengajari mereka cara menyaring air dengan menggunakan kain katun dan arang, serta cara merebus air untuk membunuh bakteri dan kuman. Kael dan Elara mendengarkan dengan penuh perhatian, menyadari betapa pentingnya keterampilan ini untuk bertahan hidup di alam liar.Sepanjang perjalanan, Lyra juga mengajari mereka tentang berbagai jenis jejak kaki hewan. Ia menunjukkan kepada mereka jejak kaki rusa yang berbentuk hati, jejak kaki serigala yang lebih besar dan lebih runcing, dan jejak kaki beruang yang besar dan lebar dengan cakar yang tajam. Ia juga memperingatkan mereka tentang jejak kaki makhluk-makhluk berbahaya yang harus mereka hindari, seperti troll, ogre, dan naga."Kalian harus belajar untuk membaca tanda-tanda alam," kata Lyra dengan bijak. "Alam selalu memberikan petunjuk tentang apa yang ada di depan kita. Kita hanya perlu belajar untuk melihat dan memahaminya."Kael dan Elara mengangguk setuju, merasa bersyukur memiliki Lyra sebagai pemandu mereka. Mereka belajar banyak darinya, tidak hanya tentang keterampilan bertahan hidup di alam liar, tetapi juga tentang kebijaksanaan dan ketabahan.Saat matahari mulai terbenam, langit berubah menjadi kanvas yang indah, dipenuhi dengan warna-warna jingga, merah muda, dan ungu yang menakjubkan. Mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik air terjun, airnya mengalir deras dan menciptakan suara gemuruh yang menenangkan. Mereka memutuskan untuk bermalam di sana, menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri dan memasak makan malam sederhana.Sambil menikmati sup jamur hangat yang dimasak Elara dengan bumbu-bumbu liar yang ia kumpulkan di hutan, mereka berbincang tentang rencana mereka selanjutnya. Mereka akan memasuki Pegunungan Bayangan besok pagi, dan mereka berharap bisa menemukan Kuil Kuno secepat mungkin. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka akan sulit dan berbahaya, tetapi mereka tidak gentar. Mereka memiliki satu sama lain, mereka memiliki Mata Dewa, dan mereka memiliki Lyra, pemandu yang berpengalaman dan teman yang setia. Dengan tekad yang membara di hati mereka, mereka siap untuk menghadapi apa pun yang menghadang mereka.