Setelah Kael dan Elara berhasil melewati ujian keberanian dan kebijaksanaan, suasana di kuil kuno menjadi lebih tenang dan damai. Cahaya obor Elara yang sebelumnya berkedip-kedip kini menyala dengan stabil, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat. Ukiran-ukiran kuno di dinding tampak lebih hidup, seolah-olah para dewa dan dewi Eterra sedang tersenyum puas melihat keberhasilan mereka. Aroma dupa cendana yang harum masih memenuhi udara, menciptakan suasana yang sakral dan menenangkan.Pendeta Agung, dengan jubah putihnya yang berkilauan seperti salju di bawah sinar matahari, melangkah menuju altar batu dengan langkah yang anggun dan penuh wibawa. Ia mengambil tongkat kayunya yang berukir simbol suci, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara. Sebuah cahaya putih terang memancar dari ujung tongkat itu, memenuhi ruangan dengan energi magis yang kuat."Kael, Elara," suara Pendeta Agung bergema di seluruh ruangan, menggetarkan setiap sudut kuil. Suaranya yang dalam dan berwibawa terdengar seperti suara dewa yang berbicara dari surga, menggetarkan hati mereka hingga ke intinya. "Kalian telah membuktikan bahwa kalian memiliki keberanian dan kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk menjadi pahlawan Eterra. Sekarang, saatnya kalian menerima hadiah yang telah kalian peroleh."Pendeta Agung menunjuk ke arah sebuah peti kayu yang terletak di sudut ruangan. Peti itu terbuat dari kayu ek tua yang kokoh, dihiasi dengan ukiran rumit yang menggambarkan simbol-simbol kuno. Peti itu tampak berat dan misterius, seolah-olah menyimpan rahasia yang telah lama terlupakan. Kael melihat status peti itu:Peti Harta Karun Kuno Level: - HP: - MP: - Status: Terkunci, Membutuhkan Kunci Ajaib"Peti itu berisi hadiah yang telah kalian peroleh," kata Pendeta Agung. "Tetapi peti itu terkunci dengan sihir kuno, dan hanya bisa dibuka dengan kunci ajaib yang akan muncul jika kalian berdua menyentuh peti itu bersama-sama."Kael dan Elara saling berpandangan, lalu melangkah maju dan menyentuh peti itu bersama-sama. Tiba-tiba, peti itu bergetar hebat, dan cahaya putih terang memancar dari ukiran-ukiran di permukaannya. Sebuah kunci ajaib, terbuat dari kristal bening yang berkilauan, muncul di atas peti itu. Kael mengambil kunci itu dan memasukkannya ke dalam lubang kunci peti. Peti itu terbuka dengan suara berderit yang pelan, menampakkan isinya yang berkilauan.Di dalam peti itu, terdapat dua benda: sebuah pedang panjang yang indah dan sebuah buku mantra sihir. Pedang itu memiliki bilah yang terbuat dari baja Valyrian yang legendaris, dikenal karena kekuatan dan ketajamannya yang luar biasa. Gagangnya terbuat dari kulit naga yang hitam legam, dihiasi dengan permata rubi yang berkilauan. Kael melihat status pedang itu:Pedang Cahaya Bulan Level: 25 Serangan: +150 Ketahanan: +100 Kemampuan: Sihir Cahaya, Serangan Kritis, Kecepatan Status: Senjata Legendaris, Diberkati oleh Dewi Bulan EluneBuku mantra sihir itu terbuat dari kulit binatang yang diawetkan dengan teliti, sampulnya dihiasi dengan ukiran emas yang rumit. Halaman-halamannya terbuat dari perkamen tipis yang dipenuhi dengan tulisan-tulisan kuno dalam bahasa yang hanya bisa dibaca oleh para penyihir. Elara melihat status buku itu:Kitab Mantra Sihir Kuno Level: - HP: - MP: - Status: Buku Langka, Berisi Mantra-Mantra Sihir yang Hilang Kemampuan: Meningkatkan Kekuatan Sihir, Membuka Potensi Sihir TersembunyiKael dan Elara mengambil hadiah mereka dengan hati yang penuh syukur. Mereka tahu bahwa hadiah ini akan sangat membantu mereka dalam perjalanan mereka untuk melawan Morgoth. Pedang Cahaya Bulan akan menjadi senjata andalan Kael dalam pertempuran, sementara Kitab Mantra Sihir Kuno akan membantu Elara meningkatkan kekuatan sihirnya dan mempelajari mantra-mantra baru yang kuat.Pendeta Agung tersenyum melihat mereka. "Gunakanlah hadiah ini dengan bijak," katanya. "Ingatlah selalu bahwa kekuatan yang besar datang dengan tanggung jawab yang besar. Gunakanlah kekuatan kalian untuk kebaikan, untuk melindungi yang lemah, dan untuk melawan kejahatan. Hanya dengan begitu kalian bisa memenuhi takdir kalian sebagai pahlawan Eterra."Kael dan Elara mengangguk, berjanji untuk menggunakan hadiah mereka dengan bijak dan bertanggung jawab. Mereka berterima kasih kepada Pendeta Agung atas bimbingan dan dukungannya, lalu meninggalkan Kuil Kuno dengan perasaan bangga dan semangat yang baru. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang dan penuh bahaya, tetapi mereka siap untuk menghadapi apa pun yang menghadang mereka. Mereka memiliki senjata, sihir, dan yang terpenting, persahabatan yang kuat untuk membantu mereka dalam perjalanan mereka.