Malam itu, di tengah Pegunungan Bayangan yang sunyi dan dingin, Kael, Elara, dan Lyra beristirahat di sebuah gua kecil yang mereka temukan di dekat sungai. Api unggun yang mereka nyalakan memberikan kehangatan dan cahaya, menerangi dinding-dinding gua yang lembap dan menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari. Aroma daging panggang yang gurih bercampur dengan wangi pinus dan lumut basah, menciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan.Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, suara gemuruh yang dalam mengguncang gua, membuat mereka bertiga tersentak kaget. Tanah di bawah mereka bergetar, dan batu-batu kecil mulai berjatuhan dari langit-langit gua."Apa itu?" tanya Elara, suaranya bergetar karena ketakutan.Kael mengaktifkan Mata Dewa, memindai sekeliling mereka dengan cepat. Ia melihat sekelompok makhluk bayangan muncul dari kegelapan hutan, mata mereka yang merah menyala seperti bara api, taring mereka yang tajam terlihat mengancam, dan cakar mereka yang panjang siap merobek daging.
Serigala Bayangan Level: 12
HP: 80/80
Kemampuan: Cakar Bayangan, Gigitan Beracun, Lari Cepat
Kelemahan: Sihir Cahaya, Senjata Perak
Beruang Bayangan Level: 15
HP: 120/120
Kemampuan: Cakar Kuat, Gigitan Mematikan, Kekuatan Luar Biasa
Kelemahan: Api, Sihir Cahaya
Panter Bayangan Level: 10
HP: 60/60
Kemampuan: Serangan Cepat, Kamuflase, Cakar Tajam Kelemahan: Sihir Tanah, Suara Keras
"Mereka makhluk bayangan!" seru Kael, suaranya penuh peringatan. "Mereka adalah ciptaan Morgoth. Mereka sangat berbahaya dan sulit dikalahkan."Elara dan Lyra segera bersiap untuk bertarung. Elara mengeluarkan tongkat sihirnya, siap untuk meluncurkan mantra-mantra sihir yang kuat. Lyra menghunus belati kembarnya, matanya menyipit saat ia menilai kekuatan dan kelemahan musuh-musuhnya."Kael, gunakan pedangmu untuk melawan serigala bayangan!" perintah Elara. "Mereka lemah terhadap senjata perak dan sihir cahaya. Lyra, kamu serang panter bayangan dengan belatimu! Mereka lemah terhadap suara keras dan sihir tanah. Aku akan menangani beruang bayangan dengan sihir apiku!"Kael mengangguk, lalu menerjang maju, pedang Cahaya Bulan di tangannya berkilauan di bawah cahaya api unggun. Ia mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, menebas serigala bayangan yang mencoba menyerangnya. Bilah pedangnya yang terbuat dari baja Valyrian dengan mudah menembus kulit gelap mereka, meninggalkan luka-luka yang menganga.Lyra, dengan kelincahannya yang luar biasa, menghindari serangan panter bayangan yang cepat dan tak terduga. Ia bergerak seperti bayangan di antara pepohonan, menyerang dari berbagai sudut dengan belati kembarnya. Setiap tebasan belatinya yang dilapisi racun melumpuhkan panter-panter itu, membuat mereka meraung kesakitan.Elara, sementara itu, memfokuskan sihirnya pada beruang bayangan yang besar dan kuat. Ia meluncurkan bola api yang menyala-nyala ke arah beruang itu, membakar bulunya yang gelap dan membuatnya meraung marah. Beruang itu mencoba menyerang Elara, tetapi ia berhasil menghindarinya dengan lincah dan terus meluncurkan mantra-mantra api yang semakin kuat.Pertempuran berlangsung sengit. Makhluk-makhluk bayangan itu bertarung dengan ganas, tetapi Kael, Elara, dan Lyra tidak menyerah. Mereka menggunakan semua kemampuan dan kekuatan mereka untuk melawan musuh-musuh mereka, saling melindungi dan mendukung satu sama lain.Setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan, mereka akhirnya berhasil mengalahkan semua makhluk bayangan. Makhluk-makhluk itu menghilang menjadi asap hitam, meninggalkan jejak bau belerang yang menyengat.Kael, Elara, dan Lyra terengah-engah, tubuh mereka penuh luka dan lelah. Mereka duduk di tanah, bersandar pada dinding gua, mencoba memulihkan tenaga mereka."Itu adalah pertempuran yang berat," kata Elara, sambil mengobati luka-lukanya dengan sihir penyembuhan."Tapi kita berhasil," kata Kael, tersenyum bangga. "Kita adalah tim yang hebat."Lyra mengangguk setuju. "Kita harus selalu waspada," katanya. "Morgoth pasti akan mengirim lebih banyak makhluk kegelapan untuk menghentikan kita."Mereka bertiga terdiam, merenungkan bahaya yang masih mengintai di depan mereka. Namun, mereka tidak merasa takut. Mereka tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain, mereka memiliki Mata Dewa, dan mereka memiliki tekad yang kuat untuk menyelamatkan Eterra.Mereka beristirahat sejenak, lalu melanjutkan perjalanan mereka menuju Pegunungan Bayangan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka akan semakin berbahaya, tetapi mereka tidak gentar. Mereka adalah pahlawan yang ditakdirkan untuk melawan kegelapan, dan mereka siap untuk menghadapi apa pun yang menghadang mereka.